Share

Gangguan

last update Last Updated: 2024-03-23 14:56:29

"Siapa Nafis?" tanya wanita itu lagi dengan penuh penekanan. Beliau adalah ibu mertuaku, mamanya Mas Azril.

"Em, bukan siapa-siapa, Ma." Aku langsung berjalan ke arahnya dengan senyuman yang mengembang. Aku memang kurang suka kedatangan Mama saat ini, karena akan menghambat pernikahan Mas Azril dan Nafisah.

Namun, di sisi lain aku juga bahagia, karena Mas Azril tidak akan bisa berkutik di depan Mama. Enggak akan pernah. Jadi saat ini, aku sudah bisa lebih tenang menjalani hidup ini seperti keluarga normal dalam beberapa hari ke depan, dan akan kupastikan kalau Mas Azril tidak akan bisa berkutik.

"Anak Mama gak nakal kan?" tanya Mama dengan kepanikan yang sangat terlihat di wajahnya.

"Mama bisa tanyakan langsung pada orangnya." Aku tersenyum menyeringai ketika melihat Mas Azril yang tidak bisa bicara,hanya menggeleng saja.

"Kau bisu?" Mama menatap anaknya tajam. "Perasaan di keluarga kita semuanya normal?" Mama lagi-lagi mengeluarkan kata-kata yang membuat mental Mas Azril terlempar, tentu saja karena laki-laki itu tahu kalau orang tuanya tidak akan berpihak padanya.

Tidak akan pernah.

Mertuaku ini bukan mertua kejam seperti yang ada di film-film, apalagi sampai menindas mertua, enggak mungkin. Beliau adalah perempuan yang sangat lembut, setiap kata yang diucapkannya kepada para wanita selalu halus, berbeda dengan laki-laki. Kecuali suaminya.

Selain kepada bapak mertua, Mama akan berbicara tegas, dan tidak ada kelembutan sama sekali. Meksipun anaknya, seperti Mas Azril, tetap saja tidak akan berpengaruh.

Mama ini jauh lebih menyayangiku daripada anaknya sendiri, bahkan tidak segan memukul Mas Azril demi membahagiakan aku.

Hebat bukan?

Meksipun mertua seperti ini sangat langka, tapi bukan berarti kita tidak bisa memilikinya. Jadilah menantu idaman, maka akan mendapatkan mertua idaman juga.

Jika sudah melakukan segala hal tapi tetap mendapatkan mertua yang kejam, mungkin jodohmu dengan anaknya tidak akan lama, dan Allah hanya ingin menguji kamu.

"Awas kalau kau macam-macam, Mama tarik kamu pulang ke rumah!" ancamnya membuat Mas Azril geleng-geleng kepala.

"Sayang, apa kamu ada luka?" tanyanya sambil melihat semua anggota tubuhku.

"Enggak ada kok, Ma. Aku perempuan kuat yang akan melawan jika ada yang menyakiti, jadi Mama tenang saja." ucapku bangga.

"Benar, lawan saja jika ada yang menyakitimu. Mama akan langsung turun tangan untuk membereskan orang-orang yang berani melukai putri Mama ini, meksipun suamimu sendiri." pesannya sambil menciumi puncak kepalaku.

Wajahku yang kebetulan berhadapan dengan Mas Azril pun tidak ketinggalan untuk tersenyum merendah. "Kau sudah kalah, Mas!" ucapku tanpa suara, hanya menggerakkan bibir saja.

Seketika wajah Mas Azril berkeringat.

"Kamu gak melakukan sesuatu kepada anak Mama ini, kan?" tanya Mama pada putranya itu.

"Eng ... enggak, Ma. Tentu saja enggak, iya, kan, Na?" tanya Mas Azril ketakutan.

"Mana kutahu!"

"Tuh, kamu sudah buat anak Mama tidak suka. Jadi, mulai malam ini, kamu yang cuci piring!" titah Mama membuat kedua mata Mas Azril membulat sempurna.

"Mana ada aku cuci piring, Ma. Enggak pernah!" tolaknya tak terima.

"Mulai sekarang ada, biar pernah juga." tegas Malam dengan sorot mata memerintah.

Belum aku bertanya kenapa Mama datang sendiri, biasanya juga sama Papa, tapi sudah membaca status Papa lebih dulu.

"Duh, banyak kerjaan, terpaksa bermalam di kantor, deh. Untung punya istri pengertian, jadi langsung pergi tengok putri kami. Padahal aku juga dah kangen sama istri tercinta dan Vinaku." tulisnya di status WA.

