Home / Romansa / WANITA YANG MERINDUKAN SURGA / Pekerjaan yang Tidak Biasa

Share

Pekerjaan yang Tidak Biasa

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2022-09-10 07:14:28

Nay, aku hari ini gak pulang ya. Harus menemani Alex hingga besok. Hari ini kontrakku dengannya berakhir," ucapku pada Nayla teman kosanku sekaligus orang yang tahu segalanya tentang diriku.

Karena dari dirinya lah semua pekerjaan dan aktivitas yang aku lakukan saat ini berasal. Kami bekerja di tempat yang sama, pekerjaan yang dijadikan sampingan dari pekerjaan kami sesungguhnya. Agar kami terlihat bekerja normal seperti orang pada umumnya.

"Wow, akhirnya berakhir juga kontrakmu dengan bule tampan itu. Setelah itu kamu bebas mau ngapain saja, tapi kalau aku lebih memilih hidup nyaman bersamanya. Terjamin materi dan segalanya," ujar Nayla sambil berbisik dan tertawa

Saat ini kami sedang makan siang di kantin kampus. Aku dan Nayla sama-sama kuliah di kampus yang sama meskipun beda angkatan dan jurusan. Nayla lebih dulu masuk ke kampus ini, dan aku satu tahun setelahnya.

Dia semester empat sedangkan aku baru semester dua. Kami sama-sama mengambil kuliah di hari Sabtu dan Minggu saat kami tidak bekerja. Awalnya Nayla maupun aku tidak diijinkan untuk libur saat weekend, tapi berkat bantuannya akupun bisa libur saat weekend dan ikut kuliah seperti dirinya.

Aku tersenyum hambar menanggapi ucapan temanku itu.

"Aku akan berhenti setelah ini, Nay. Aku akan bekerja dengan normal sambil kuliah," sahutku sambil menyesap jus jeruk yang sudah aku pesan.

"Kamu yakin bisa, memang sudah berapa banyak tabunganmu hingga kamu berpikir itu cukup untuk bertahan hidup di kota metropolitan ini dan juga membayar biaya kuliahmu. Masih ada tiga tahun lagi Ri, bahkan jika kamu hanya makan mie instan setiap hari, gajimu itu tidak akan cukup untuk membayar biaya kuliah dan biaya hidup di kota ini," tuturnya panjang lebar.

"Aku ingin mencobanya terlebih dahulu, Nay. Mungkin sejak awal datang ke kota ini aku bukanlah gadis yang suci, bahkan aku lari dari kampung karena sudah tidak tahan diperlukan tidak senonoh. Tapi aku ingin berubah, aku ingin seperti orang-orang pada umumnya."

"Aku menghargai pilihanmu, tapi jika kamu masih butuh bantuan, ingat ada aku yang akan membantumu. Meskipun ajaranku sesat," ujarnya sambil menahan tawa.

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan, ajaran dan pekerjaan yang dia tunjukkan padaku ini memang sebuah pekerjaan yang tidak biasa. Menjadi simpanan seseorang, mereka butuh perhatian dan tubuh kami dan kami butuh uang mereka.

"Dulu aku juga pernah berpikir seperti yang kamu pikirkan, tapi pada kenyataannya untuk berubah tidak semudah itu. Uang tidak datang dengan mudah kehadapan kita, bahkan jika pekerjaan kita ini sepertinya menyenangkan tinggal membuka pah* dihadapan pria tapi kamu tahu pasti semua tidak semudah itu bukan?"

Aku mengangguk untuk menjawab perkataannya, memang semua terlihat mudah. Tapi dalam hatiku kadang terasa hampa, sudut hatiku paling dalam mengatakan jika yang aku lakukan adalah kesalahan dan dosa.

"Padahal kamu enak loh Ri, si bule itu tampan dan masih terlihat muda. Sepertinya dia juga memperlakukanmu dengan baik. Aku dulu pertama menjadi simpan*n, orangnya udah tua gak ada enak-enaknya di pandang selain uangnya."

Aku memandang tidak percaya pada temanku itu, apa iya begitu. Aku memang baru di dunia seperti ini, dan dalam perjanjian yang aku tandatangani dengan Alex, aku tidak boleh menjadi milik siapapun selagi bekerja padanya.

Berbeda dengan Nayla yang mempunyai banyak job diluar apa yang seperti aku lakukan orang sekaligus. Entah bagaimana caranya membagi waktu, aku tidak ingin ikut campur lebih dalam urusan pribadinya.

