Adit langsung keluar rumah dengan ekspresi kesal, serta kecewa dengan Rangga karena keegoisannya. Lalu, Adit langsung masuk ke dalam mobil, dan melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal sembari memukul-mukul setir mobil serta berdecak kesal.
Saat Adit masih melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ada perempuan yang secara tiba-tiba langsung menyeberang tanpa tengak-tengok. bahwa, ada mobil yang melaju sangat kencang sontak Adit yang langsung mengetahuinya langsung mendadak tancap rem. dan Gadis itu langsung menoleh sambil teriak histeris karena syok, hampir Dia mati konyol karena kecelakaan.
Lantas, Adit juga ikut syok karena, hampir saja mau menabrak Orang dan Adit pun langsung keluar dari mobil sambil berjalan menghampiri Gadis itu, dengan ekspresi kesal serta wajah syok.
"Woy! Kalau mau menyeberang tengak-tengok dulu bego! Jangan asal menyeberang begitu saja! apa Lo mau Gue tabrak hah? Ah, apa jangan-jangan Lo sengaja ya menabrak diri biar dikasih uang? Untuk ganti rugi? Cih jaman sekarang masih kek begitu kalau mau cari uang tidak halal!" Ucapnya sambil maki-maki panjang lebar.
Sontak, Eca tidak terima gara-gara di fitnah, serta di caci maki dan Eca langsung bangun sambil menepuk-nepuk lutut yang kotor Eca langsung terkejut. Saat, menengok Orang yang mau menabraknya ternyata Dia lagi, Orang gila yang kemarin Eca tabrak karena tidak sengaja.
Sontak Adit juga ikut-ikutan terkejut, sambil matanya ikut melotot tidak percaya, bahwa Dia akan bertemu dengan Perempuan ini lagi, yang sempat Dia tabrak. Bukanya ganti rugi, malah ceramah panjang lebar tidak jelas.
"Gue heran, kenapa Gue ketemu Lo terus sih? Lo ikut in Gue? Atau bagaimana? Dan juga kalau ketemu Lo hidup Gue jadi apes terus. Jadi bencana terus buat Gue mengerti tidak!" Ucap Adit, dengan nada tinggi sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Heh! memangnya Gue juga enggak? Gue juga malas ketemu burok kaya loh! apa lagi buroknya ke geeran amat!" Jawabnya dengan nada tak kalah tinggi.
"What? Burok? Heh! Lo pasang ya telinganya baik-baik nama Gue Adit, ADITIA PRAJANA bukan burok!"
"Bodo amat! Muka Lo tetap persis sama kaya muka burok!" Jawabnya, dengan menjulurkan lidahnya.
"Heh? memangnya muka Lo cantik? Muka kek ondel-ondel mengatai Orang muka burok" Jawab Adit, tak mau kalah sambil berbalik arah meninggalkan Eca, yang sedang melotot terdiam.
Karena, tidak terima dibilang muka mirip kaya ondel-ondel. Sebab, didesa Eca yang paling cantik menurut laki-laki di sana. Banyak sekali yang suka sama Eca, mulai dari laki-laki muda sampai laki-laki tua. Tetapi Eca langsung menolaknya, kalau ada yang tiba-tiba melamarnya tanpa sepengetahuan Eca dan Wanda.
Karena, Eca ingin fokus mencari pekerjaan bukan mencari Pacar. Karena, kata Eca Pacar gampang dicari atau jodoh sudah ada yang mengatur tetapi, pekerjaan susah dicari sebab banyak perusahaan-perusahaan memakai orang dalem, agar cepat diterima ke perusahaan yang kita inginkan.
"TINNNN!!!" Suara klakson mobil.
"Minggir Lo! Lo Ingin Gue tabrak apa!"
"Gue juga akan minggir kali!"
"Ya sudah awas! Eh Lo tetap masih ada utang sama Gue awas kalau Lo masih lari!" Teriaknya.
"Ia tahu! memangnya Gue amnesia apa!" Balas Eca.Lantas Adit pun langsung menancapkan gasnya dan melaju kencang begitu saja meninggalkan Eca sendirian.
"Dasar burok, kalau menyetir mobil yang benar, moga saja Dia mati di jalan" Ucap Eca, sambil tertawa karena mendoakan Orang lain mati.
