Sesampainya Aera dan Boem Jin di rumah, mereka langsung menuju ke kamar Boem Jin untuk mengecek kamera dan penyadap suara yang baru mereka pasang. Merekapun ingin melihat apakah James sudah pulang ke apartemennya atau masih di rumah orang tuanya.
"Kamera aman, dan kayanya Dia belum pulang," Ucap Boem Jin yang sedang menampilkan layar kameranya.
"Hmm syukurlah. Setidaknya malam ini kita selamat" ucap Aera. "Besok aku bakal kumpul dengan mereka supaya James gak curiga soal telfon malam ini" Lanjutnya lagi.
"Oke, aku tetep pantau dia dari sini"
"Btw, apa kita perlu kasih tau hal ini ke Gabriel? Sebagai bukti kalo omongan aku waktu itu ke mereka gak salah dan bukan tuduhan semata."
"Ajak aja Gabriel nya kesini, biar dia bisa liat langsung buktinya. Lagi pula, di sini lebih aman daripada kamu jelasin di luar kan?"
"Oh iya juga, yaudah berarti besok selesai kumpul sama anak-anak aku ajak dia ke rumah"
"Hmm, sebaiknya sekarang kamu istirahat
"Aa.. apa itu Ra? Alat-alat medis?" Tanya Gabriel yang tak percaya dengan apa yang dilihatnya."Yaah seperti yang lo liat Briel, itu alat-alat medis. Dan lo mau tau, selama gue disekap di Amrik, tempat itu juga banyak alat-alat medis kaya gitu dan digunain sama laki-laki bertopeng itu buat nyiksa korban yang lain.""Korban yang lain?" Tanya Gabriel dan Boem Jin serempak."He.em... jadi, bukan cuma gue sendiri yang disekap di sana, tapi ada cewe lain juga yang ikut disekap.""Gila merinding gini gue." Gabriel mengelus-elus kedua lengannya. "Terus, lo nyelidikin James karna curiga dia ikut andil sama penculikan lo kemaren?""Gue lebih ngerasa ada yang ditutupin sama dia, dan yaah gue sedikit curiga sama hal itu juga.""Bener-bener gak nyangka gue James kaya gini. Terus, sekarang mau kaya gimana?""Nah, sekarang lo udah liat buktinya kan kalo ada yang aneh sama James?"Gabriel pun menganggukkan kepalanya."Lo mau ikut gue s
Boem Jon memberikan segelas es jeruk ke Aera dan ke Gabriel. Karna keduanya yang masih nampak terlihag shock setelah melihat vidio rekaman pengintaian mereka."Nih minun dulu." Boem Jin menyodorkan dua gelas es jeruk yang ia pegang ke temannya itu."Gomawo." Aerapun mengambil es jeruk yang diberikan kepadanya dan langsung menenggak minumannya hingga sisa setengah gelas."Thank you Boem Jin." Gabriel pun hanya sanggup minum sedikit es jeruk yang ia terima Dari Boem Jin."Setelah ini, kalian mau gimana?" Tanya Boem Jin ke keduanya."Aaahh entahlah... Aku terlalu takut untuk ngelanjutin penyelidikan ini." Aerapun nampak frustasi dengan keadaannya sekarang."Kamu harus kuat Ra! Kita harus nyelesain ini, sia-sia dong aku dateng jauh-jauh dari Korea ke sini nurutin permintaan kamu, tapi misi nya gak selesai.""Emm betul Ra apa yang Boem Jin bilang, kita harus selesain penyelidikan ini." Ucap Gabriel yang setuju dengan perkataan Boem Jin.
Aaron dan Dimas masih sulit mempercayai situasi yang telah dijelaskan oleh Aera. Mereka masih tidak percaya kalau James terlibat dalam penculikan Aera saat itu.“Ucapan lo ada benernya juga si Briel, tapi....” Aaron menggantungkan ucapannya.“Tapi kenapa?” tanya Aera dan Gabriel serempak.“Aku gak percaya kalo James kaya gitu… kalian tau kan, aku sama Dimas udah temenan lama sama James.”“Iya aku tau, cuma kenyataannya gini Roon… aku gak mungkin memalsukan bukti kaya gini.”“I know, maka dari itu aku masih shock denger dan liat kabar ini.” Aaron pun terlihat frustasi, sedangkan Dimas masih terlihat tenang.“Dim, kok lo kayanya tenang-tenang aja si?” tanya Gabriel heran dengan temannya satu itu.“Terus gue harus gimana Briel? Nangis? Marah karna temen gue ternyata penjahat?”“Ya seenggaknya lo ada respon apa gimana kek.”