****

Jam tiga kurang, tepatnya beberapa menit sebelum jam kuliahku selesai smartphone milikku bergetar. Aku mengambilnya meskipun dosen masih belum selesai menjelaskan materi pelajarannya.

Aku pikir itu pesan dari Nayla yang mengajakku pulang bareng. Mungkin dia lupa apa yang aku katakan tadi, jika aku tidak pulang hari ini. Alex memintaku langsung ke hotel tanpa pulang terlebih dahulu.

[Jangan lupa langsung ke hotel] pesan dari nomor kontak Alex. Dia mengingatkan aku lagi tepat sebelum pulang kuliah.

Begitu jam kuliah selesai aku langsung memesan taksi dan pergi ke alamat yang di berikan Alex padaku. Aku tidak mau naik kendaraan umum atau ojek, agar badanku tidak semakin berkeringat saat bertemu dengannya. Ditambah lagi baju yang aku pakai sekarang ini belum ganti sejak tadi pagi.

Begitu sampai di tempat tujuan, aku bergegas menuju kamar dimana dia sudah menunggu. Setelah memencet tombol bel, tidak lama menunggu akhirnya pintu itu di buka.

Pria berbadan tegap, bermata biru, dengan kulit putih bersih itu berada tepat di depanku hanya dengan memakai bathrobe. Sepertinya dia baru selesai mandi, terlihat dari rambutnya yang basah dan titik-titik air yang masih tersisa di wajahnya.

Tidak biasanya dia menyambut kedatanganku dengan pakaian seperti itu, biasanya saat aku datang dia masih memakai baju kerja lengkap. Celana panjang, kemeja panjang, lengkap dengan dasi dan kadang masih memakai jas. Dadaku kembang kempis membayangkan harus melewati waktu semalam bersamanya kali ini.

🍁 🍁 🍁

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Ending

    "Mbak, kenapa harus aku yang jadi sekretaris pribadinya?" tanyaku pada Mbak Aira. "Lalu siapa lagi, masa aku? kalaupun mencari orang baru butuh waktu, jadi lebih baik kamu saja. Kamu ini gimana sih, orang-orang senang naik jabatan, kamu malah pakai bertanya," tutur Mbak Aira panjang lebar. Entah kenapa, aku merasa tidak nyaman saja menyandang status itu. Padahal semua orang di kantor ini juga baik-baik semua. "Orangnya baik gak, Mbak?" tanyaku pada temanku itu. "Baik, bule lagi."Memangnya kenapa kalau bule, ada-ada saja Mbak Aira ini. Aku memang belum pernah bertemu dengannya, hanya saja namanya sama seperti orang yang pernah ada dalam masa laluku. Ah mungkin nama itu termasuk nama pasaran. Saat atasan baru kami itu datang pertama kali untuk mengenalkan diri, saat itu aku sedang mengambil cuti karena kematian ayah mertuaku. Harapanku yang menginginkan agar atasanku tersebut adalah bukan orang yang aku kenal ternyata hanyalah sebuah harapan. Satu hari sebelum aku bertemu dengan

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Rekaman

    Setelah mendapat apa yang kunginkan, aku segera kembali ke cafe, tidak mau membuat Mentari menunggu terlalu lama. Dua buah alat perekam suara dengan ukuran sangat kecil telah aku dapatkan, aku akan menyimpannya di dalam tas kerja istriku. "Apa aku terlalu lama meninggalkan dirimu?" tanyaku pada Mentari yang dengan setia masih menungguku di dalam ruanganku. "Tidak, Mas. Mau pulang sekarang?" "Ayo!" Tanpa beristirahat lagi, aku dan Mentari keluar dari ruanganku dan berjalan beriringan keluar cafe. Tujuan kami adalah pulang ke rumah. Seperti biasanya, sesampainya di rumah kami akan membersihkan diri secara bergantian di kamar mandi. Namun jika sedang ingin, kami akan menghabiskan waktu cukup lama di dalam kamar mandi berdua. "Mentari, tolong ambilkan handuk. Ketinggian," teriakku dari dalam kamar mandi. Tadi aku lihat istriku itu sudah menyiapkan handuk di atas tempat tidur, namun aku sengaja tidak membawanya. Untuk apa lagi coba, tentu saja agak aku bisa memanggilnya dari dalam k