Lantas, Eca pun pulang berjalan menuju ke arah rumahnya. Akan tetapi, saat Eca sedang melangkah Eca mendengar suara di belakang ada Orang yang sedang memanggil namanya, sontak Eca pun langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut.
DEG!!!.
Jantung Eca langsung berdetak kencang tidak terkontrol serta hati Eca langsung sakit, seluruh badan pun langsung ikut lemas. Sebab, Orang yang memanggil namanya tadi adalah Jons Orlando mantan Eca, atau sempat menjadi mantan pas sekolah SMA dulu.
Saat Eca sedang menuju ke kantin, tidak sengaja bertemu dengan Jons.
"Eh Cah mau ke mana?" Ucap Jons.
"Mau Ke-ke-kantin Jons" Jawabnya, dengan raut wajah yang merona, tanda bahagia. Sebab, baru pertama kali Jones menyapanya Cowok yang Eca suka sejak pertama masuk SMA.
"Oh, boleh ikut Gue sebentar?" Sambil menarik tangan Eca, dan membawanya pergi.
"Jo-Jons? Kamu mau bawa Aku ke mana?" Ucapnya, dengan nada gemetar di iring detak jantung seakan-akan ingin terbang. "Baru pertama kali Aku di pegang tangannya oleh Jons, ah senang banget" Gumam Eca sambil senyum-senyum Sendiri, di ikuti pipi merah merona.
"Sudah ikut Gue saja, tidak usah banyak bacot!"
Dan sesampainya di sebuah lorong sekolah. Jons, langsung berbalik badan mendadak sambil menatap Eca serta tangan Jons memegang pipi Eca dengan lembut.
"Ca Gue mau ngomong sama Lo" Jawab Jons.
"Mau ngomong apa Jons? Bilang saja tidak apa-apa" Ucapnya, sambil badan Eca panas dingin deg-degan. Sebab, Jons menatap Eca dengan ekspresi senyum, yang membuat jantung Eca berpacu semakin kencang tak terkendali.
"Ca sebenarnya sudah dari dulu Gue suka sama Lo, sebenarnya Gue mau ngomong ini dari dulu tapi, Gue masih belum berani untuk bilang ini.
Karena Gue masih gugup" Kata Jons sambil masih memegang pipi Eca.
Sontak Eca tidak percaya. Cowok yang dia suka juga sama-sama suka, Eca pikir, Jons tidak akan suka sama Eca karena Dia anak kaya, pintar, banyak cewek-cewek yang mengejarnya untuk jadikan Pacarnya, Dia juga Ketua OSIS, nyatanya Eca salah paham ternyata Jons juga suka Eca.
"Maukan, Ca?" Jawabnya lagi.
"Iya mau Jons mau! Aku juga suka sama Jons. Dari dulu pikir Eca, Jones tidak suka sama Eca, ternyata Eca salah Jons juga suka Eca" Dengan nada semangat, di iring senyum bahagia.
"Terima kasih Ca, iya sudah Gue mau ke kelas dulu ya bye" Jones langsung memeluk Eca dan meninggalkannya ke kelas.
Saat kembali ke kelas bel pun berbunyi, Eca masih di tempat itu dengan terpaku sambil berpikir tidak percaya, apakah ini nyata atau menghayal? karena, Jons benar-benar menembaknya. Akhirnya Eca langsung balik ke kelas, dengan senyum senang kaya habis memenangkan lotre.
Namun, kebahagiaan itu pun lantas tidak lama, baru Eca sedang merasakan bunga-bunga yang mekar di hatinya mendadak hancur seketika. Karena, Eca tidak sengaja mendengar pembicaraan Jons dengan teman kelasnya, sontak membuat hati Eca hancur.
"Eh bro! tadi ada Anak kelas sebelah, liat Lo menembak Cewek culun itu?" Kata temannya.
"Cewek culun yang mana? Si Eca kah?" Jawabnya.
"Ya iyalah, siapa lagi coba kalau bukan Dia."
"Oh memang. Gue tadi baru saja menembak Cewek itu" Dengan ekspresi biasa saja.
"What! Benaran Lo! Gue tidak salah dengar kan, apa kuping Gue yang budek."
