Share

BAB 13. Jualan kangkung.

“Boleh, tentu saja boleh. Besok tiga hari lagi ke sini pasti itu sudah tunas lagi.”

“Alhamdulillah, Bulek terima kasih banyak, ya,” ucapku penuh haru. Beliau hanya mengangguk saja dan mengelus-elus bahuku.

Di pertigaan jalan perbatasan jalan kami berpisah. Bulek Minah masih metapku hingga aku belok ke arah jalan rumahku. Alhamdulillah meski aku sangat lelah, tapi aku senang semoga saja habis dan berkah jadi cukup untuk kebutuhan kami.

“Kamu bawa apa, Dik?” tanya Mas Danu heran rupanya dia sudah pulang.

“Kangkung, Mas. Besok aku mau jualan kangkung. Ini tadi aku dapat ngambil dari sawah Bulek Minah, orangnya baik sekali,” jawabku sumringah.

Mas Danu tidak menanggapi celotehanku, dia langsung masuk ke dalam. Aku yang bingung langsung memasukkan sepeda dari pintu belakang. Lalu memasak air hangat untuk mandi Kia.

“Mas ... apa kamu marah padaku?” Kuhampiri suamiku. Mas Danu hanya menggeleng.

“Mas, bukan marah, tapi merasa sangat malu. Kamu berjuang sendiri sampai nekat mau jual kangkung m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status