Home / Rumah Tangga / WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU / Datang aja deh, dan bungkam mulut mereka

Share

Datang aja deh, dan bungkam mulut mereka

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2024-05-27 08:47:38

WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU

BAB 4

"Huft, sabar Sofia … ingat, mungkin ini ujian dari Tuhan untuk menaikkan derajat dirimu. 

Aku pun meletakkan kertas undangan dari si ibu-ibu gila tadi. Oh astaga, Tuhan … iya sih punya suami dan mertua yang baiknya kebangetan tapi kok ya ganti punya tetangga yang hampir semuanya kayak jelmaan iblis, astaghfirullahaladzim. 

Sembari menunggu Mas Farhan dan Ibu pulang dari mushola aku pun menuju ke dapur. Berniat untuk menata sayur dan lauk yang aku masak siang tadi ke atas meja. Meski aku adalah seorang anak orang berduit tapi memasak adalah kegemaranku. Bahkan, dari hobiku memasak ini aku sampai punya restoran aneka seafood dan juga toko roti. Hal itu tentu saja Mas Farhan dan ibu mertuaku tidak mengetahuinya sebab memang aku belum kasih tahu. Hahahaha. 

Setelah di meja tertata aneka menu dan juga nasinya yang sudah aku masukkan ke dalam bakul baru lalu terdengar suara Ibu dan Mas Farhan masuk ke dalam rumah. Aku bergegas menemui mereka dan mencium takzim tangan keduanya secara bergantian. 

"Kamu sedang apa, Dek?"

"Lagi nyiapin makan malam. Yuk kita makan soalnya aku sudah laper nih. Ibu juga ya kita makan bareng-bareng malam ini."

"Apa Ibu gak akan mengganggu acara makan malam kalian?" tanya Ibu sembari melepaskan mukena yang tadi masih dipakainya. 

"Mengganggu kenapa? Enggak ah, aku gak merasa keganggu kok. Justru aku merasa senang kalau rame-rame makannya pasti akan terasa nikmat."

"Ya Sudah tunggu lah dulu di sana, Ibu mau naro mukena dulu ke kamar." Aku hanya mengangguk, sedangkan Mas Farhan sudah berjalan terlebih dahulu ke dapur. 

"Dek, kayaknya kalau kita bertiga duduk di sini gak akan muat deh."

Aku melihat ke arah Mas Farhan dan sepertinya memang benar. Meja itu terlalu kecil untuk kita bertiga. 

"Yasudah kamu makan duluan saja gih sama Ibu, biar aku belakangan sja."

"Eits, tunggu dulu, Mas. Mendingan kita makannya di ruang depan saja sekalian sambil nonton televisi. Gimana? Pasti seru makan sambil lesehan. Yah, anggap saja kita sedang makan di warung lesehan gitu. Hahahaha."

"Hust, perempuan kok ketawanya mangap begitu kayak Mas gen." 

"Siapa tuh Mas Gen?"

"Genderuwo." Aku langsung mencubit kecil dada suamiku dengan tangan. Dia mengaduh tapi setelahnya aku menyengir dengan kedua pipi yang kurasa sudah memerah karena malu. 

"Hehehe maaf, Mas, kelepasan habisnya." Mas Farhan tersenyum. Duh, duh, duh, manisnya suamiku … kalah gula manisnya sama senyuman suamiku, kalau begini mah gak bosan-bosan aku memandang wajahnya. Ahay ….

"Yasudah ayo, Mas bantu bawa makanannya ke depan." Aku mengangguk, setelahnya kami berdua pun mengusung beberapa piring berisikan lauk dan juga sayur ke depan televisi. 

"Lho, kok dibawa keluar?" tanya Ibu mertua yang baru saja keluar dari kamarnya. 

"Eh iya, Bu, ini kita makan di depan tivi aja biar lebih luas gitu tempatnya."

"Maaf ya dapur rumah Ibu memang sempit. Pasti kamu masaknya juga gak nyaman ya."

"Meski dapurnya sempit tapi kalau melakukannya dengan senang hati, kesempitan itu gak ada artinya bagi Sofia, Bu. Yuk ah, kita makan aku udah laper nih." Aku menggandeng tangan Ibu untuk mendekati piring dan mangkok yang sudah tertata rapi di atas karpet di depan tivi. 