Sontak satu kelas langsung mendengarnya dan terkejut, sambil menoleh ke arah Jons. Karena, Teman sekelas tidak percaya dan sontak satu kelas kaget. Mana mungkin, seorang Jons Orlando anak orang kaya, menyatakan cintanya untuk Gadis cupu dan miskin? Sungguh membingungkan.
"Weh! Tunggu dulu dong, jangan asal mengambil kesimpulan sendiri. Gue, menembak Dia karna sebab paham?" Jawab Jons dengan santai, sambil tangannya memberi peringatan stop, untuk Anak-anak agar tidak bergosip dulu.
"Gue? Menembak Dia bukan karena suka Dia. Tapi, karena Gue ditantang sama Anak sebelah waktu Gue bermain balapan tapi Gue kalah" Ucapnya.
"Lo semua kan tahu, Gue sudah Pacaran sama Olivia bahkan sudah lama Pacaran" Jawabnya lagi.
Semua Anak langsung percaya, benar juga kata Jons mana mungkin Dia suka sama Anak cupu, memang Olivia sebenarnya teman Eca pas SMA tapi, pas mau kelas tiga Dia pindah sekolah di luar negeri ikut Ayahnya untuk berbisnis. Dan saat sekolah di sana, Olivia bertemu dengan Adit, saat Adit rapat di perusahaan Ayahnya Olivia, lantas Olivia dan Adit menjalin hubungan sampai sekarang.Sayang, hubungan Adit dan Olivia tidak di restui oleh Rangga dan Gina. Karena, sifat Olivia yang sudah diketahui mereka berdua.
Pas masih SMP, Eca selalu banyak teman dan saudara. Karena, saat SMP ayah Eca masih ada jadi, Eca terbilang anak yang berkecukupan harta.
Sebab itu, semua Teman pada baik sama dia tapi, sayang pas mau naik sekolah SMA Ayah Eca sakit dan meninggal. Semua aset perusahaan di sita bank karena, Ayah Eca terlilit banyak hutang dan perusahaan pun bangkrut. Saat kejadian itu semuanya pun menjauhi Eca.Tetapi, Eca tidak pernah sakit hati sebab Eca tahu, semuanya baik ke Eca karena Dia Orang kaya dan saat Dia jatuh miskin semuanya menjauhinya bahkan, saat SMA Eca selalu di bully tapi, Eca masih ada Sahabat yang selalu setia yaitu Dewi dan Caca.
Dia selalu menemani Eca karena, Dewi dan Caca bukan anak Orang kaya melainkan Anak jalanan. Sebab itu, Eca kenal dengan Dewi sama Caca, Eca mulai berubah drastis dari penampilan, ucapan, dan lain-lain. Bukan sekedar penampilan tapi, juga Eca punya nama Gengnya sendiri yaitu Geng BALA-BALA yang artinya mereka bertiga Sekawan atau Sekelompok perjuangan.
Flashback off:)
Aku pikir itu asli yah ternyata cuman masa lalu Eca hehehe itu lah masa lalu Eca yang pernah di alami pas masih sekolah dulu.
