Share

Ayo Pulang

Aku peluk erat tubuh wanita yang sudah melahirkanku itu. Aku tidak bisa menyembunyikan air mata saat memeluk tubuhnya, air mata ini bukan air mata kesedihan karena hendak berpisah dengannya tapi lebih pada rasa kecewa dan sedih yang ada dalam hati.

Aku menangis dan bersedih karena perbuatan yang dilakukan oleh Mas Bagas. Dia bukan hanya mengecewakanku tapi juga mengabaikan ibuku yang sudah jauh-jauh datang dari kampung.

"Jangan menangis tho, Nduk. Kamu ini udah kayak anak kecil saja. Besok kalau kamu libur kita ketemu lagi," ucap ibu sambil mengelus punggungku.

Aku hanya mengangguk dan menyeka air mataku. "Ibu tidak tahu apa yang membuatku menangis," sahutku dalam hati.

Setelah berpamitan, aku melepas ibu masuk ke dalam peron untuk menunggu kedatangan kereta api yang sebentar lagi datang dan akan membawa ibu pulang ke kampung halaman.

"Mentari," sebuah panggilan menyapa Indra pendengaranku.

Aku sangat mengenal suara itu suara yang selama 3 hari ini mengabaikanku, membuatku saki
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status