Aku hanya tertawa dalam hati, mertuaku itu memang pasangan yang romantis. Jauh sama anaknya Mas Azril, sungguh bagaikan langit dan bumi.

Bukan hanya Mama, Papa juga memang sangat menyayangiku. Meskipun aku tidak tega jika harus memilih jalan berpisah dengan Mas Azril, tapi aku juga yakin kalau mereka tidak akan marah. Semuanya demi kebagiaanku dan juga kebahagiaan calon cucunya.

Usai makan malam, Mama langsung memberikan perintah kepada Mas Azril untuk membereskan meja makan sendirian.

"Loh, tugasku kan cuma cuci piring, Ma?" protes Mas Azril tidak terima.

"Mama gak peduli! Pokoknya bersihkan sekarang dan cuci semua yang kotor!" titah Mama tajam.

"Terus Devina ngapain?" tanyanya tidak tahu malu.

"Ngapain? Istri itu ratu, semua pekerjaan rumah bukan tugas istri, melainkan suami. Makanya ngaji! Biar tahu kewajiban kamu sebagai suami itu apa!" jelas Mama sambil emosi.

Tidak bisa kubayangkan kalau Mama tahu Mas Azril memberikan aku obat untuk penunda kehamilan yang bisa berakibat fatal, mungkin emosinya akan meluap-luap.

"Ini masih kotor, cuci lagi!" Mama lagi-lagi menyimpan piring yang sudah dicuci Mas Azril ke wastafel.

"Selamat bekerja semalaman, Mas," bisikku di telinganya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 41 Akhir Kisah

    Adrian sudah memasang perangkap untuk bisa menangkap Nurdin tanpa membuat Aira berada dalam bahaya. Benerapa orang yang ada di rumah Devina, terutama yang bertugas membantu pernikahannya bukanlah orang sembarangan. Memang bukan hanya Nurdin yang akan melancarkan aksi jahatnya, tapi dia juga meminta bantuan orang yang berada di rumah Devina. Orang yang rela melakukan apapun demi uang, dan sekarang wanita ini yang sedang memegang kendali atas Aira. "Kamu tenanglah, Aira pasti akan baik-baik saja." Adrian berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan Devina. "Aku bisa pastikan, asal kita harus tenang sebagai orang tuanya." lanjutnya. Devina langsung terdiam, tapi air mata terus mengalir dari matanya tanpa bisa dihentikan. "Aku minta Aira selamat. Aku yakin Mas pasti punya rencana di balik ini semua." lirihnya sambil menatap Adrian lembut. "Betul. Tunggulah sebentar lagi, jangan lupa untuk mendoakan, ya." Adrian mengusap puncak kepalanya lembut. Sengaja, ia tidak memberitahu kalau Azril

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 40

    Azril terus aja mencari keberadaan di mana laki-laki yang bernama Nurdin itu di kota tempatnya kuliah, tapi tetap saja tidak ketemu. Banyak orang dia kerahkan, tapi tetap tidak membuahkan hasil. "Kira-kira di mana dia berada? Aku tidak ingin dia datang menyakiti keluargaku." Azril berucap lirih. Ia sudah faham betul jalan ceritanya. Jika ada Nurdin tahu kalau Pak Herman, laki-laki yang selama ini melindunginya itu sudah berada di tahanan, dia tidak mungkin akan diam saja. "Sepertinya belum ada pergerakan, ya." Haris menanggapi dengan biasa saja. "Terus bagaimana dengan bayimu, apa dia sudah ada pergerakan?" tanyanya lagi. Azril memilih diam daripada menjawab pertanyaan Haris. Ia tahu kalau sahabatnya itu pasti sudah mendengar kabar kelahiran Devina. "Apa kamu masih belum melihatnya?" tanya Haris lagi sambil menatap Azril bingung. "Aku tidak punya kesempatan untuk melihatnya." lirih Azril membuat Haris menatap kesal ke arahnya. "Alasan apa itu? Jika kamu memang cinta dan peduli

