Saat Eca sedang berbaring di kamarnya untuk tidur, Eca teringat sesuatu dengan berkas tersebut. Alhasil, Eca mengambil berkas yang ada di meja, untuk dibaca isi berkasnya.
"Tunggu-tunggu gak salah ini? Masa ia, ganti rugi baju dua puluh tujuh juta? ini baju apa perhiasaan sampe mahal gitu, pokoknya gue gak trima" Kata Eca, sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Saat Adit terbangun dari tempat tidur, ia mendapati kegaduhan yang tidak biasanya.
"Siapa sih? yang berisik di pagi-pagi buta kaya begini, mengganggu Orang tidur saja" Gumam Adit, yang sedikit emosi. Karena, kegaduhan di luar kamar.
Akhirnya, Adit turun dari tempat tidur, dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket untuk dibersihkan.
Sedangkan, disisi ruangan tempat makan, ada Mami Papi Adit dan kedua sahabatnya yaitu Gara dan Aji. Bukan cuman mereka doang, Xiao jin sekretaris direktur Adit juga ada di situ. Karena, sedang menyediakan makanan dan kejutan untuk merayakan pembangunan yang hampir selesai.
"Akhirnya selesai juga ya Pi? " Kata Gina Maminya Adit, sembari mengusap tangannya yang sedikit kotor. Karena, baru selesai masak dengan senyum senang tanda bahagia.
"Ia Mi, akhirnya selesai juga, tidak sabar?" Sahut Pak Rangga Papi Adit, sembari ikut-ikutan senang tanda bahagia, dan sudah tidak sabar bagaimana reaksi anaknya saat dibuatkan kejutan mendadak.
Saat itu, Aji celingak-cenglinguk kiri kanan untuk menunggu Adit turun tetapi, tidak ada tanda-tanda Adit turun "Oh ia Om pikir-pikir Adit kok belum turun? masa jam tujuh belum bangun-bangun?" Celetuk Aji, dengan ekspresi muka yang kebingungan dan ia menoleh ke arah tangga yang di mana terdapat ruang kamar tidur Adit.
"Biasalah Ji, dia kan keturunan anak kebo, jadi tidak usah heran dan pusing, tunggu saja paling dia bentar lagi nongol " Jawab Gara, yang di mana Mami Gina, Pak Rangga, Aji, dan Xiao jin sekretaris direktur Adit menoleh ke arah Gara karena, perkataan dia.
Saat semua mata tertuju pada Gara, Gara merasa ada mata yang menatapnya, dan ia heran karena semua orang menatapnya " Loh kok pada lihat in Gara sih? memang ada yang salah dari muka Gara? " Gumam Gara, sambil menoleh satu persatu ke semua arah, yang menatapnya sambil menyenggol lengan Aji untuk meminta jawaban.
"Ji semua orang pada lihat in Gue memang Gue kenapa?" Bisik Gara, dengan ekspresi bingung.
"Ya omongan elu tadi, kalau ngomong tidak di asah dulu Lo kan tahu? ada papi sama maminya Adit" Sahut Aji, berbisik ditelinga Gara dengan suara sedikit lebih lirih.
Seketika Gara ingat, dengan perkataan dia "Bodohnya Gue, kenapa Gue tidak ke pikiran ada papi sama maminya Adit sih bodoh-bodoh" Dalam hati Gara, sambil menepuk jidat.
"Eh ia, hehehe maaf tante om, tadi Gara cuman bercanda hehehe serius" Ucap Gara, dengan ekspresi malu dan salah.
"Hem ia tidak apa-apa Gar, untung kamu sudah tante anggap anak tante, kalau bukan sudah tante gantung di atas pohon" Jawab mama Gina, dengan nafas kasar ditambah senyum melebar, dan di ikuti kepala geleng-geleng pelan tanda memaklumi teman Adit.
"Iya sudah sana mandi dulu dan ganti pakaiannya karena, pasti belum pada mandikan" Tanya Pak Rangga, Papi Adit dengan senyum tipisnya.
"Hm baiklah Om Tante, Gara dan Aji ke kamar dulu ya, mau ganti pakaian dan juga mandi" Jawab Aji, dengan senyuman dan balik menuju kamar untuk mandi.
