Share

Gangguan

"Siapa Nafis?" tanya wanita itu lagi dengan penuh penekanan. Beliau adalah ibu mertuaku, mamanya Mas Azril.

"Em, bukan siapa-siapa, Ma." Aku langsung berjalan ke arahnya dengan senyuman yang mengembang. Aku memang kurang suka kedatangan Mama saat ini, karena akan menghambat pernikahan Mas Azril dan Nafisah.

Namun, di sisi lain aku juga bahagia, karena Mas Azril tidak akan bisa berkutik di depan Mama. Enggak akan pernah. Jadi saat ini, aku sudah bisa lebih tenang menjalani hidup ini seperti keluarga normal dalam beberapa hari ke depan, dan akan kupastikan kalau Mas Azril tidak akan bisa berkutik.

"Anak Mama gak nakal kan?" tanya Mama dengan kepanikan yang sangat terlihat di wajahnya.

"Mama bisa tanyakan langsung pada orangnya." Aku tersenyum menyeringai ketika melihat Mas Azril yang tidak bisa bicara,hanya menggeleng saja.

"Kau bisu?" Mama menatap anaknya tajam. "Perasaan di keluarga kita semuanya normal?" Mama lagi-lagi mengeluarkan kata-kata yang membuat mental Mas Azril terlempar, tentu saja karena laki-laki itu tahu kalau orang tuanya tidak akan berpihak padanya.

Tidak akan pernah.

Mertuaku ini bukan mertua kejam seperti yang ada di film-film, apalagi sampai menindas mertua, enggak mungkin. Beliau adalah perempuan yang sangat lembut, setiap kata yang diucapkannya kepada para wanita selalu halus, berbeda dengan laki-laki. Kecuali suaminya.

Selain kepada bapak mertua, Mama akan berbicara tegas, dan tidak ada kelembutan sama sekali. Meksipun anaknya, seperti Mas Azril, tetap saja tidak akan berpengaruh.

Mama ini jauh lebih menyayangiku daripada anaknya sendiri, bahkan tidak segan memukul Mas Azril demi membahagiakan aku.

Hebat bukan?

Meksipun mertua seperti ini sangat langka, tapi bukan berarti kita tidak bisa memilikinya. Jadilah menantu idaman, maka akan mendapatkan mertua idaman juga.

Jika sudah melakukan segala hal tapi tetap mendapatkan mertua yang kejam, mungkin jodohmu dengan anaknya tidak akan lama, dan Allah hanya ingin menguji kamu.

"Awas kalau kau macam-macam, Mama tarik kamu pulang ke rumah!" ancamnya membuat Mas Azril geleng-geleng kepala.

"Sayang, apa kamu ada luka?" tanyanya sambil melihat semua anggota tubuhku.

"Enggak ada kok, Ma. Aku perempuan kuat yang akan melawan jika ada yang menyakiti, jadi Mama tenang saja." ucapku bangga.

"Benar, lawan saja jika ada yang menyakitimu. Mama akan langsung turun tangan untuk membereskan orang-orang yang berani melukai putri Mama ini, meksipun suamimu sendiri." pesannya sambil menciumi puncak kepalaku.

Wajahku yang kebetulan berhadapan dengan Mas Azril pun tidak ketinggalan untuk tersenyum merendah. "Kau sudah kalah, Mas!" ucapku tanpa suara, hanya menggerakkan bibir saja.

Seketika wajah Mas Azril berkeringat.

"Kamu gak melakukan sesuatu kepada anak Mama ini, kan?" tanya Mama pada putranya itu.

"Eng ... enggak, Ma. Tentu saja enggak, iya, kan, Na?" tanya Mas Azril ketakutan.

"Mana kutahu!"

"Tuh, kamu sudah buat anak Mama tidak suka. Jadi, mulai malam ini, kamu yang cuci piring!" titah Mama membuat kedua mata Mas Azril membulat sempurna.

"Mana ada aku cuci piring, Ma. Enggak pernah!" tolaknya tak terima.

"Mulai sekarang ada, biar pernah juga." tegas Malam dengan sorot mata memerintah.

Belum aku bertanya kenapa Mama datang sendiri, biasanya juga sama Papa, tapi sudah membaca status Papa lebih dulu.

"Duh, banyak kerjaan, terpaksa bermalam di kantor, deh. Untung punya istri pengertian, jadi langsung pergi tengok putri kami. Padahal aku juga dah kangen sama istri tercinta dan Vinaku." tulisnya di status WA.

Aku hanya tertawa dalam hati, mertuaku itu memang pasangan yang romantis. Jauh sama anaknya Mas Azril, sungguh bagaikan langit dan bumi.

Bukan hanya Mama, Papa juga memang sangat menyayangiku. Meskipun aku tidak tega jika harus memilih jalan berpisah dengan Mas Azril, tapi aku juga yakin kalau mereka tidak akan marah. Semuanya demi kebagiaanku dan juga kebahagiaan calon cucunya.

Usai makan malam, Mama langsung memberikan perintah kepada Mas Azril untuk membereskan meja makan sendirian.

"Loh, tugasku kan cuma cuci piring, Ma?" protes Mas Azril tidak terima.

"Mama gak peduli! Pokoknya bersihkan sekarang dan cuci semua yang kotor!" titah Mama tajam.

"Terus Devina ngapain?" tanyanya tidak tahu malu.

"Ngapain? Istri itu ratu, semua pekerjaan rumah bukan tugas istri, melainkan suami. Makanya ngaji! Biar tahu kewajiban kamu sebagai suami itu apa!" jelas Mama sambil emosi.

Tidak bisa kubayangkan kalau Mama tahu Mas Azril memberikan aku obat untuk penunda kehamilan yang bisa berakibat fatal, mungkin emosinya akan meluap-luap.

"Ini masih kotor, cuci lagi!" Mama lagi-lagi menyimpan piring yang sudah dicuci Mas Azril ke wastafel.

"Selamat bekerja semalaman, Mas," bisikku di telinganya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status