Share

Ketulusan Sofia pada bu Marini

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2024-05-27 08:48:23

"Oh tentu tidak Sayangku. Aku gak akan seperti itu. Kamu tenang aja. Pokoknya aku akan bungkam yang sudah menghina keluarga kita dengan caraku, aku jamin mereka bakal klakep."

"Ah kamu ada-ada saja deh. Sudahlah biarin saja mereka mau bilang apa. Kita dan mereka itu berbeda, kalau misal kita balas mereka yang ada kira sama saja dong dengan mereka?" Aku yang posisinya sudah rebahan di sebelah Mas Farhan pun mendongak dan menatapnya lekat. 

"Sesekali orang model begitu itu memang perlu dibales, Mas, masa iya kita diam saja ketika diinjak? Allah itu memberikan kita insting dan kekuatan untuk pertahanan diri. Lha kita manusia punya perasaan kok."

"Iya Mas tau, tapi nanti gak akan ada habisnya dong kalau balas membalas begitu?"

"Hemm gak tau deh, Mas, aku sih besok yang jelas tetap bakal nemani kamu buat hadirin undangan itu dan aku akan diam saja gak akan cari keributan. Tapi kalau sampai mereka yang memulainya duluan ya berarti bukan salahku dong kalau pada akhirnya aku ikutan ribut?"

Saat Mas Farhan ingin berbicara kembali aku pun sudah mendahuluinya lagi.

"Kamu tenang saja, ributnya aku itu ribut yang elegan kok. Bukan ribut yang kaleng-kaleng." 

Mas Farhan malah tergelak. Ia mencubit kedua pipiku seolah-olah pipiku ini bakpao baginya. 

"Aduh sakit tau, Mas."

"Habisnya kamu ngegemesin deh."

"Gemes sih gemes tapi gak dicubit juga kali. Nanti yang ada pipiku tambah gede nih."

"Uluh-uluh sayangnya, Mas, kalau ngambek makin cangtip deh. Jadi makin gemes pengen makan aja rasanya."

"Memangnya aku nasi apa dimakan?"

"Hemm bisa jadi begitu. Dek, yuk ah …." Aku tahu kemana arah pembicaraannya tapi aku memilih untuk pura-pura tidak tahu saja. Entah kenapa aku suka sekali menggodanya seperti ini. 

"Ayo kemana? Ke pulau mimpi?"

"Ish kamu mah gak asyik. Ayo bikiin Fsrhan sama Sofia junior." Mas Farhan berbisik di telingaku. Seketika wajahku menghangat. Aku hanya tersenyum malu-malu tapi mau. Hingga kini wajah kami berdua tidak lagi berjarak dan sepersekian detik kemudian benda kenyal yang berwarna pink alami karena si pemiliknya tidak merokok itu sudah mendarat sempurna di bibirku. Seketika tubuhku menegang seolah-olah ada aliran listrik yang sedang menyengat. 

"Aku cinta kamu, Sofia," ucapnya di sela-sela pagutan kami. 

"Aku juga mencintaimu, Mas. Sangat-sangat mencintaimu."

"Terima kasih sudah menerimaku apa adanya, terima kasih sudah sayang sama Ibuku. Hidupku terasa sempurna dengan adanya dirimu." Aku dan Mas Farhan pun kembali memadu kasih. Mereguk indahnya kenikmatan duniawi sebagai kekasih halal. 

***

Adzan subuh berkumandang, aku mengerjapkan mata berkali-kali. Setelah melihat ke samping ternyata Mas Farhan masih tertidur pulas tanpa menggunakan bajunya. 

Astaga …. 

Aku lupa kalau aku belum mandi. Aku memukul kepalaku karena merasa bodoh sekali. Kalau sudah begini mau gak mau harus mandi tapi masalahnya Ibu mertua pasti sudah bangub. Ah … betapa malunya aku kalau sampai ketahuan. 

"Kamu sudah bangun, Sayang? Mandi gih, atau mau mandi bareng sama aku?" Aku memukul pelan lengan pria yang membuatku mabuk kepayang itu. 

