Para polisi tersebut membawa penjahat-penjahat tersebut ke rumah sakit. Mereka berharap nyawa mereka terselamatkan dan dalangnya tertangkap. Anggun pun membawa Vino ke rumah sakit. Karena, Vino sudah tidak sadarkan diri.
***
Tim medis langsung membawa Vino ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk diperiksa lebih lanjut. Sedangkan Romeo dan Anggun menunggu di pintu luar ruangan UGD.
"Sebenarnya apa yang terjadi Romeo? Pak Vino diapakan oleh mereka?" tanya Anggun penuh kekhawatiran.
"Ketika kami sedang melawan mereka tiba-tiba perut Pak Vino kesakitan. Dan di bagian perut yang sakit para penjahat tersebut malah menambahnya dengan sebuah pukulan. Dari situ pak Vino ambruk. Aku tidak bisa melawan mereka seorang diri karena mereka membawa senjata tajam dan senjata api. Aku lebih baik menyerah dan mengulur waktu, menunggu anak buah ayahku dan polisi datang. Eh, yang datang lebih malah wonder women," ujar Romeo penuh rasa kagum kepada Anggun karena ternyata
"Shit," umpat Nisa dengan geram. Dia pun mondar mandir sembari menggigit kuku jari tangannya karena sedang merasa cemas. Dia takut jika kejahatannya terungkap dan kemudian ditangkap oleh pihak yang berwajib.***"Kamu tenang saja, aku kira mereka sekarang sudah tewas karena keracunan. Racun itu terbuat dari bisa ular king cobra. Jika di gigit langsung oleh king cobra dalam beberapa menit korban gigitan akan meninggal. Karena ini olahan, racunnya tidak langsung membunuh korban tetapi sedikit demi sedikit menggrogoti tubuh korban. Jika dari mulutnya sudah keluar darah, maka, dalam hitungan menit mereka akan tewas."Nisa pun kembali tersenyum licik. Dia sekarang memikirkan rencana jahatnya lagi untuk menumpas orang-orang yang akan menggagalkan rencananya."Baiklah, sebelum Rico bangun, aku akan menutup telepon."Panggilan mereka berakhir dan nomor telepon pria misterius itu pun di h
Romeo pun menyusul Vino ke arah pintu dan kemudian dia memeluk Vino dari belakang. “Romeooo ….” Clek! “Aku hanya mau membukakan pintu untuk bapak. Tidak usah berteriak seperti itu, yang lain sudah pada tidur. Aku masih normal, tidak akan macam-macam kepada bapak. Apalagi harus merusak bokong bapak yang indah. Hahaha,” gelak tawa Romeo terdengar sangat renyah ketika melihat sang dosen killer yang ditakuti satu kampus ketakutan oleh tingkahnya. Dia pun menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur dengan masih terpingkal-pingkal. “Kamu—” Dengan emosi, Vino menindih dan menduduki Romeo dan kemudian mencekik longgar mahasiswa tidak berakhlak tersebut. “Tolong-tolong,” teriak Romeo. “Pak, Jangan lakukan itu kepadaku—” Dari pintu kamar yang terbuka, Anggun, Vita dan Allina melihat perbuatan Vino yang mereka anggap tidak senonoh kepada
“Nah itu, kan, alasan Nisa menyerang bapak. Lalu, apa alasan Nisa mau membunuh Anggun?”“Itu yang membuatku penasaran dan Rico pun memintaku untuk melindungi Anggun. Untuk sementara kita harus menemani Anggun sampai Rico sembuh dan pulang ke rumah.” sahut Vino yang masih penasaran dan ini akan menjadi teka-teki baru baginya untuk dipecahkan.Bruk! Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan sendirinya. Dan kemudian di susul Anggun yang tidur sembari berjalan. Mereka berdua hanya bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh Anggun. Anggun pun naik ke atas tempat tidur lalu berbaring di antara Vino dan Romeo. Romeo dan Vino bingung mereka harus bagaimana? Ingin rasanya membangunkan putri tidur itu. Namun, tidur Anggun tampak pulas, sehingga mereka tidak tega membangunkan wanita tersebut untuk pindah ke kamarnya.Mereka pun memutuskan untuk tidur bertiga di atas ranjang yang luas. M
