“Perutku, sakit sekali. Maukah, kamu membalur dengan minyak angin seperti tadi?” pinta Rico dengan wajah memelas.
“Baiklah, aku ambil minyak angin terlebih dahulu.”
Anggun pun mengambil minyak angin di mobilnya. Dan segera kembali ke kamar Rico. Dia pun membalur perut Rico dengan lembut. Setelah selesai, dia pun beranjak lagi untuk pergi ke kamarnya.
“Kamu mau kemana?” tanya Rico manja.
“Aku mau ke kamar, Mas. Aku lelah dan ngantuk sekali,” sahut Anggun mulai merasa kesal.
“Mau dipeluk!” pinta Rico sembari membuka tangannya.
“Heuh,” dia melihat ke arah Allina. Allina pun menyuruh Anggun segera memberikan apa yang diminta oleh Rico.
Dan, Allina terkejut ketika melihat ke dinding tepat di depan tempat tidur Rico. Pasalnya ada foto pernikahan Rico dan Anggun terpampang d
Anggun tersenyum sendu. “Aku berusaha menahan agar tidak mencintainya karena mungkin aku akan mengajukan perceraian ketika keluar Adelard menerima Nisa. Kamu bangga ‘kan punya sahabat baik hati seperti aku,” tutur Anggun percaya diri.“Dih, malesin banget. Muji diri sendiri, harusnya aku yang bilang. Anggun, aku sangat bangga memiliki sahabat sepertimu yang baik hati.”Allina pun memeluk sahabatnya itu. Dia tidak percaya di balik wajah ceria yang Anggun tunjukkan kesetiap orang ternyata ada masalah yang sangat berat yang sedang dialami oleh sahabatnya itu.“Kamu, tidak usah sungkan jika ingin bercerita kepadaku. Aku janji akan merahasiakan ini semua dari orang lain. Lalu, bagaimana dengan Romeo. Apakah kamu mencintainya?”“Dulu aku mencintainya, bahkan aku tidak pernah berhubungan dengan seorang pria karena menunggunya. Namun, setelah memiliki suami, ra
“Angguuun …,” panggil Allina dengan nada sedih. “Kamu kenapa? Aku tidak apa-apa, Sayang. Percayalah!” Anggun berusaha meyakinkan sahabatnya itu. Walaupun, sebenarnya, dia merasakan sesak di dada pada saat membayangkan suaminya bercinta dengan wanita lain meskipun itu adalah istri siri sang suami. Rico pun telah selesai menuntaskan hasratnya. Mereka berdua terkulai lemas di tempat tidur. Dia pun kemudian memeluk Nisa dan berkata. “Terima kasih, Sayang. Anggun, aku mencintaimu.” Duar! Nisa bagai disambar petir dimalam hari dalam kondisi cuaca cerah tidak ada angin dan tidak ada hujan. Kalbunya bagai dihujam puluhan belati. Tubuhnya bagai disayat sembilu dan jiwanya bagai dibakar dibakar api yang panas membara. Nisa kemudian melihat lagi wajah Rico dan tampak, bahwa suaminya itu sudah tertidur pulas. Rasanya dia tidak rela jika pria yang sekarang menjadi suaminya itu menci
Kali ini Allina sudah tidak bisa tinggal diam melihat sahabatnya difitnah seperti itu. “Aku sebagai saksinya. Mak lampir itu mungkin tidak tahu jika aku berada di dalam kamar mandi sedari tadi. Dengarkan rekaman ini!” titah Allina sembari memberikan ponselnya.Hati Anggun terasa sakit, ketika dituduh oleh suaminya. Dia pun berlari ke kamarnya sembari menangis. Baru kali ini, Rico melihat Anggun menangis seperti itu karenanya. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya karena bingung sebenarnya siapa yang salah, dan siapa yang berbohong.“Tunggu apa lagi cepat dengarkan!” titah Allina sembari memeluk tangannya di depan dada.Rico pun mendengarkan rekaman tersebut, tubuhnya lemas seketika. Dia merasa sangat bersalah kepada Anggun karena telah menuduhnya tanpa bukti.“Sudah mendengarkannya? Sini ponselku!” ketus Allina kepada Rico.Awalnya Allina sangat kag