"Mas ih … aku lagi bingung nih."

"Bingung kenapa?"

"Aku kan mau mandi mau sholat subuh."

"Lalu? Masalahnya di mana?"

"Ibu pasti sudah bangun. Aku pasti malu kalau ketemu beliau." Mas Farhan malah terkekeh. Huh menyebalkan. 

"Kenapa mesti malu sih? Ibu juga pasti paham lah kira kan sudah suami istri lagian kita masih pengantin baru jadi wajar dong kalau lagi hangat-hangatnya," bisiknya di telingaku. 

"Ah kamu mah gak ngerti! Dah ah, aku mau mandi sekarang. Keburu siang nanti malah telat lagi sholat subuhnya."

"Ya Udah sana mandi. Gantian kita."

"Hemm." Aku pun berlalu meninggalkan Mas Farhan sembari membawa handuk di pundakku. Saat keluar dari kamar dan membuka pintu aku pun melihat ke sekitar, ternyata Ibu belum bangun. Ah … aman. 

Aku pun bergegas masuk ke kamar mandi dan segera membersihkan badanku secepat kilat. Aku gak mau kalau keduluan Ibu dan beliau melihatku yang habis keramas. Hah, pasti rasanya malu sekali. 

Namun, setelah aku selesai dan aku berniat untuk keluar nyatanya Ibu mertua sudah ada di dapur dan sudah memegang pisau. Sepertinya beliau akan membuat sarapan. 

Ya ampun, gimana dong? Kalau begini kan aku jadi malu. Bismillahirrahmanirrahim gak apa-apa deh namanya juga pengantin baru jadi wajar kalau subuh-subuh begini sudah keramas. Aku mencoba mensugesti diriku sendiri agar tidak canggung. Meski Ibu mertua orangnya baik banget tapi tetap saja kan masalah beginian aku masih awam. 

"Sofia? Baru mandi, Nak?" Aku menghentikan langkah saat Ibu menegurku. Aku menatap dirinya sembari menyengir dan menggaruk kepalaku yang tidak gatal. 

"I-iya, Bu, Sofia ke kamar dulu ya. Mau sholat keburu habis waktunya."

Ibu mertua hanya tersenyum. Aku pun bergegas masuk ke kamar. 

"Sudah, Dek?"

"Sudah, Mas. Sana gih kamu mandi keburu siang."

"Oke deh Tuan Putriku yang cantik jelita ini. Nanti malam aku minta jatah lagi ya." Mas Farhan menjawil daguku setelahnya ia pun berlalu. Huh untung cinta kalau enggak? Ya ogah lah. 

***

Setelah selesai menunaikan sholat subuh aku pun bergegas ke dapur untuk membantu Ibu. Biarpun aku kalau di rumah selalu manja dan dilayani oleh para ART ku. Akan tetapi, di sini aku adalah seorang istri dan juga menantu. Aku harus bisa menempatkan diriku di manapun berada. Begitulah nasehat dari Papa. 

"Ibu mau masak apa?"

"Bikin nasi goreng kampung sama telur mata sapi kesukaan suamimu, Nak."

"Oh, sini aku bantuin." 

"Kamu bisa?"

"Bisa dong, Bu. Pokoknya Ibu duduk saja yang manis.. Serahkan semua perkara masak-memasak sama Sofia. Dijamin rasanya mantul dan endulita." Aku menirukan gaya chef yang sering nongol di iklan tivi. Ibu yang melihatku hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum. 

***

"Eerrghh … alhamdulillah."

"Kamu ini, Farhan, ada istrimu masa sendawa kenceng banget."

"Itu artinya masakan istriku nikmatnya tiada , Bu. Nyatanya sampai aku tambah kan?" Ibu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku anak lanang serta snak satu-satunya itu. 

"Bu, hari ini jadi kita ke acara nikahan anaknya Bu Dewi?"

"Jadi dong, Han. Kenapa memangnya?"

