“Sir, posisi nona Aera terlacak berada di Ted Stevens Anchorage Airport, Alaska” Jelas Reynald saat ia sudah berhasil melacak titik koordinat yang ada di kalung Aera.
“What? Apa kamu yakin Rey?” Tanya Alex memastikan.
“Im sure Sir, but..” jawab Reynald lagi.
“Tapi kenapa Rey? Katakan!” pinta Alex tegas.
“Titik GPS nona Aera tidak ada pergerakan sejak lima jam yang lalu, dan saya rasa, kalung nona Aera terlepas atau sengaja di lepas oleh pelaku. Karena tidak mungkin mereka berada di tempat keramaian hingga lima jam.” Jelas Reynald lagi.
“Oh God! Lawan kita sepertinya cukup cerdik Rey.. pantau terus! Kerahkan semua anak buah untuk mencari Aera di Alaska!” perintah Alex telak.
“Yes Sir!” jawab Reynald cepat dan telfon pun mati.
Setelah menerima informasi dari Reynald, Alex pun menghampiri Aaron dan dua temannya yang sudah datang. Karena tidak mau berbasa-basi lagi, Alex pun langsung memberitahukan informasi yang baru ia terima.
Hi Hi Hiiii para readers ku tersayang... terima kasih untuk kalian yang tetap setia membaca cerita Aera dan Aaron sampai saat ini :) untuk terus support penulis, aku harap kalian bisa memberikan vote dan komentar supaya aku bisa lebih memperbaiki kualitas cerita ini :) terima kasiiihh... saranghaeo yorobuuunnn
Sesampainya Aaron dan Alex di bandara internasional Washington, mereka langsung disambut oleh Reynald yang sudah menunggu kedatangan mereka.“Apa kabar Rey?” sapa Alex saat Reynald menghampiri mereka.“Im fine Sir” jawab Reynald singkat. “Welcome to America Sir Aaron” lanjut Reynald menyapa Aaron.“Thank you Reynald” jawab Aaron singkat.“So, bagaimana perkembangannya?” Tanya Alex lagi ke Reynald.“Setelah kami menelusuri bandara internasional Alaska tempat titik terakhir GPS nona Aera yang tidak ada pergerakan, kami menemukan kalung seperti gambar yang tuan kirim ke saya saat itu.” Jelas Reynald sambil menyerahkan kalung milik Aera ke Alex. Aaron dan Alex pun seketika menghentikan jalannya dan memeriksa kalung yang Reynald dan anak buahnya temukan itu.“Ini bener kalung Aera.” Jawab Alex cepat. Lalu mereka pun melanjutkan perjalanan menuju mobil yang sudah m
Sejak terakhir kali lelaki bertopeng itu mengatakan bahwa ia menginginkan Aera dan membenci Aaron, Aera tidak henti-hentinya berfikir keras memikirkan siapa orang yang berkemungkinan menjadi musuh Aaron.“Kayanya Aaron gak punya musuh deh” gumam Aera pelan. Aera pun sudah menahan rasa sakit karena posisi badannya yang harus bergantung dengan tangan yang diikat di atas atap. Ia pun meringis menahan perih pada bagian tangan yang terikat kencang oleh tali.Saat Aera sedang berusaha menggerak-gerakkan badannya agar bisa mengurasi rasa sakit pada tangannya itu, lelaki bertopeng itu masuk ke ruangan Aera dengan aura dingin.“Mencoba melepaskan diri dari ikatan itu heh?” Tanya lelaki bertopeng itu sarkas.“Tangan dan tubuh saya sakit, bisa kamu lepaskan ini? Saya janji tidak akan kabur.” Pinta Aera memohon.“Kamu fikir aku percaya dengan mu baby?”ejek lelaki bertopeng itu.“Kamu bisa melakukan a
Setelah mendapatkan posisi keberadaan Aera yang diculik, kini Aaron, Alex berserta tim tanpa membuang waktu bergegas untuk menuju ke lokasi. Tapi, saat Aaron tengah menyiapkan peralatan.. ia menerima telfon dari Dimas. Sejenak Aaron bingung, tapi sedetik kemudian Aaron baru tersadar bahwa ia hanya datang bersama Alex kemarin.. kemana Dimas? Aaron yang menyadari hal itu pun langsung mengangkat telfon dari Dimas.“Halo Dim, lo dimana? Gue baru sadar kalo lo gak ikut flight bareng gue dan Alex.” Tanya Aaron langsung ke inti.“Itu yang mau gue tanya kutil, kalian ngapa ninggalin gue, hah?!” teriak Dimas frustasi. “Gue sekarang udah sampe bandara Amrik. Jemput gue sekarang! Karena kalian udah ninggalin gue kemarin di bandara dan flight duluan jadi gue dan Gabriel harus ngereschedule ulang keberangkatan.” Jelas Dimas lagi masih dengan emosi dan kesal yang tertahan.“Hahahaha I’m sorry, kemarin gue dan Alex terlalu fokus