Dan lagi-lagi, Eca tidak terima karna, isi dalam berkas terdapat poin-poin yang tidak masuk akal
"Ini lagi, masa aku jadiin pembantu dia, kalau gak bisa bayar hutangnya, pokoknya aku gak terima emang dia siapa?, kenal engga" Kata Eca lagi.
Alhasil, Eca mendatangi rumah pemuda itu untuk protes dan tidak mau tanda tangan sebab, poin-poinya tidak masuk akal "ohh ini rumah si gila itu yah, ternyata orang kaya, pates aja harga barangnya mehong" Gumam Eca.
"Permisi nona, anda sedang mencari siapa yah?" Kata Satpam yang ada digerbang rumahnya.
"Ohh ini pak, saya sedang mencari tuan rumah yang ada disini, apakah dia ada?" Sahut Eca sambil tersenyum lebar.
"Maksud nona, direktur Ceo Aditia Pramuja?" Kata satpam itu.
"Hehehe, aku gak tau namanya pak yang penting Tuan pemilik rumah ini?" Sahut Eca sambil garuk-garuk. Karena, merasa malu tidak mengetahui nama pemuda itu.
Saat itu, Satpam masuk kedalam rumah Adit untuk melapor. Disisi lain, Adit sedang ada rapat di ruang pribadinya, untuk membahas pembangunan proyek tersebut.Tok tok tok.
"Masuk!" Kata Adit.
"Maaf Tuan, ada yang sedang mencari tuan di depan" Sahut Satpam sambil gemeteran karena, tidak tahu sedang ada rapat di ruangannya.
"Siapa?" Kata Adit, dengan wajah yang tidak senang di ganggu saat sedang ada rapat yang sangat penting.
"I i i itu Tuan, ada seorang perempuan yang sedang mencari Tuan, dia sedang menunggu tuan di depan. Katanya dia mau protes" Dengan nada lirih dan ketakutan.
"Hah ternyata datang juga dia" Gumam Adit, disambut dengan senyuman yang licik dan matanya yang sedikit tajam.
"Baiklahh, rapat kita kali ini sampai disini saja" Kata Adit.
Semua orang-orang yang ada disitu mulai membubarkan diri, dan pergi tanpa terkecuali Adit, dan sekertaris Xiao jin "Satpam, tolong bawa wanita itu kesini" Kata Adit.
"Baik Tuan" Saat itu Satpam langsung menyuruh wanita itu ke ruangan pribadinya, untuk mendiskusikan masalah kemaren.
Dan saat mau menuju keruangan pribadi pemuda itu, Eca terkejut karena, isi rumah tersebut sangat luas dan banyak barang-barang mehong lainya
"Pantesan harga baju itu mehong ternyata dia sultan" Gumam Eca, sambil geleng-geleng kepala karena, tidak percaya bahwa ia akan ber urusan dengan seorang sultan yang sedikit menjengkelkan.
"Nona, kita sudah sampai, silahkan nona masuk di situ Tuan sudah menunggu" Kata Satpam tersebut.
Tok tok tok permisi.
"Masuk!" Cetus Adit, sambil duduk dan memainkan ponselnya yang mewah itu.
Saat itu, Eca duduk didampingi oleh sekertaris Adit, dan sambil menerima berkas yang kemaren sempat di Eca. Saat itu, Eca langsung mulai protes tanpa aba-aba dari Adit, dan seisi ruangan itu penuh dengan suara Eca yang sedang marah-marah karena, poin-poin yang tidak masuk akal.Saat sedang protes, tangan Adit langsung menggeprak meja dengan suara yang keras.Sontak, seisi ruangan kaget dan ketakutan ditambah Eca langsung diam tak berkutik. Karena, baru pertama kali melihat pemuda itu marah dan mengerikan.
"DIAM! SUDAH NYEROCOSNYA!" Cetus Adit.