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Menjaga, Bukan Curiga

    Wanita yang Merindukan SurgaPOV Bagas"Mas, aku hari ini nggak usah dijemput, aku akan ke cafe sendirian baru kita pulang bareng," Begitulah yang di katakan Mentari saat menelponku tadi siang saat jam makan dan istirahat. Aku sebenarnya tidak mau istriku itu jalan sendirian pulang kerja, kebiasaan mengantar dan menjemputnya, bagiku seperti sebuah pekerja, seperti sebuah rutinitas. Aku melakukannya dengan senang hati, tapi sepertinya kali ini dia ingin pulang sendiri. Katanya ingin menikmati kendaraan umum lagi. Ada-ada saja, biasanya orang menikmati kemudahan, ini malah ingin mengulang masa-masa sulitnya dulu. Ketukan pintu membuyar lamunanku. "Masuk!" Seruku dari dalam.Seorang karyawan wanita masuk ke dalam ruanganku."Pak, ada tamu yang mencari Bapak. Namanya Pak Galang." Galang, untuk apa dia ke sini menemuiku. Aku sudah memutuskan hubungan dengannya saat dia melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan pada istriku. Bahkan aku memutuskan hubungan bisnis, aku mengambil alih

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Pria Itu Lagi

    Seminggu sudah berlalu dari kepergian bapak mertuaku, Mas Bagas terlihat masih belum bisa menerima kenyataan itu. Aku tahu rasanya kehilangan orang yang kita sayangi, meskipun saat itu aku masih kecil, tapi rasa sakitnya masih bisa aku rasakan hingga sekarang. "Mas, kalau kamu masih mau disini bersama ibu, disinilah dulu. Aku akan kembali ke kota sendiri. Nanti aku yang akan melihat dan mengecek keadaan cafe di sana sepulang kerja." Aku berkata sambil membereskan baju-baju kami. Melihat Mas Bagas tidak bersemangat saat bekemas, membuatku mengatakan hal tersebut.Bukan tanpa alasan aku harus segera kembali ke kota. Aku sudah menambah masa cuti dengan alasan kematian mertuaku. Rasanya aku tidak bisa lagi menambah liburan di sini, apalagi hingga menunggu empat puluh hari wafatnya mertuaku. "Nggak apa-apa, mas akan pulang juga. Mana mungkin aku tega membiarkan dirimu pergi sendirian?" Tolak Mas Bagas, tidak setuju dengan ideku."Aku dulu terbiasa kemana-mana sendiri jadi tidak masalah.

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Pesan Mertua

    Aku terbangun dari tidur seorang diri, kemana perginya suamiku. Tadi setelah makan siang, kami beristirahat dan tidur siang. Mas Bagas yang kelelahan langsung tertidur pulas begitu tubuhnya bersentuhan dengan bantal. Sedangkan aku perlu waktu lebih lama hingga akhirnya mataku bisa terpejam. Aku segera bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar, mencari dimana suamiku berada atau mungkin bisa membantu kesibukan mertuaku dan mengakrabkan diri dengan wanita yang sudah melahirkan suamiku. "Dia anak tunggal, kamu anak tunggal. Bagiamana jika kalian susah punya anak?" terdengar suara ibu mertuaku berbicara dengan Mas Bagas. Suara itu terdengar dari arah ruang tamu. Aku yang sudah keluar dari kamar akhirnya urung untuk mendekat pada mereka karena mendengar perkataan itu. Aku lebih memilih untuk berdiri di tempatku, entah untuk menguping atau karena kakiku enggan melangkah meninggalkan tempat ini. "Mana ada hubungannya Bu," sahut Mas Bagas. "Buktinya, sampai sekarang dia belum hamil

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Tentang Buah Hati

    "Apa aku perlu ikut, mas?" tanyaku pada Mas Bagas saat dia hendak pergi ke cafe. Mungkin Mas Bagas hendak menemui Pak Galang atau menyelesaikan pekerjaan kemarin yang belum selesai. "Tidak perlu, mas gak mau kamu ketemu dengan laki-laki itu. Kamu tungguin di kamar saja ya? bosan gak? apa mau jalan-jalan?" "Nggak mas, aku di kamar saja." "Aku akan cepat kembali," ucapnya sambil mencium keningku sebelum pergi. Seharusnya aku ikut dengannya seperti rencana awal Mas Bagas memperkenalkan aku pada usahanya di kota ini, namun kejadian kemarin membuat semuanya jadi berantakan. Kenapa juga Pak Galang dan Mas Bagas harus berteman. Setelah kepergian Mas Bagas, aku memilih untuk bersantai didalam kamar. Bermain dengan smartphone milikku dan menonton film kesukaanku. Hal yang sudah lama sekali tidak pernah aku lakukan karena kesibukanku. Seharusnya saat ini akupun juga sibuk, namun nyatanya Mas Bagas memintaku untuk beristirahat saja. Aku menonton film hingga selesai beberapa judul, hingga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status