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 39

    Azril memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Herman dan juga Nafisah. Ia ingin mereka mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai dengan proses hukum. Terlebih lagi, Herman memang seorang mafia yang sudah berhasil menipu banyak orang dan perusahaan untuk kesenangannya sendiri. Melihat Azril jarang pulang ke rumah membuat Pak Halim dan Bu Ami bisa bernapas lega. Mereka sudah berjanji kepada Devina tidak akan mengatakan kalau bayinya sudah lahir dengan selamat dan sehat. Devina sementara waktu tidak ingin bertemu dengan Azril karena hatinya sedang membutuhkan pertolongan. "Darimana, Pa?" Suara yang terdengar seperti menodong membuat Bu Ami dan Pak Halim menghentikan langkah. Hari ini adalah hari kedua setelah putra Devina lahir dan mereka selalu pulang-pergi untuk melihat kondisi cucunya. "Dari luar dan kamu tidak perlu tahu hal itu!" tegas Bu Ami kemudian. Azril tersenyum kecut. Ada rasa sedih ketika melihat kedua orang tuanya lebih memilih berbohong daripada mengatakan y

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 38

    ”Tidak ada kata paling indah, selain aku mencintaimu karena Allah." ucap seorang laki-laki yang selalu dipanggil Ustaz Abdul oleh kelurga Pak Dean. "Namun kata-kata itu akan indah ketika diucapkan atau di katakan ketika orang yang menerimanya adalah pasangan halal kita. Karena apa? Karena tidak ada cinta karena Allah sebelum menikah. Semuanya pasti karena nafsu." jelasnya membuat Adrian dan yang lainnya menundukkan pandangan. "Jadi, maksud Nak Adrian ke sini benar untuk melamar sepupu saya, keponakan saya, sekaligus tetangga saya yang baik dan selalu mencintai orang lain dengan tulus?" tanyanya pada Adrian. Adrian hanya mengangguk. Matanya berusaha terlihat tegar, padahal ingin sekali dia menangis untuk mengungkapkan segala isi hatinya. Proses acara lamaran pun selesai. Meksipun keluarga Pak Dean dan keluarga Pak Halim bukan orang yang kolot, tapi tetap saja mereka menjalankan tradisi seperti dulu. Yaitu, yang mana laki-laki dan perempuan tidak boleh bersentuhan sebelum menikah. M

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 37

    "Bagaimana bisa kau tahu tentang Devina?" Azril menatap Septi dingin. Suasana tiba-tiba menjadi berubah sepi karena Azril yang mengatakan tentang yang dialami Devina selama ini. Septi tersenyum menyeringai. "Siapa yang tidak kenal Devina? Bukan kampus yang selalu dingin kepada semua mahasiswa, kecuali padamu!" ucapnya geram sambil menatap Azril dengan penuh kebencian. Azril berdecih. "Oh, ternyata kau adalah salah satu laki-laki yang tertolak. Mau bagaimana lagi, hanya aku yang ada di matanya." "Aku tidak ditolak, karena memang tidak menyatakan perasaan. Hanya saja, sangat disayangkan perasaannya yang halus dirobek olehmu." Septi memilih untuk menjauh dari Azril dan mendekat ke arah Ayu. "Kupikir kau mencintaiku dengan setulus hati, nyatanya tidak. Mulai saat ini, kita bukan lagi hubungan suami-istri." tegasnya. Nafisah mulai tersenyum lebar. Jika Septi menalak Ayu, tandanya laki-laki masih punya perasaan padanya. Dengan penuh percaya diri, dia mendekat ke arah Septi. "Pasti kar

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 36

    Azril sudah ada perasaan tidak enak ketika mendatangi rumah pakdenya Nafisah yang dulu pernah dia tinggali selama beberapa waktu itu. Sangat hening dan sepi. Sudah ada perasaan kalau penghuni rumahnya sedang tidak di tempat. Sementara Nafisah malah membuka setiap pintu kamar dengan tangis yang hampir pecah. "Jangan sampai kau menunjukkan rasa kasihanmu, karena aku tidak akan kasihan apapun keadaanmu," tegas Azril. Nafisah tidak bicara jelas kepada Azril, dari tadi dia hanya bergumam. "Sudahlah, tidak usah berteriak dengan sekuat tenaga. Keluargamu memang sudah meninggalkan rumah ini," jelas Azril membuat Nafisah geram. "Jangan sembarangan bicara kalau tidak tahu apapun!" teriaknya kepada Azril. Rasa panik pun semakin menjadi ketika tidak ada satu pun anggota keluarganya yang berada di rumah. Bahkan, baju-baju terbaik mereka pun sudah tidak ada lagi. "Kau memang tidak punya harapan!" lirih Azril. Dia memilih untuk duduk di teras sambil menunggu Nafisah melakukan apa yang ingin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status