"Ibu gak apa-apa memangnya? Kalau dia menghina Ibu lagi gimana? Biar Farhan sama Sofia saja deh yang ke sana, Bu."

"Jangan dong, Nak. Surat undangannya kan ada dua. Buat Ibu sama buat kamu dan istri. Ya Ibu harus datang juga. Soal nanti sikap mereka ke Ibu seperti biasanya yah abaikan saja. Ibu sudah kebal."

"Yaudah deh terserah Ibu saja. Tapi Ibu jangan jauh-jauh ya dari kita." Ibu hanya mengangguk menjawab ucapan Mas Farhan. 

***

Pukul sepuluh aku dan Mas Farhan sudah siap untuk datang ke acara nikahan anaknya Bu Dewi. Begitupun dengan Ibu. Beliau sudah memakai pakaian terbaiknya. 

"Eh tunggu dulu, Bu. Hemm kayaknya ada yang kurang deh."

"Ada apa, Nak? Penampilan Ibu jelek ya?"

"Penampilan Ibu gak jelek cuma wajah Ibu yang sedikit oucet. Sini aku make up in sedikit biar lebih fresh."

"Ah gak usahlah, Ibu sudah tua gak masalah pucet juga."

"Jangan dong, Bu. Masa anak dan menantunya sudah matching tapi Ibu nggak. Pokoknya jangan nolak aku mau makeupin Ibu sedikit. Mas tunggu sebentar ya, sepuluh menit saja."

"Yasudah Mas tunggu di luar ya." Aku hanya mengangguk karena aku langsung ingin mengeksekusi ibu mertuaku ini. 

Tanganku dengan cekatan memakaikan foundation tipis ke wajah Ibu. Bedak tabur, bedak padat eyeshadow berwarna natural ditambah perona pipi berwarna pink alami. Tidak lupa alis Ibu kubuat sesuai dengan usianya. Dan sentuhan terakhir lipstik yang juga warnanya kusesuaikan dengan skin tone kulit Ibu. Ah, sempurna, Ibu tampak sangat cantik meski usianya sudah uzur. 

Tidak salah memang karena Mas Farhan juga memiliki wajah tampan sebab turunan dari Ibu yang memiliki kulit putih serta hidung yang mancung. Tubuh Ibu juga tidak gemuk meski usianya tidak lagi muda. Ibu masih tampak sangat cantik.

"Nah kan kalau begini Ibu jadi tambah cantik."

"Ah masa sih, Nak?"

"Yee Ibu gak percaya? Nih lihat di cermin." Aku menyodorkan sebuah cermin dari tempat bedak pada Ibu. Ibu pun melihat wajahnya dari cermin itu. 

"Ya Allah, Nak, ini serius wajahnya Ibu?"

"Iya dong. Cantik kan?"

"Siapa dulu periasnya. Sofia …."

"Ya bukan karena periasnya juga kali, Bu. Memang dasarnya wajah Ibh sudah cantik. Aku hanya memoles sedikit saja."

"Yasudah yuk kita pergi keburu siang." Ibu mengajakku tapi lagi-lagi aku kembali menahannya. 

"Kenapa, Sof? Ada yang ketinggalan?"

"Iya, ini yang ketinggalan. Dan Ibu harus memakainya sekarang." 

"Apa ini? Perhiasan? Ya ampun itu kan punya kamu enggak ah, lagian Ibu gak biasa pake begituan."

"Mulai sekarang harus dibiasakan. Karena Ibu juga Ibuku maka biarkan aku membantu Mas Farhan untuk berbakti pada Ibu dengan membahagiakan Ibu. Jangan nolak karena ini pemberian dariku yang tulus."

"Ini bukannya perhiasan waktu seserahan dari Farhan?"