"Tenang aja, kita pasti bakal menemukan cewek Lo.. gue janji" kata Alex saat menghampiri Aaron sahabat lamanya itu yang tengah termenung menatap langit Anchorage dalam sunyi."Gue khawatir Lex, gue gak tau gimana keadaan dia sekarang. Bahkan... Kita hanya menemukan cincin beserta sebuah jari?" Jawab Aaron tertahan menahan tangis."Kita belum mengetahui hasil pastinya kan Aaron itu jari manis Aera atau bukan, besok baru keluar hasilnya. Kita berdoa aja, oke?" Ucap Alex yang berusaha menenangkan sahabatnya yang sudah kalut itu.Ditengah-tengah obrolan mereka, handphone Aaron pun berbunyi menandakan telfon masuk. Aaron pun merogoh handphone nya dari saku celana dan menemukan nama Gabriel yang tertera di layar ponselnya itu. Dengan ragu, Aaron pun berusaha untuk tetap tenang dan mengangkat telfon dari sahabat kekasihnya."Hallo Aaron?" Panggil Gabriel saat Aaron mengangkat telfon darinya."Hmm?" Jawab Aaron dengan lemas."Gimana perkembangan nya
Alex menghampiri Aaron di kamarnya pada malam hari setelah ia menerima hasil laporan sidik jari yang dibawakan oleh Reynald, lalu menyerahkannya ke Aaron yang kebetulan ada Dimas dan James di kamar itu.“Nih…” sambil menyodorkan amplop yang berisi laporan laboratorium itu ke hadapan wajah Aaron.Aaron pun langsung mengambil amplop itu dari tangan Alex dan segera membukanya, Dimas dan James yang sedang menyesap minuman di kursi pun langsung bangun mendekati Aaron.“O negative?” gumam Aaron.“Pelaku nya memiliki resus negative, berarti sudah jelas dia bukan orang Indonesia. Karena hanya satu banding seribu orang Asia yang memiliki resus negative.” Jelas Alex memaparkan.“Maksud lo?” tanya Aaron bingung dengan apa yang Alex ucapkan.“Orangnya ada kemungkinan memang orang luar Aaron. I mean, orang Amrik atau blasteran. Karna hanya orang-orang barat yang memiliki resus darah negat
Sudah dua jam Aera menjalankan operasi darurat karena jarinya yang terputus, Aaron beserta yang lainnya pun dengan cemas menunggu operasi Aera selesai. Setelah membawa Aera ke rumah sakit, Dimas langsung menghubungi Gabriel yang saat ini tengah berada di rumah Aera menemani orang tua Aera.“Hallo Dim, ada perkembangan?” tanya Gabriel langsung saat menerima telfon dari Dimas.“O.. ya, Aera sudah kami temukan dan selamat. Sekarang harus menjalankan operasi darurat di rumah sakit.” Jawab Dimas dengan cepat.“Oh Tuhaann syukurlah, gue bakal ngabarin ini ke bokap dan nyokapnya Aera.” Ucap Gabriel dengan senang dan haru. “But wait, operasi? Lo bilang tadi operasi?” lanjut Gabriel meyakinkan pendengarannya.“Iya, Aera harus dioperasi karena jari manisnya yang terputus karena ulah pelaku.” Jawab Dimas singkat. “pokoknya, kabarin aja ke keluarganya Aera oke… nanti gue chat alamat rumah sakitn
Sudah lebih dari tiga jam Aaron menunggu Aera yang tak kunjung siuman di ruangannya, selama itu pula Aaron terus menggenggam tangan Aera hingga ia tertidur disamping brangkar Aera.Aera mulai mengerjapkan mata perlahan-lahan dan menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya ruang rawat inapnya. Karena Aera tak tau kalau ia telah selamat, Aera mulai melihat sekeliling ruangan dan manik mata coklat nya jatuh pada pemandangan kekasihnya yang tengah tertidur dalam posisi duduk sambil menggenggam tangannya dengan lembut. Aera pun berusaha menggerakkan jarinya dan membuka suara untuk membangunkan kekasih yang sangat ia rindukan itu.“Rooy…” panggil Aera lirih.Merasa ada yang bergerak dalam genggamannya dan seperti ada yang memanggil, Aaron pun mulai mengumpulkan kesadarannya dan terbangun. Melihat Aera yang sudah membuka mata dan kini tengah menatapnya Aaron pun langsung memanggil dokter untuk memeriksakan keadaan kekasihnya itu.“Sayang,
Kini, tiba waktunya Aera untuk berangkat transfer ke rumah sakit yang ada di Washington. Orang tua Aera telah menunggu di sana, karena Aaron yang mengabarkan untuk langsung ke Washington dan tidak perlu ke rumah sakit yang ada di Anchorage. Sesampainya di rumah sakit Washington, Aera melihat mama dan papa nya serta Gabriel tengah menunggu di ruang tunggu rumah sakit. Aaron dan Dimas yang melihat juga kehadiran orang tua serta teman mereka yang telah sampai pun langsung menghampiri bersama dengan Aera yang menaiki kursi roda dan dibantu oleh perawat. “Sayaaanggg” teriak mama Aera setengah berlari menghampiri Aera yang menuju ke arahnya sambil menangis haru. Tak menyangka penantian proses pencarian putrinya yang hilang hampir seminggu kini telah berhasil ditemukan. “Mamaaa” sambut Aera tak kalah haru menahan tangis ingin segera memeluk mamanya. Akhirnya, penantian kedua orang tua Aera yang hanya bisa menunggu di Indonesia tanpa tau proses pencaria