Share

BAB 9

"Van, aku mau bicara!" kata sosok itu ketika sudah lebih dekat dengan mereka.

Rara menggigit bibirnya dalam, dia menatap Revan dan sosok wanita itu bergantian. Rara lalu melepaskan tangannya dari tangan Revan, membuat Revan menoleh.

"Aku tunggu disana, Van." kata Rara lalu segera masuk ke restoran tanpa menunggu jawaban suaminya.

Revan sedikit keberatan, dia hendak mengejar Rara namun wanita didepannya menghandang. Matanya melotot.

"Kamu mau apa sih, ganggu banget jadi cewek!" kata Revan kesal.

"Kamu berhutang penjelasan sama aku, Van!" kata wanita itu.

Revan menarik nafasnya panjang. Kesal.

"Dengar ya, Dinda. Dari awal kamu ngejar aku, aku sudah bilang gak akan menjanjikan hubungan apa-apa sama kamu."

"Kita cuma one night stand, gak lebih!."

"Aku juga gak pernah maksa kamu. Jadi aku gak berhutang apa-apa sama kamu!." kata Revan dengan suara rendah tapi penuh penekanan. Wajahnya marah dan serius.

"Tapi aku mencintai kamu, Van." kata Dinda sedih, air matanya berlinang.

Revan melihat orang-orang disekeliling mulai menatap heran kepadanya dan Dinda.

"Ikut aku!" kata Revan sambil berlalu, Dinda segera mengejar langkah kaki Revan yang panjang.

"Kamu sudah tahu bagaimana track record aku, Din. Waktu pertama kita bertemu pun, aku sudah mengatakannya. Aku tidak bisa mencintai kamu!." kata Revan ketika mereka sudah berpindah ke tempat yang lebih sepi.

"Apa aku sama sekali tidak penting buatmu, Van. Bagaimana pun kita pernah..."

"Stop...jangan jadikan itu alasan!."

"Kamu tahu aku tidak pernah bermain perasaan dengan wanita manapun!." kata Revan memotong kalimat Dinda.

Dinda menatap tajam ke arah Revan.

"Lalu wanita itu, dia istrimu kan?" tanya Dinda tak suka.

"Dia berbeda, aku sudah mencintai dia sejak dulu." kata Revan tanpa memandang wanita didepannya.

Dinda terisak lagi, ucapan Revan mematahkan hatinya.

Dinda menatap Revan dalam, tapi Revan sama sekali tak mau menatapnya. Revan tidak meminta maaf karena dia merasa tidak bersalah. Hubungan mereka hanya terjalin sekali, itupun karena dasar suka sama suka. Revan tidak pernah memaksa ataupun menjanjikan sesuatu pada wanita itu. Revan bahkan sudah berterus terang jika hubungan mereka hanya untuk 'having fun'.

"Kamu gak akan hidup tenang Van, bukan hanya aku, tapi wanita-wanita lain yang pernah bersamamu akan terus datang menghantui kamu!" kata Dinda dingin.

Dinda kemudian pergi dan berlalu dari hadapan Revan.

Sepeninggal Dinda, Revan segera pergi mencari Rara di dalam restoran. Revan melihat ke meja dimana Rara tadi duduk, tetapi tak menemukannya disana.

Revan melihat sekeliling, tapi tak melihat sosok istrinya. Revan bertanya pada pelayan, tapi pelayan juga tak tahu.

Revan akhirnya mengambil ponselnya dan menelpon Rara, tapi hingga panggilan ketiga istrinya itu tak juga menjawabnya.

Revan menyugar rambutnya, dia hendak pergi mencari Rara disekitar restoran, namun Revan menghentikan langkahnya, tidak jadi keluar dari restoran, ketika menangkap bayangan Rara keluar dari kamar mandi.

Revan menepuk keningnya, dia tidak kepikiran jika Rara ada dikamar mandi.

Rara yang melihatnya dari jauh merasa heran karena wajah Revan yang tampak panik.

"Kamu kenapa, Van?" tanya Rara sambil duduk.

"Ya ampun, sayang. Aku cari kamu kemana-mana." kata Revan sambil ikut duduk.

Rara hanya diam saja, dia malah membolak-balik buku menu didepannya.

"Pacar kamu sudah pergi?" tanya Rara tetap menunduk.

"Bukan pacar, sayang." jawab Revan.

"Mantan pacar?" tanya Rara ketus.

Revan mengelus-elus dadanya, sabar...sabar...batinnya.

"Kamu cemburu, ya?" Revan bermaksud menggoda istrinya.

"Kenapa, ga boleh?" Mata Rara menatap tajam pada Revan seperti pisau. Revan meringis.

"Banyak betul sih, Van, cewek-cewek kamu." Rara mendengus.

"Tiap kita melangkah kayaknya ada aja cewek yang kenal sama kamu." kata Rara kesal. Dia menghitung wanita tadi adalah wanita ketiga yang mereka temui saat keluar bersama.

Revan tertegun, Rara benar, di Bandung saja mereka sudah bertemu dua orang mantan Revan dan seorang pengagumnya, bagaimana nanti jika di Jakarta ya, batin Revan.

"Hmmmm...maafin aku ya, Ra" kata Revan sambil meraih tangan istrinya. Revan jadi berpikir, apa lebih baik dia jujur ya pada Rara.

Rara melihat pada Revan. Rara tahu Revan mencintainya, itu sangat terlihat di manik matanya.

Hanya saja, sejak pertunangannya yang kandas, Rara menjadi trauma, dia memiliki krisis kepercayaan terhadap suatu hubungan, terlebih dia merasa takut akan ditinggalkan lagi.

"Memangnya yang tadi itu siapa?" tanya Rara, suaranya sudah terdengar biasa.

Revan terdiam sejenak, berpikir bagaimana dia menjelaskan tentang Dinda pada Rara.

"Sayang, nanti dirumah aja kita bahas hal ini ya."

"Sekarang kita makan dan jalan-jalan ya." kata Revan sambil meremas jemari Rara. Berharap istrinya itu tidak menolak.

Rara menatap mata Revan lekat. Dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi barusan. siapa sebenarnya wanita itu, dan apa hubungannya dengam suaminya itu.

"Oke, tapi kamu harus jelasin sama aku!."

"Semuanya!." kata Rara tajam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status