Anggun tersenyum sinis dan berkata. “Ketika kamu menarikku dan menyakitiku kamu penuh dengan tenaga. Bahkan, aku kesakitan pun kamu tidak perduli.”“Maaf, aku salah,” ujar Rico dengan wajah sedih sembari memelas. Tatapannya pun begitu sendu terlihat akan menangis. Rico pun terus meminta maaf kepada Anggun tanpa henti seperti seorang anak kecil yang sedang meminta pengampunan dari ibunya.“Heuh,” Anggun membuang wajahnya karena dia tidak tega melihat wajah Rico yang seperti itu. Dia pun mengambil piring yang sudah berisi makanan.“Buka mulutmu!” titah Anggun dengan wajah jutek tanpa tersenyum sedikitpun.‘Yes, Anggun sudah memaafkanku! Aku tinggal melancarkan modusku yang lain,’ tuturnya dalam hati.Sarapan Rico pun telah habis, dan Anggun mengambil kunci mobilnya kemudian mengajak Allina pergi.&ldqu
“Ya sudah, aku turun dulu. Mobil mau di bawa olehmu atau olehku?” tanya Anggun.“Biar aku saja, nanti pulang aku jemput!”“Okay,” Anggun dan Allina pun memegang gagang pintu mobil.“Tunggu!” pinta Rico.“Ya,” sahut Anggun dan Allina berbarengan.Rico memberikan tangan agar mereka sun tangan kepadanya. Allina pun mencium tangan kepada Rico dan giliran Anggun yang sun tangan Rico malah menariknya dan mencium bibir Anggun dengan mesra.Spontan Allina menutup matanya, dia tidak mau melihat adegan suami istri yag sedang berciuman.“Terima kasih!” tutur Rico kemudian mengecup kening Anggun.“Kalian berdua tidak menghargaiku sama sekali. Aku masih polos!” ujar Allina.Mereka pun keluar dari mobil. Tiba-tiba dari dalam mob
Anggun membelalak, tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang. Hatinya menjadi tidak tenang. Dia mendongakkan kepalanya melihat wajah Rico yang sedang berbicara, tidak ada gurauan dari perkataannya. ‘Mampus aku, jika Mas Rico bilang aku adalah istrinya. Apa kata dunia?’ tuturnya dalam hati sembari menggigit bibir bawahnya.Romeo dan Vino pun menunggu perkataan Rico. Mereka penasaran apa yang akan pria itu katakan.“Baiklah, lanjutkan perkataanmu, Rico!” titah Vino.“Aku adalah—”“Dia adalah kakakku,” sanggah Anggun dengan wajah cemas dan kemudian dia melihat ke arah Rico dengan tatapan memohon.“Sudahlah, tidak usah ditutupi lagi. Biarkan mereka tahu yang sebenarnya!” ujar Rico.Deg! Wajah Anggun semakin memucat mendengar perkataan Rico. Allina sang sahabat hanya bisa melihat dan prihatin.
~FlashBack~“Bi, aku mau mencoba bunuh diri. Ketika aku memotong urat nadiku kamu harus menelepon Mas Rico dan Ambulance. Jangan biarkan aku mati percuma, hanya karena kehabisan darah,” paham!”“Iya, juragan Nyonya. Ada yang harus saya lakukan lagi?” tanya Bi Darmi.“Bawakan Alkohol kemari! Agar ketika aku menggoreskan pisau ke tanganku tidak terasa! Dan juga, pisaunya tolong di sterilkan terlebih dahulu. Aku tidak mau terkena infeksi gara-gara pisaunya kotor.”“Iya juragan Nyonya. Ada lagi?” tanya Bi Darmi.“Cukup, sana pergi!” usir Nisa kepada asisten rumah tangga tersebut.Dalam hati Bi Darmi bergumam, mau bunuh diri saja ribet. Ya Tuhan, ingin rasanya istri Tuan Rico yang satu ini segela lewat dari dunia dan pergi ke akherat.~Throwback~Kini Rico d
“Tolong jelaskan, Anggun!” pinta Rico.“Mas Rico, jangan marah-marah dulu. Dia adalah pemilik golongan darah yang sama dengan Nisa. Jadi dia mau mendonorkan darahnya untuk membantu Nisa,” jelas Anggun,“Maafkan aku!” tutur Rico dengan berat hati. “Terima kasih telah bersedia menolong Nisa!”“Karena kamu kasar kepadaku, aku tidak akan cuma-cuma menolongmu. Aku akan meminta imbalan. Yang aku selamatkan adalah istrimu, masa iya, kamu tidak akan memberikan balasan atas pertolonganku,” ucap Romeo.“Baiklah, bagus kalau begitu! Aku juga tidak suka berhutang budi kepada orang lain. Berapa yang kamu minta?” tanya Rico dengan arogan.“Aku tidak membutuhkan uang, aku hanya ingin satu hal darimu!”“Apa?” tanya Rico penasaran.Seringai senyum