Bagi setiap manusia yang sudah siap untuk menyerahkan jiwa-jiwanya agar dia bisa menjadi manusia yang memiliki kekayaan dan kekuasaan sesuai dengan apa yang dia mau dalam hidupnya. Akan membuat jiwanya sengsara ketika dia meninggal.
Para manusia tersebut akan meninggal jauh sebelum waktunya, dan selama itu pula jiwanya akan menjadi budak bagi para makhluk untuk selamanya. Sampai menunggu kehancuran dunia tiba dan memusnahkan semua isi di dalamnya.
Hanya ada dua cara untuk membebaskan jiwa-jiwa yang malang ini, jiwa-jiwa yang selama hidupnya, hidup dalam kesenangan yang mendalam dan kekuasaan yang berlebih. Namun akan menangis dan menyesal ketika mereka meninggal di saat puncak kejayaannya.
Mereka akan menjadi sesuatu yang bahkan lebih rendah daripada tumbal-tumbal yang seringkali mereka berikan kepada para makhluk tersebut, dan para makhluk pun membiarkan para jiwa-jiwa ini bertemu kembali dengan tumbal-tumbal yang sudah mereka bunuh untuk memenuhi syarat dar
si Kala jago amat ya pantesan kampung sepuh susah banget keluar dari misteri yang menyelimutinya Fun Fact = Kala dalam bahasa sunda lama adalah waktu namun biasanya kata Kala suka digunakan bagi sesuatu mahluk yang muncul di sore hari menjelang malam yang menculik anak-anak yaitu SANIKALA atau SANDEKALA yang arti sebenarnya adalah Sande ; bukan dan Kala ; waktu yang di artikan, sudah bukan waktu anak-anak bermain lagi ketika sore, jadi bukan nama mahluk halus sebenarnya (PREQUEL WTM SUDAH ADA, SILAHKAN CARI KUTUKAN LELUHUR DAN RASAKAN SENSASINYA)
Situasi yang terjadi di tempat itu semakin kacau, aku tidak tahu sudah berapa lama aku di tempat ini, karena realita waktu sangat berbeda dengan waktu yang terjadi di Gunung Sepuh.Aku melihat kehancuran ini dengan seksama, semua makhluk yang ada di tempat ini hampir semuanya terkapar dalam keadaan yang mengenaskan, sedangkan yang lainnya lagi terlihat menghilang dan menjadi pasir-pasir yang berkumpul di tempat ini.BlugAku kembali terjatuh, tepatnya di dalam salah satu ruangan yang kini sudah hancur berkeping-keping. Menyisakan dinding yang masih berdiri utuh tanpa atap dengan banyaknya puing-puing yang berserakan di mana-mana.Ruangan itu sepertinya ruangan yang sangat mewah apabila bangunan ini belum hancur seperti sekarang, dengan banyaknya ornamen-ornamen yang indah yang kini tampak hancur di kiri dan kanan ruangan tersebut.lantainya yang dibuat dari batu hitam yang berkilau dengan garis-garis putih tipis yang membuat cantik ruangan tersebut
Entah apa yang terjadi, Aku hanya bisa menutupi mataku karena cahaya dari petir itu sangatlah menyilaukan. Aku sudah pasrah akan keadaanku saat ini, mungkin apabila aku membiarkan tubuh dan jiwaku terpisah di tempat ini, para warga Kampung Sepuh mungkin saja tidak bisa menemukan jasadku, dan aku akan menghilang, layaknya para manusia yang datang ke Gunung Sepuh dan tidak pernah kembali.Seekor kucing yang rasanya aku kenal tiba-tiba muncul, dia melompat ke atas tubuhku yang penuh luka ini dan mengeong seperti layaknya kucing pada umumnya.Namun, sepersekian detik ketika suara itu terdengar. Tiba-tiba petir yang Kala layangkan kepadaku tiba-tiba terbelah. Dan menghantam lantai tempat aku berbaring sekarang.MeowKucing itu tiba-tiba berjalan ke atasku dan menjilati tangannya seperti layaknya kucing pada umumnya, tidak ada rasa takut atau rasa khawatir karena tidak jauh di dekatnya ada makhluk yang sangat menyeramkan dan buas dengan tinggi yang berpuluh-pul
Situasi yang terjadi di tempat tersebut secara tiba-tiba berubah, suatu tempat dengan bangunan megah dengan warna langit yang memerah karena tertutup kabut tebal kini seketika menghilang, digantikan oleh cahaya bulan purnama yang indah dan bintang-bintang yang berhamburan menjaga sang bulan tersebut agar tetap memancarkan sinarnya yang terang. Dan dibalik terjadinya situasi seperti itu, adalah sosok Nenek Anteh dengan kucingnya yang selalu setia menemaninya. Dia datang di saat-saat terakhir, saat di mana kita semua sudah mencapai batas dan tidak mampu bergerak kembali karena tubuh kita sudah bekerja sangat keras hingga akhirnya mencapai batasnya. Sinar bulan purnama yang muncul itu tiba-tiba menghangatkan badanku dan mengisi kembali energi yang sudah terkuras habis, juga menutup kembali luka-luka yang ada di dalam tubuhku sehingga aku bisa bangkit kembali dan berdiri dengan kedua kakiku di tempat ini. Sinar bulan mempunyai elemen penting dalam kehidupan, apal