"Ya ampun, Sofia, ini kamu masak semua sendiri? Perasaan tadi siang gak sebanyak ini deh menu nya."

"Hehehe, iya, Bu, tadi pas kalian baru pergi ke masjid aku sempetin masak menu ini semua."

"Kok kilat? Kamu punya tenaga power kayaknya ya. Sekali tring langsung jadi."

"Ah Ibu bisa saja. Ini semua makanan frozen jadi tinggal masak saja sebentar udah deh jadi."

"Oh tapi bentuk udangnya lucu ya mana montok-montok."

"Itu namanya udang-udangan, Bu. Frozen gitu. Dan aku masak sup tomyam. Ibu cobain deh pasti rasanya seger ada manis asam asin."

"Ramai rasanya." Tiba-tiba saja Mas Farhan menimpali ucapanku. Sontak aku menatap ke arahnya. 

"Kok kayak lagunya nino-nino, Mas?"

"Ya emang. Betewe menjelaskan produk-produk makanan ini ke Ibu sudah belum, Dek? Mas sudah laper nih." Aku menepuk jidat. Karena sangking semangatnya aku menjelaskan beberapa makanan yang Ibu belum tahu sampai lupa kalau aku belum mengambilkan suamiku makanan untuknya. 

"Hehehe maaf ya, aku antusias banget soalnya. Mana sini piringnya, aku ambilin sekalian." Mas Farhan pun menyodorkan piringnya padaku. Aku, Ibu mertua, juga suamiku makan sembari sesekali keluar obrolan yang membuat kami tertawa. Ah, betapa hangatnya keluarga ini. 

***

"Oh iya, Mas, aku lupa kasih tau. Tadi tuh ada undangan gitu." Aku berucap pada Mas Farhan yang sedang membelai lembut rambutku. Ia menemaniku membaca novel kesukaan di ponsel. 

"Dari?" 

"Entah, dia gak sebut nama. Tapi katanya sih dia itu saudara dari si yang punya hajat. Tapi kamu tau gak? Dia itu datang sambil marah-marah." Aku langsung duduk dari posisiku yang rebahan. 

"Masa sih? Memangnya siapa sih kok aku kepo."

"Sebentar ya aku tadi taro itu undangannya di depan." Aku pun keluar kamar untuk mengambil surat undangan tadi dan memberikannya pada Mas Farhan. 

"Ini yang punya hajat si Bu Dewi. Emm yang marah-marah sama kamu orangnya agak tambun bukan badannya? Terus gak terlalu tinggi? Sama rambutnya dia gelung ke atas?"

"Nah iya bener. Duh ngeselin banget tuh orang, pengen deh rasanya nyubit mulut dia pake tang."

"Hust, ngawur. Itu namanya Bu Saras. Memangnya dia bilang apa kok kelihatannya kamu kesel begitu?"

"Dia tuh bilang, ingat ya, kalau datang itu bawa amplop jangan maunya makan gratis atau isi amplopnya cuma lima ribu saja. Begitu, Mas. Dih, dikiranya kita gak bisa beli apa seenaknya saja kalau ngomong dia itu." Aku menirukan bagaimana Bu Saras tadi berbicara ketus padaku. 

Dapat kulihat Mas Farhan menghela napasnya seolah-olah ada beban berat yang tengah dipikulnya. 

"Kamu kenapa, Mas? Kok gitu amat mukanya?"

"Bu Saras memang selalu begitu mulutnya. Hemm gak jauh beda sih sebenernya sama Ibu-Ibu yang lainnya. Entah kenapa mereka selalu memandang remeh sama orang yang levelnya di bawah mereka termasuk keluarga Mas salah satunya. Padahal mereka gak pernah lihat apa yang sudah dicapai orang yang dihina itu."

"Jadi? Kamu gak mau dateng nih?".

"Pengennya sih begitu, tapi Ibu sama almarhum Bapak mengajarkan kalau orang sudah berniat baik untuk mengundang kita ya sebaiknya kita menghargainya dengan kehadiran kita. Karena mereka mengharapkan doa dari kita."