Anggun tiba-tiba naik ke tubuh Romeo. “Pak Vino, ini bagaimana?” tanya Romeo yang takut jika dia diapa-apakan oleh Anggun. “Aku masih perjaka!” racaunya dengan raut wajah cemas sembari meringis ketakutan, tetapi jika keperjakaannya direnggut oleh Anggun, dia dengan senang hati akan merelakannya.“Aku juga tidak tahu harus bagaimana?” jawab Vino yang kebingungan.Mata Vino membelalak ketika Anggun akan menundukkan wajahnya kepada Romeo. Dengan cepat Vino mengambil bantal dan segera meletakan bantal tersebut di atas wajah Romeo. Ternyata benar saja, Anggun dengan keadaan tertidur pun menciumi bantal tersebut. Vino pun jadi membayangkan bahwa dia yang sedang berciuman dengan Anggun. “Anggun!” tutur Vino dengan suara berbisik sembari memegang bibirnya yang merah.Sedangkan Romeo, dia sudah hampir kehabisan napas karena wajahnya ditutup oleh bantal ditambah posisi Anggun yang be
“Aaa …,” teriakan Anggun menggema ketika dia terbangun dari tidurnya.“Ada apa,” Vino dan Romeo terbangun dari tidurnya karena teriakan Anggun.Anggun merasa asing dengan apa yang dia lihat di depan matanya. Kamar ini bukan kamarnya melainkan kamar tamu tempat Rico dan Romeo menginap. Dia langsung melihat dalaman pakaiannya, ternyata masih utuh tidak ada yang hilang. Dia bingung kenapa dia bisa berada di sini? Tatapan langsung menghunus tajam ke arah Romeo dan Vino.“Apa yang kalian padaku? Kenapa aku bisa di sini?” tanya Anggun mengintimidasi kepada Vino dan Romeo yang duduk di sofa cokelat sembari tertunduk karena masih mengantuk.“Kami tidak melakukan apa-apa kepadamu!” jawab Romeo sembari menguap dan meregangkan otot-otot kedua tangannya.“Aku tidak percaya!” Anggun pun bergegas pergi dari kamar tamu menuju ke
"Heuh," Allina terkejut ketika Anggun melontarkan pertanyaan kepadanya. "Aku hanya sedang melihat chat yang masuk di ponselku," ucap Allina berbohong. Kemudian dia menyimpan telepon genggamnya itu di atas meja tempat memotong sayuran."Allina bantu aku memotong wortel, daun bawang dan kentang ini. Untuk wortel dan kentang kamu potong dadu-dadu kecil sedangkan daun bawang kamu iris tipis-tipis!""Siap!" jawab Allina. Dia pun mematuhi perkataan Anggun dan melaksanakan perintahnya.Sedangkan Anggun sedang membuat beef teriyaki, ayam goreng mentega, dan cumi saus tiram. Dia begitu sibuk di dapur sehingga tidak sadar bahwa Romeo dan Vino sedari tadi memperhatikannya dari meja makan.Akhirnya, bekal untuk rekreasi telah selesai dibuat dan dikemas. Sekarang dia tinggal membuat nasi goreng dan telur mata sapi untuk sarapan pagi.***Mereka semua sudah berkumpul di me
Anggun pun membuat Ramen dan Shusi untuk cemilan mereka yang kelelahan karena habis rekreasi. Sedangkan Rico dia sedang berbincang dengan Romeo dan Vino masalah kejadian tempo hari. Rico pun meminta kepada mereka agar selalu menemani dan melindungi Anggun. Karena, dia sedang berusaha membuat Anggun benci dan menghindar darinya untuk sementara. Jika Anggun selalu dekat dengannya, maka, akan berdampak pada keselamatan Anggun sendiri.Mereka berdua pun paham dengan kondisi Rico saat ini. Dan mereka berdua pun akan menjaga rahasia agar Anggun tidak tahu maksud dari perlakuan Rico yang kerap kasar terhadapnya. Sebab, jika Anggun tahu, dia pasti akan keras kepala dan terus menyelidiki tentang Nisa seorang diri dan itu akan membahayakan nyawanya.“Setelah waktunya tiba, aku akan memberitahukan siapa Anggun sebenarnya kepada kalian. Hanya untuk saat ini, aku mohon bantuan kalian berdua,” untuk pertama kalinya seorang Rico memohon kepada
Dengan berat hati Rico harus mencoba masakan Nisa. Nisa pun menunggu pendapat Rico tentang masakannya.Rasanya ingin menangis ketika Rico mencicipi masakan tersebut. Ketika kuah ramen yang harusnya gurih berubah menjadi seperti kolak pisang yang rasanya sangat manis."Bagaimana rasanya, Sayang?" tanya Nisa dengan tatapan mendamba.Rico tidak tega jika harus mematahkan hati Nisa tentang masakannya di depan orang lain. "Rasanya luar biasa, Sayang! Perfecto," puji Rico kepada masakan Nisa sembari memberikan senyuman palsu.'Aku bisa sakit perut beneran jika makan masakan Nisa. Mungkin ini sebuah karma karena telah mencela masakan Anggun,' gumamnya dalam hati"Habiskan, ya, Sayang!" pinta Nisa kepada Rico.Wajah Rico seketika memucat, saat Nisa memintanya untuk menghabiskan makanan tersebut. "Aduh, kepalaku kok tiba-tiba pusing, Sayang! Mungkin karena masakan Anggun tadi. Bisakah, membawaku ke kamar?" pinta Rico dengan bersandiwara.