TikTokTikTokSetiap detiknya, waktu semakin bergerak menuju pagi. Pak Ardi, Mang Rusdi, Aki Karma, Mang Dadang, Mang Uha, dan para warga yang masih menunggu di depan gerbang masih berharap bahwa aku akan segera pulang.Karena, hingga saat ini, mereka semua tidak menemukan tanda-tanda bahwa aku akan keluar dengan selamat dari Gunung Sepuh. Wajah-wajah khawatir semakin terlihat, bercampur dengan rasa ketakutan yang dialami oleh warga yang melihat beberapa makhluk yang keluar hutan dengan mata kepalanya sendiri.Mang Rusdi berjalan bolak-balik dengan tangan yang sesekali melihat HP lama nya dengan keadaan yang tidak karuan, juga Pak Ardi yang masih berdiri dengan Aki Karma juga kini lebih sering melihat HP nya dengan menggerak-gerakan tangannya.“Mang, sudah jam berapa sekarang?” Kata Mang Uha kepada Mang Dadang yang memegang senternya dengan sangat erat.“Setengah lima Mang, ” Kata Mang Dadang sambil me
Mereka semua berlari masuk ke dalam hutan Gunung Sepuh yang masih terlihat gelap dan menyeramkan, dengan aura mistis yang kental dan terasa oleh semua warga Kampung Sepuh pada pagi itu.Meskipun waktu itu adalah waktu di mana pagi akan menjelang, namun tetap saja. aura-aura mistis yang terasa oleh para warga yang sedang berlari ke dalam sangatlah terasa.Apalagi dari mereka semua, hampir sebagian besar belum pernah keluar pada dalam gelap semasa hidupnya, mereka sudah terbuai oleh bantal dan selimut tebal dari mereka lahir hingga saat ini, dan mereka mematuhi larangan untuk keluar rumah hingga pagi tiba. Sehingga mereka tidak mengetahui rasanya masuk ke dalam hutan pada saat-saat seperti ini.“JANGGGG, UJANGGGG!!!!!”Mang Rusdi berteriak-teriak sambil berlari. Senternya di arahkan ke segala arah, mencoba mencariku di dalam gelapnya hutan Gunung Sepuh yang luas tersebut. Para warga lainnya juga melakukan hal yang sama, mereka berlari sambil men
Pandangan ku tiba-tiba gelap, aku sudah tidak bisa merasakan apapun lagi. Aku yang sudah pasrah kini hanya bisa membiarkan tubuhku yang tertutup oleh tanah yang menimpaku seketika dari atas sana. Dan para warga yang menyaksikan hal itu secara langsung tiba-tiba panik dan langsung berteriak memanggilku. “UJANGGGGGGGG!!!” Mang Rusdi yang pertama berlari ke arah tanah longsoran tersebut dan memindahkan batu, ranting-ranting dan tanah untuk mencariku dengan kedua tangannya. Begitu juga dengan Aki Karma, Mang Dadang, dan Mang Uha serta warga-warga yang lainnya yang membantu memindahkan semua material longsor yang menutupi tubuhku, dan berharap aku masih bisa bertahan dengan tubuh yang tertutup oleh longsoran tanah tersebut. Sedangkan Pak Ardi, dia langsung menelpon anaknya dan Pak Caca untuk segera meminta bantuan. Karena kini situasinya sangat berbeda, Pak Ardi membutuhkan lebih banyak orang agar bisa lebih cepat menyelamatkan aku yang berada di d
Aku kembali berdiri, di tengah-tengah hamparan rerumputan yang luas. Dengan salah satu pohon besar yang ada di puncak yang terlihat olehku dari kejauhan. Rerumputan itu kini tampak lebih hijau dari sebelumnya, dan tidak terlihat lagi ilalang-ilalang yang tinggi menjulang hingga menutupi badanku saat itu. Panas yang terik, dengan angin segar yang berhembus dari pegunungan membuatku merasakan suatu perasaan yang sangat lega. Entah mengapa. Hatiku kini terasa sangat tenang ketika berada di tempat ini. Aku pun berjalan, melewati rerumputan tersebut dengan kakiku yang tidak memakai alas kaki sama sekali. Mencoba untuk berjalan dan duduk kembali di pohon besar yang berdiri di tengah-tengah rerumputan di atas sana. Jalanan yang kulalui sangat begitu mulus, tidak ada serangga-serangga yang menggigit kakiku, tidak ada jalanan yang becek bercampur lumpur. Juga tidak ada lagi lubang yang membuatku terperosok. Semuanya sangatlah berbeda, aku seper
Dua minggu kemudian.Warung yang sudah hancur akibat aku bakar, kini kembali berdiri. Lengkap dengan etalase yang sudah diperbaiki dan barang-barang yang dagangan yang mengisi penuh etalase dan rak-rak dagangan di warungku ini.Dan suasana sore hari yang penuh dengan hilir mudik warga kampung yang pulang dari sawah dan ladang terlihat olehku yang kini menjaga lagi warung yang sudah aku buat kembali bersama para warga dengan bantuan modal dari Pak Ardi.Aku seperti biasa kini sedang duduk dan bercengkrama dengan Mang Rusdi dan Mang Darman yang baru pulang dari berkeliling kampung untuk berdagang. Canda dan tawa menghiasi obrolan-obrolan tersebut karena sesekali Mang Darman berceloteh dan bercanda atas apa yang dia lakukan.Mereka berdua sudah mengetahui kejadian yang menimpaku di tempat itu, bahkan pertarungan ku dengan Kala di Gunung Sepuh. Dan itu membuat mereka tercengang karena mereka tidak mengetahui bahwa ada makhluk yang seperti itu di Gunung Sepuh.