Sontak sekertaris Xiao jin langsung menenangkan Adit "Tuan, sabar Tuan, ikuti alurnya saja Tuan" Bisik Xiao jin kepada Adit.Lantas Adit langsung menghembuskan nafas kasar, dan menenangkan suasanya yang sedikit panas itu "Baiklahh, poin apa yang kamu tidak setuju?" Kata Adit, sambil berbicara pelan-pelan dan menatap Eca dengan tatapan sinis.
"Aku tidak mau menjadi pembantu kamu karena, aku sudah bekerja, terus aku akan membayar ganti rugi itu. Tapi, tolong kasih waktu satu bulan untuk menggantikanya" Jawab Eca, dengan nada ketakutan dan menunduk.
"Baiklahh, aku akan beri kamu satu bulan untuk melunasinya. Tapi, kalau satu bulan tidak melunasinya kamu tau akibatnya" Kata Adit.
"B-baiklah Tuan" Dengan nada gemetar dan ketakutan.
Dan negoisasi pun selesai, Eca langsung pulang kerumah dengan keadaan takut dan parno. Karena, baru pertama kali menemui Laki-laki yang paranoid.
Empat bulan berlalu. Abi, bulan ini akan masuk sekolah dasar kelas satu. Ia sudah sangat bersemangat untuk hari pertama masuk sekolah dasar. "Wahh, cucu nenek ganteng sekali" Kata bunda Wanda. Ya! Kali ini, keluarga Prajana dan keluarga Eca sedang berkumpul. Untuk, sekedar melihat calon bayi dan cucuk kesayanganya masuk sekolah dasar. "Iya dong nenek wanda, kan sekarang Abi sudah gede jadi tambah ganteng" Ucapnya, membuat semua orang yang ada di sana, tertawa lepas dengan jawaban Abi. Sekarang Abi, sudah fasih berbicara huruf R dan sudah lancar dengan ucapannya. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu, membuat suasana ketawa menjadi terdiam, saat ada orang yang mengetuk pintu di depan. "Sebentar ya...." Kata Eca. Eca pun, yang tadi sedang duduk di sofa. Langsung, bangun dan berjalan ke arah pintu tersebut. Untuk membukannya. Cklekk! (Suara pintu di buka) Saat Eca membuka pintu depan, ia langsung terke
"Kalau adiknya perempuan gimana?" Tanya Ilma lagi.Abi, mulai berpikir sejenak ia. Sangat bingung untuk menjawab pertanyaan ini."Ehmm.....coba Abi pikil dulu" Jawab Abi.Lantas, Abi mulai terdiam memikirkan apakah dirinya mau punya adik perempuan? Apakah sebaliknya ia tidak menyukainya? Setelah itu. Abi mulai menjawabnya lagi."Tidak mau!" Jawab Abi cepat.Ilma, langsung mengerutkan keningnya bingung."Kenapa tidak mau?" Tanyanya."Kalena, Abi jadi tidak punya teman untuk, main bola mba ilma" Jawab Abi.Ilma cuma bisa mengangguk-angguk mengerti. Dengan jawaban Abi itu."Hmm, begitu yah."Abi menjawab dengan anggukan "Iya."Di sisi lain,Eca sedang menyiram tanaman miliknya, yang ada di belakang rumah. Saat itu, Abi berlari ke arah Eca sambil memanggilnya."Mommy!" Panggil Abi sambil berlarian.Eca lantas, menengok ke arah Abi saat Abi memanggilnya tadi."Eh sayang, ada apa?" Tan
"Mommy sama daddy kok belantem?" Tanya Abi, yang sedang membawa obat untuk mommy Eca.Lantas, baik Eca maupun Adit. Langsung, menengok sama-sama ke arah Abi anaknya itu. Dengan muka terkejut."Abi?" Tanya Adit."Daddy, kenapa malahin mommy sih!" Kata Abi kesal.Adit pun, di buat bingung oleh kata-kata Abi barusan "Loh? Siapa yang marahi mommy?" Tanya Abit bingung."Itu" Tunjuk Abi ke arah Eca dengan, muka yang cemberut.Adit mengikuti, tangan Abi yang menunjuk ke arah Eca dengan seksama "Itu kenapa?" Tanya Adit, masih tidak paham yang Abi tunjukkan."Itu, raut mommy malah! Belalti? Daddy sudah malah-malahin mommy" Jawab Abi.Adit langsung menghela nafas sabar, ia sangat gemas dengan tingkah Abi anaknya itu. Sampai-sampai dirinya di buat greget."Abi? Mommy tidak marah sama daddy" Kata Eca lembut."Benelan mommy?" Tanya Abi."Iya sayang."Setelah dirinya sudah selesai makan. Abi, Eca dan Adit berjalan