"Iya juga sih. Yaudah kita dateng aja, soal mereka mau mengejek kita nanti kamu gak usah hiraukan karena aku gak akan membiarkannya."

"Maksudnya? Kamu mau balas mereka gitu? Gak-gak boleh. Aku gak mau istriku yang cantik ini jadi tontonan orang dan gunjingan orang karena kebarbarannya."

"Oh tentu tidak Sayangku. Aku gak akan seperti itu. Kamu tenang aja. Pokoknya aku akan bungkam yang sudah menghina keluarga kita dengan caraku, aku jamin mereka bakal kicep."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ending

    Sofia melajukan mobilnya menuju rumah Pak RT. Meski begitu Sofia tetap memerintahkan bawahannya untuk bersiap di kantor polisi dan menunggu telepon darinya. Dia akan memberikan salah satu kesempatan untuk yang terakhir kalinya. Kalau saja Bu Saras tetap tidak mengaku maka dengan sangat terpaksa Sofia akan memenjarakannya."Ingat, kamu harus bersiap di sana. Begitu aku telepon kamu ke sini sama polisi," titah Sofia penuh ketegasan.Tanpa menunggu jawaban, Sofia langsung memutuskan sambungan telepon dan fokus menyetir.BrakBrakTerdengar suara langkah berderap yang kian mendekat saat Sofia memukul pintu dengan keras. "Siapa, sih gak sabaran ...." Mata Bu Saras membelalak dan terdiam saat melihat Sofia yang datang. "Pantesan gak sabaran."Sofia menyunggingkan senyum seringai. "Justru karena aku terlalu sabar makanya baru ke sini. Ayo, ikut!"Bu Saras menahan tangannya yang ditarik oleh Sofia. "Heh, dasar gak sopan! Datang-datang malah tarik orang.""Masih mending Bu Saras aku tarik.

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Bu Saras dilaporkan juga

    "Halah gak usah pura-pura, Bu Saras. Aku tahu kalau Bu Saras yang bikin mertuaku pingsan."Antara terkejut, tetapi senang Bu Saras berkata, "Jadi si Marini cuma pingsan?"Tentu saja Bu Saras senang mengetahui kenyataan kalau Bu Marini hanya pingsan dan bukannya meninggal. Artinya dia bukanlah seorang pembunuh dan tidak akan dipenjara. "Maksud perkataan Bu Saras apa?"Sofia tersenyum samar, dia berhasil menjebak Bu Saras. Memancingnya untuk mengaku kalau yang membuat Bu Marini pingsan adalah dirinya. Sofia tidak punya bukti, karena itu dia harus membuat bukti.Degh"Ya ... ya maksudnya ke-kenapa kamu sampai besar-besarkan masalah ini kalau mertuamu itu cuma pingsan? Emang apa lagi?" jawab Bu Saras terbata-bata. Bahkan keringat sebesar biji jagung sudah memenuhi dahinya. Mulutnya mungkin bisa berbohong, tetapi tidak dengan gerak-geriknya yang jelas menunjukkan kecemasan."Beneran?" Mata Sofia memicing, tetapi Bu Saras tetap bungkam. "Padahal aku punya bukti CCTV loh.""Mana mungkin! Ta

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Penangkapan lusi

    "Ibu kenapa–""Aku gak bisa cerita, Mas. Pokoknya kamu nyusul ke rumah sakit sekarang," potong Sofia sebelum suaminya selesai bicara. Setelah itu langsung mematikan sambungan telepon. Tanpa berpikir, Farhan langsung izin untuk pulang cepat dan menuju rumah sakit. Meski tidak bisa berpikir jernih, Farhan berusaha fokus berkendara. Salah-salah dia justru ikut dirawat di rumah sakit. Setelah sampai, Farhan menghampiri gegas Sofia yang sedang duduk dengan raut cemas di depan ruang UGD. "Mas!" Sofia bangkit dan memeluk sang suami saat melihatnya. "Bagaimana keadaan ibu? Kenapa dia bisa pingsan?" cecar Farhan yang langsung memberondong Sofia dengan pertanyaan begitu mereka bertemu. Sofia menggeleng. "Aku juga nggak tahu Mas. Sebab waktu aku pulang Ibu udah pingsan."Mendengar hal itu, Farhan makin khawatir dengan kondisi sang ibu. Pasalnya selama ini, Bu Marini tidak pernah menunjukkan tanda-tanda penyakit kronis. Bahkan Beliau juga tidak pernah mengeluh sakit. "Mau ke mana?" tanya

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ibu kenapa?