"Bukan kok, Bu. Kalau perhiasan dari Mas Farhan masih aman di dalam lemari. Ini murni aku beli waktu masih gadis dulu. Dan sekarang aku berikan ini sama Ibu. Tenang saja itu asli kok, Bu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Raharjo Sumianto
kan udah wudu ko (menjawil dagu) trus solat gmn ini kan batal
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ending

    Sofia melajukan mobilnya menuju rumah Pak RT. Meski begitu Sofia tetap memerintahkan bawahannya untuk bersiap di kantor polisi dan menunggu telepon darinya. Dia akan memberikan salah satu kesempatan untuk yang terakhir kalinya. Kalau saja Bu Saras tetap tidak mengaku maka dengan sangat terpaksa Sofia akan memenjarakannya."Ingat, kamu harus bersiap di sana. Begitu aku telepon kamu ke sini sama polisi," titah Sofia penuh ketegasan.Tanpa menunggu jawaban, Sofia langsung memutuskan sambungan telepon dan fokus menyetir.BrakBrakTerdengar suara langkah berderap yang kian mendekat saat Sofia memukul pintu dengan keras. "Siapa, sih gak sabaran ...." Mata Bu Saras membelalak dan terdiam saat melihat Sofia yang datang. "Pantesan gak sabaran."Sofia menyunggingkan senyum seringai. "Justru karena aku terlalu sabar makanya baru ke sini. Ayo, ikut!"Bu Saras menahan tangannya yang ditarik oleh Sofia. "Heh, dasar gak sopan! Datang-datang malah tarik orang.""Masih mending Bu Saras aku tarik.

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Bu Saras dilaporkan juga

    "Halah gak usah pura-pura, Bu Saras. Aku tahu kalau Bu Saras yang bikin mertuaku pingsan."Antara terkejut, tetapi senang Bu Saras berkata, "Jadi si Marini cuma pingsan?"Tentu saja Bu Saras senang mengetahui kenyataan kalau Bu Marini hanya pingsan dan bukannya meninggal. Artinya dia bukanlah seorang pembunuh dan tidak akan dipenjara. "Maksud perkataan Bu Saras apa?"Sofia tersenyum samar, dia berhasil menjebak Bu Saras. Memancingnya untuk mengaku kalau yang membuat Bu Marini pingsan adalah dirinya. Sofia tidak punya bukti, karena itu dia harus membuat bukti.Degh"Ya ... ya maksudnya ke-kenapa kamu sampai besar-besarkan masalah ini kalau mertuamu itu cuma pingsan? Emang apa lagi?" jawab Bu Saras terbata-bata. Bahkan keringat sebesar biji jagung sudah memenuhi dahinya. Mulutnya mungkin bisa berbohong, tetapi tidak dengan gerak-geriknya yang jelas menunjukkan kecemasan."Beneran?" Mata Sofia memicing, tetapi Bu Saras tetap bungkam. "Padahal aku punya bukti CCTV loh.""Mana mungkin! Ta

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Penangkapan lusi

    "Ibu kenapa–""Aku gak bisa cerita, Mas. Pokoknya kamu nyusul ke rumah sakit sekarang," potong Sofia sebelum suaminya selesai bicara. Setelah itu langsung mematikan sambungan telepon. Tanpa berpikir, Farhan langsung izin untuk pulang cepat dan menuju rumah sakit. Meski tidak bisa berpikir jernih, Farhan berusaha fokus berkendara. Salah-salah dia justru ikut dirawat di rumah sakit. Setelah sampai, Farhan menghampiri gegas Sofia yang sedang duduk dengan raut cemas di depan ruang UGD. "Mas!" Sofia bangkit dan memeluk sang suami saat melihatnya. "Bagaimana keadaan ibu? Kenapa dia bisa pingsan?" cecar Farhan yang langsung memberondong Sofia dengan pertanyaan begitu mereka bertemu. Sofia menggeleng. "Aku juga nggak tahu Mas. Sebab waktu aku pulang Ibu udah pingsan."Mendengar hal itu, Farhan makin khawatir dengan kondisi sang ibu. Pasalnya selama ini, Bu Marini tidak pernah menunjukkan tanda-tanda penyakit kronis. Bahkan Beliau juga tidak pernah mengeluh sakit. "Mau ke mana?" tanya

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Ibu kenapa?