Pagi ini, semua orang berkumpul di meja makan. Untuk sarapan pagi, tidak lupa Eca selalu rutin, menyuapi anaknya Abi makan. Membuat Adit yang melihatnya, di buat iri pada anaknya sendiri."Udah gede di suapin mulu. Katanya, jagoan daddy kok di suapin," Sindir Adit ke Abi.Abi yang mendengar kata-kata sindiran dari daddynya, langsung protes tidak terima."Bialin, orang mommy Abi nggak nolak ye...." Jawab Abi. Sambil, menujurkan lidahnya.Setelah itu, tidak lama perut Eca terasa mual mau munta. Ia pun, segera berlari menuju ke toilet. Yang ada di dekat dapur.Baik Abi maupun Adit, di buat bengong dan bingung. Karena Eca, tiba-tiba langsung berlari cepat begitu saja."Kan, gara-gara daddy. Mommy jadi pelgi" Rajuk Abi kesal.Adit yang melihat muka Abi, yang ngambek begitu saja, terlihat sangat lucu dan menggemaskan."Loh? Kenapa daddy yang di salahin, bukankah Abi yang buat repot mommy? Jadi, mommy pergi deh" Jawab Adit. Tidak mau
Setelah pesta atau kejutan subuh tadi, akhirnya telah selesai. Baik Eca, maupun Adit. langsung segera tidur untuk beristirahat.karena, badan mereka berdua sudah mulai merasakan kelelahan dan pegal-pegal. Karena, pesta tadi yang di adakannya larut malam.Akan tetapi, saat Eca hendak mau tidur memejamkan matanya, Adit mulai memeluk Eca dengan sangat erat. Membuat Eca tersentak kaget."Mas! Kalau Abi, kesini gimana?" Tanya Eca kaget. kepada Adit."Suruh pengurus baby sister, suruh Abi jangan ke sini dulu" Jawab Adit enteng.Eca yang mendengar jawaban dari Adit, cuma bisa menghela napas pasrah."Tapi, tetap saja Abi akan ke sini loh?" Kata Eca lagi.Seketika, Adit yang sudah gercep memeluk Eca, langsung mengurungkan niatnya. Ia pun, bangun dari tempat tidur."Sayang? Kita sudah lama enggak kaya gitu. Saat kamu, menyusui Abi kita jadi jarang loh" Jawab Adit merajuk. Sepeeti anak kecil saja."Ya tapi kan, kalau Abi liha
Eca pun, menghela nafas kasar. Saat mendengar penjelasan dari Olivia sambil memohon-mohon seperti itu. Untung saja, hati Eca selalu luluh pemaaf.Ia pun, mau memaafkan Olivia walau, hatinya masih sakit saat mengingat kejadian pada waktu itu."Baiklah, aku akan memaafkanmu. Tapi, lain kali jangan di ulangi lagi yah" Ucap Eca.Olivia yang mendengar jawaban dari Eca, ia langsung tersenyum senang. Ia sangat puas bahwa Eca mau memaafkan dirinya."Terima kasih Eca, aku janji tidak akan mengulanginya lagi" Jawab Olivia. Sambil menggoyangkan jari kelingkingnya. Untuk berjanji bahwa ia, tidak akan mengulanginya lagi."Sama-sama."Akhirnya, Eca dan Olivia saling berpelukan satu sama lain. Membuat suasana makin terenyuh karena, suasana malam yang sepi dan penuh ke hangatan.Adit yang melihatnya, cuma bisa tersenyum ikut merasakan kebahagiannya. Begitu juga, dengan sekretaris Xiao jin. Yang dengan senyuman khasnya membuat wanita meleleh dengan se