    "Lho Mama mau ke mana?" tanya Lusi saat melihat mamanya sudah seperti bersiap untuk pergi. "Mau ke rumah si Marini. Mau buat perhitungan sama tuh menantunya, enak saja main pecat anak orang tanpa alasan yang jelas.""Tapi, Ma ...." Lusi mencoba mencekal lengan mamanya. Meski detik berikutnya sang mama menghentakkan tangannya dan cekalan Lusi langsung terlepas. "Sudah, jangan halangi Mama, Lusi! Kamu terlalu baik, makanya si Sofia seenaknya sama kamu. Udah, biar mama aja yang urus," ujar Bu Saras dengan mata memerah dan rahang mengeras. Perempuan paruh baya itu sangat marah. "Aku ikut, Ma.""kamu di sini aja. Tunggu beres. Kalau mama yang turun tangan dijamin masalah beres."Meski Bu Laras melarang Lusi, nyatanya sang anak tetap membuntutinya secara diam-diam. Lusi mau melihat secara langsung bagaimana Sofia diberi pelajaran oleh mamanya. Pokoknya Lusi mau mensyukuri setiap kejatuhan Sofia. Sesampainya di tujuan, rupanya Sofia dan Farhan masih belum pulang. Mereka masih di kantor

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Pelakor tidak perlu cantik, yang penting gatal

    "Tutup mulutmu!" "Ups maaf aku sengaja, hahaha!" Sofia tergelak sembari memegang perutnya karena tidak tahan sebab menahan kegelian melihat wajah shock di depannya. Namun, menurut Lusi tawa Sofia seperti ejekan baginya. "Katakan apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Lusi sembari menatap Sinis Sofia. "Lho kan aku sudah bilang barusan kalau aku ke sini karena menggantikan suamiku bertemu dengan mantan pacarnya yang tidak tahu malu dan tidak tahu diri ini." Sofia memandang remeh pada Lusi. "Tutup mulutmu Sofia! Aku ke sini tidak untuk bertemu denganmu tapi dengan Farhan. Katakan di mana dia!""Ups, sabar dulu dong nafsu amat sih sama laki orang." Sofia sengaja mengeraskan suaranya sehingga membuat orang-orang yang ada di sekitarnya menoleh ke arah mereka. "Pelankan suaramu, Sofia!" Lusi menatap Sofia penuh amarah bahkan wajahnya saja sudah memerah. "Lho, kenapa? Bukankah ini yang kamu inginkan? Mana Lusi yang pandai merayu suami orang saat di chat? Kenapa tiba-tiba sekarang melempe

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Surat pemecatan Lusi

    BAB 36[Baiklah, kalau kamu serius dengan ucapanmu silahkan temui aku di cafe wash-wush besok pas jam makan siang.][Baiklah, aku udah gak sabar buat ketemuan sama kamu deh. Sampai jumpa besok ya, Sayangku]Sofia sampai menggelengkan kepalanya membaca isi pesan dari Lusi. Ia tidak habis pikir kenapa bisa ada manusia tidak tahu diri dan tidak tahu malu seperti Lusi. Dulu saja dihina, dicaci, bahkan, dicampakkan. Lantas? Kenapa sekarang dia seolah-olah mau membahas masa lalu seakan masih peduli? Cih! "Yasudah lebih baik kita tidur sekarang. Gak usah kamu pikirkan si Lusi karena sampai kapan pun aku gak kan pernah mau lagi berpaling padanya. Ya kali aku katarak secara kamu dan dia saja cantikan kamu ke mana-mana. Kamu juga bisa menerimaku dan Ibuku apa adanya. Masa iya mau aku tukar sama koreng cicak begitu." Sofia tergelak mendengar Farhan mengatakan koreng cicak untuk Lusi. "Kok ketawa sih, Sayang." Farhan menjawil hidung istrinya. "Habis kamu lucu masa iya dikata koreng cicak.""Lh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status