"Ca apa kabar?" Jawabnya. "Oh Jons, Gue baik, Lo sudah kembali?" Sahut Eca. "Ia Ca, tadi Gue kira Gue salah orang eh ternyata benaran Lo, sekarang Lo sudah berubah ya, jadi cantikkan sekarang" Kata Jons sambil memandang tubuh Eca dari bawah sampai ke atas, Jons takjub perubahan Eca, dari mulai cupu menjadi lebih cantik. Sekarang Jons menyesal telah mempermainkan Eca "Andai dari dulu Eca cantik, pasti sudah Gue gebet jadi pacar Gue setelah Olivia" Gumamnya, sambil masih memandangi tubuh Eca tanpa berkedip sedikit pun. "Hah biasa saja kali, Gue tidak berubah masih kaya dulu, kenapa Lo melihat Gue?" Ucapnya. Jons langsung kaget karena baru pertama kali Eca ngomong Lo-Gue, sedangkan Jons tahu betul karakter Eca seperti apa, dia tidak pernah ngomong kasar kaya begitu. Pas masih SMA Eca selalu berbicara aku-kamu "Ternyata dia benar-benar berubah cepat ya, bukan cuman wajah dan gayanya tapi, omongannya juga ikut berubah" Gumam Jons, sambil kepalanya mangut-m
Tok Tok Tok! "Nak! Bangun, ini sudah jam berapa? Ayo cepatan!" Jawab seorang Perempuan, yang dari tadi berteriak dibalik pintu, ia tidak sabar untuk melihat Calon Menantunya yang cantik, yang akan berdampingan dengan Anak tunggalnya nanti. "Bagaimana Mi? Adit sudah keluar?" Jawab Rangga, sambil melipat lengan baju ke pergelangan tangan dan mengancingnya. "Papi bagaimana sih? Papi budek ya? Orang dari tadi mami teriak-teriak kenceng, ya berarti itu anak belum keluar" Ucapnya, dengan nada kesal. "Adit! Ayo cepatan! Nanti terlambat loh!" Jawab Rangga, sambil menggedor-gedor pintu kamar Adit. Sedangkan di dalam kamar, Adit terganggu dengan tidurnya. Lantas, Adit bangun sambil berjalan mendekati pintu, saat sudah di depan pintu lantas Adit membukanya. "Apaan sih Pi, Mi pagi-pagi sudah ribut saja, telinga Adit sampai sakit tahu!" Ucapnya, dengan nada kesal sembari menguap, ditambah matanya yang masih mengantuk. Lantas tak lama,
Di tengah perjalanan, keluarga Prajana menuju ke rumah calon perempuan. Tetapi, di saat perjalanan Gara dan Aji masih saja membicarakan sahabatnya, yaitu Adit. Di situlah, Aji dan Gara sedang menyanyikan lagu untuk menyindir sahabatnya. Aji yang memainkan gitar, sedangkan Gara yang menjadi vokalisnya mereka berdua. "Pertemuan yang kuimpikanKini jadi kenyataanPertemuan yang kudambakanTernyata bukan khayalan Sakit karena perpisahanKini telah terobatiKebahagiaan yang hilangKini kembali lagi Pertemuan yang kuimpikanKini jadi kenyataanPertemuan yang kudambakanTernyata bukan khayalan Rindu yang selama ini menggunungMencair diterpa cinta dalamSendandung Cinta yang selama ini masihTerpendamTercurah sudah penuh denganKemesraan Tak ingin lagi terpisahCukup sekali terpisahTak ingin lagi meranaCukup sekali merana Na a a a a a...." Ucap Gara yang sedang me
"Entah lah, hati ini terasa sangat sakit, saat kau bersama wanita lain" Saat di jalan pulang, Eca tak sengaja bertemu dengan Jons, saat di tengah perjalanan. "Eca!" Ucap Jons. "Eh Jons" Jawab Eca, disambut dengan senyuman terpaksa. Sesampainya di rumah Eca, Dewi, Caca langsung masuk ke rumah Eca, dan di dalam sudah disambut oleh Bunda Wanda dengan senyuman khasnya. "Bunda!" Sahut Eca dengan ekspresi kaget. "Kalian sudah pulang? Kenapa malam banget" Jawab Wanda dengan pertanyaan khawatir. "Eh iya Tante, soalnya pas Kita mau pulang, kendaraannya tidak jumpa-jumpa" Ucap Dewi alasan. "Oh ya sudah, pasti kalian lapar yuk makan, Tante sudah siapkan makanan buat kalian loh" Kata Wanda, sambil dorong mereka bertiga, menuju meja makan. Di sana di meja makan, terdapat makanan-makanan yang sangat penuh, serta enak-enak. Uh Author kalau membayangkan pasti ngiler dong hehe. Kalian bagaimana, sama tidak kek Author? "Wow, kok