    "Lho Mama mau ke mana?" tanya Lusi saat melihat mamanya sudah seperti bersiap untuk pergi. "Mau ke rumah si Marini. Mau buat perhitungan sama tuh menantunya, enak saja main pecat anak orang tanpa alasan yang jelas.""Tapi, Ma ...." Lusi mencoba mencekal lengan mamanya. Meski detik berikutnya sang mama menghentakkan tangannya dan cekalan Lusi langsung terlepas. "Sudah, jangan halangi Mama, Lusi! Kamu terlalu baik, makanya si Sofia seenaknya sama kamu. Udah, biar mama aja yang urus," ujar Bu Saras dengan mata memerah dan rahang mengeras. Perempuan paruh baya itu sangat marah. "Aku ikut, Ma.""kamu di sini aja. Tunggu beres. Kalau mama yang turun tangan dijamin masalah beres."Meski Bu Laras melarang Lusi, nyatanya sang anak tetap membuntutinya secara diam-diam. Lusi mau melihat secara langsung bagaimana Sofia diberi pelajaran oleh mamanya. Pokoknya Lusi mau mensyukuri setiap kejatuhan Sofia. Sesampainya di tujuan, rupanya Sofia dan Farhan masih belum pulang. Mereka masih di kantor

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Pelakor tidak perlu cantik, yang penting gatal

    "Tutup mulutmu!" "Ups maaf aku sengaja, hahaha!" Sofia tergelak sembari memegang perutnya karena tidak tahan sebab menahan kegelian melihat wajah shock di depannya. Namun, menurut Lusi tawa Sofia seperti ejekan baginya. "Katakan apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Lusi sembari menatap Sinis Sofia. "Lho kan aku sudah bilang barusan kalau aku ke sini karena menggantikan suamiku bertemu dengan mantan pacarnya yang tidak tahu malu dan tidak tahu diri ini." Sofia memandang remeh pada Lusi. "Tutup mulutmu Sofia! Aku ke sini tidak untuk bertemu denganmu tapi dengan Farhan. Katakan di mana dia!""Ups, sabar dulu dong nafsu amat sih sama laki orang." Sofia sengaja mengeraskan suaranya sehingga membuat orang-orang yang ada di sekitarnya menoleh ke arah mereka. "Pelankan suaramu, Sofia!" Lusi menatap Sofia penuh amarah bahkan wajahnya saja sudah memerah. "Lho, kenapa? Bukankah ini yang kamu inginkan? Mana Lusi yang pandai merayu suami orang saat di chat? Kenapa tiba-tiba sekarang melempe

  • WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU   Surat pemecatan Lusi

    BAB 36[Baiklah, kalau kamu serius dengan ucapanmu silahkan temui aku di cafe wash-wush besok pas jam makan siang.][Baiklah, aku udah gak sabar buat ketemuan sama kamu deh. Sampai jumpa besok ya, Sayangku]Sofia sampai menggelengkan kepalanya membaca isi pesan dari Lusi. Ia tidak habis pikir kenapa bisa ada manusia tidak tahu diri dan tidak tahu malu seperti Lusi. Dulu saja dihina, dicaci, bahkan, dicampakkan. Lantas? Kenapa sekarang dia seolah-olah mau membahas masa lalu seakan masih peduli? Cih! "Yasudah lebih baik kita tidur sekarang. Gak usah kamu pikirkan si Lusi karena sampai kapan pun aku gak kan pernah mau lagi berpaling padanya. Ya kali aku katarak secara kamu dan dia saja cantikan kamu ke mana-mana. Kamu juga bisa menerimaku dan Ibuku apa adanya. Masa iya mau aku tukar sama koreng cicak begitu." Sofia tergelak mendengar Farhan mengatakan koreng cicak untuk Lusi. "Kok ketawa sih, Sayang." Farhan menjawil hidung istrinya. "Habis kamu lucu masa iya dikata koreng cicak.""Lh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status