Sesampainya di rumah Eca, Dewi, Caca langsung masuk ke rumah Eca, dan di dalam sudah disambut oleh Bunda Wanda dengan senyuman khasnya. "Bunda!" Sahut Eca dengan ekspresi kaget. "Kalian sudah pulang? Kenapa malam banget" Jawab Wanda dengan pertanyaan khawatir. "Eh iya Tante, soalnya pas Kita mau pulang, kendaraannya tidak jumpa-jumpa" Ucap Dewi alasan. "Oh ya sudah, pasti kalian lapar yuk makan, Tante sudah siapkan makanan buat kalian loh" Kata Wanda, sambil dorong mereka bertiga, menuju meja makan. Di sana di meja makan, terdapat makanan-makanan yang sangat penuh, serta enak-enak. Uh Author kalau membayangkan pasti ngiler dong hehe. Kalian bagaimana, sama tidak kek Author? "Wow, kok banyak banget makanannya Tan?" Kata Caca, dengan ekspresi takjub, serta menutup mulutnya karena tidak menyangka makanannya akan sebanyak itu. "Ia Tante sengaja, masak ini buat kalian semua, buat merayakan Eca yang sudah tunangan" Jawabnya sambil melirik ke
Setelah selesai makan Gara dan Aji, langsung menuju ke kamar Adit, untuk membujuk Adit supaya keluar kamar. "Adit sayang, cintanya Abang ganteng" Ucap Gara, yang suaranya dibuat-buat seperti seorang perempuan. "Najis Lo" Jawab Adit dari dalam kamar. Pagi itu di apartemen Jons, Olivia segera bangun dan segera membersihkan diri, akibat ulah Jons semalam. "Jons bangun" Ucapnya sambil menggoyang-goyangkan, tubuh Jons yang masih tertidur. "Apa sih, jangan ganggu Gue tidur" Katanya, sambil masih memejamkan matanya. "Gue mau ngomong sama Lo" Ucap Olivia, sambil masih menarik-narik tubuh Jons, dengan ekspresi cemberut. "Apa sih Sayang" Akhirnya Jons pun mengalah dan bangkit, lalu duduk di belakang Olivia, sambil memeluk tubuh Olivia dari belakang. "Gue ingin pindah apartemen" Rengeknya. "Pindah ke mana?" Sahut Jons, sambil menghujani ciuman di seluruh muka Olivia. "Pindah ke kampung, tepat di area sekitar rumah
Di ruang kerja pribadi atau juga tempat khusus Tuan direktur Adit beristirahat, Adit dan Pak Rangga sedang mengobrol soal masalah perusahaan miliknya, Mereka sedang melakukan strategi. Siapa dalang dibalik semua ini? Perusahaan siapa yang sudah berani memata-matai perusahaan Prajana? Sungguh Orang itu hebat sekali, dan tidak takut dengan akibatnya berurusan dengan perusahaan Prajana. Saat keduanya sedang berbincang-bincang serius, sekretaris Xiao jin datang dengan membawa berkas-berkas tersebut. Diberkas itu ada semua bukti kebenaran. Tok tok tok!! "Masuk!" Sahut Adit. "Permisi Pak Direktur dan Tuan Direktur, ini berkas yang Tuan minta sudah lengkap" Sambil menunduk, Xiao Jin menyerahkan berkas itu kepada Adit. Adit langsung menerimanya dan juga membacanya, dengan teliti Adit membacanya cukup seksama. Betapa terkejutnya, Adit menemukan siapa dalang dibalik kekacauan itu dan ternyata adalah perusahaan Orlando. Di benak pikiran Adit, masih b
Saat menuju lift, Aji langsung teringat apa tujuannya Dia datang kesini, Dia pun langsung tidak jadi memencet tombol lift dan berbalik ke arah ruangan Adit. "Eh Ji, Lo mau ke mana!" Teriak Gara. Aji menoleh sebentar ke arah Gara, tetapi Aji tidak menyahutnya dan dia tetap langsung melajukan langka kakinya menuju tempat Adit, dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan Gara. "Dasar budek" Jawab Gara, lagi sambil mengejar Aji. Tetapi Aji, tidak menghiraukan ocehan Gara yang mirip kereta api tanpa berhenti. Sebab kalau dia menjawab urusannya akan panjang. Di situ, keduanya berpapasan dengan Olivia, tatapan sengit ketiganya beradu pandang. Tapi, Olivia mengabaikan itu, ia langsung berjalan dengan santainya menuju lift. Sebenarnya, Aji dan Gara dari dulu memang tidak suka kalau Adit pacaran dengan Olivia. Karena, Orangnya yang sok kecantikan, judes dan sombong itu. Makanya, ketiganya pun kalau tidak sengaja bertemu selalu ribut bagaikan musuh