*JAMES POV*Selesai dari berkumpul dengan anak-anak dan makan, gue langsung merebahkan badan di sofa ruang TV yang ada di apartemen gue. Guepun meletakkan kunci mobil dan ponsel dengan asal karena hari ini gue bener-bener kerasa banget capeknya.Baru saja gue berusaha memejamkan mata, dengan membiarkan TV yang tetap menyala. Tiba-tiba ponsel gue yang lain yang masih ada di saku celana bergetar yang menandakan ada telfon masuk. Dengan rasa malas dan mengantuk, gue berusaha tetap mengangkat telfon yang sangat mengganggu itu.“Ada apa?” Tanya gue to the point.“Identitas lo ketauan.” Mendengar hal ini gue langsung terbangun dari posisi tidur gue.“Kaya mana lo tau?”“Gue gak tau gimana pastinya, tapi mereka udah tau lo yang sebenernya. Bahkan, saat lo ngabisin wanita itu, mereka ngikutin lo dan tau apa yang lo lakukin.”“Bakal gue urus! Jangan khawatir.”
“Woy!” Gabriel berusaha menyadarkan Sahabatnya itu yang sejak tadi hanya melamun selama perkuliahan berlangsung. Aera pun nampak tidak mendengar setiap Gabriel memanggilnya atau mengajaknya bicara.“Hah, apa?” Jawab Aera linglung.“Lu kenape dah?”“Gue? Gak kenapa-kenapa.”“Halah gak usah bohong deh, dari tadi gak fokus sama Prof. Disti pas nerangin materi, terus gue panggilin sama gue ajak ngobrol gak ada tanggapannya. Berasa ngomong sama tembok gue.”“Ih seriusan, gak semangat aja gue hari ini… mager. Hehe.”“Oooohh gitu… yaudah kemana nih enaknya? Udah gak ada kelas lagi kan kita?”“Emmm lagi pengen hangout kuliner.. wisata kuliner yuk keliling Jakarte.”“Yakin?”“Iya yakin.”“Tapi ajak mereka aja yuk… kayanya mereka juga udah free deh.”“Emm boleh
JAMES POV“Yaudah, gue lanjut ya…” Guepun segera pamit buat langsung balik ke apartemen setelah Gabriel memberikan dompet milik gue yang tertinggal di mobilnya.“I.. iya James, hati-hati ya.”Ada yang aneh dengan gelagat Gabriel saat ini, tapi gue berusaha untuk pura-pura gak menyadari hal itu dan langsung bergegas ke mobil.Setelah masuk ke dalam mobil, gue coba cek isi dompet gue buat memastikan ada yang hilang atau tidak. Gue buka satu persatu dan menemukan dua foto yang berada di tempat yang tidak semestinya.“Shit! Dia udah liat foto ini!” James mengerang di dalam mobilnya menahan amarah.“Sayang sekali, sebenarnya bukan ini rencana gue… tapi karna sudah begini, gue harus membersihkan hama itu bukan? Baiklah mari kita selesaikan.”Tanpa membuang waktu lagi, gue langsung menyiapkan semuanya dan kembali lagi ke rumah Gabriel.Ting toong…
“Sayang, ada apa?” tanya Aaron yang langsung menghampiri kekasihnya setelah mendengar suara teriakan.“Rooonn…. Ga… Gabriel… hiks hiks.” Aera pun sudah menangis dan memeluk erat tubuh Gabriel yang sudah semakin dingin.Aaron melihat keadaan Gabriel dan kekasihnya yang tengah sesegukan tidak bisa berkata apa-apa lagi, dengan cepat Aaron menghamipiri Gabriel dan memeriksa denyut nadinya dengan harapan bahwa Gabriel masih bisa diselamatkan.Setelah memeriksa denyut nadi Gabriel, Aaron hanya bisa menggelengkan kepalanya kehadapan Aera. Tanpa piker panjang, Aaron langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi polisi.“Hallo kantor polisi, sa… saya ingin melapor teman saya ditemukan tewas di rumahnya.” Ucap Aaron dengan nada gemetar.“……”“Alamatnya di komplek perumahan permata indah no. 24 jakarta pusat.”“…….”
Semenjak kejadian Gabriel yang ditemukan tewas di rumahnya oleh Aera dan Aaron, Aera berubah menjadi gadis yang tak semangat hidup dan kehilangan gairah melakukan aktivitasnya.Sudah dua hari Aera bolos dari kuliah dan tidak mau makan meskipun orang tua, Boem Jin dan kekasihnya sudah berusaha membujuknya untuk makan.“Raa… kamu harus makan.” Kali ini Boem Jin yang habis makan malam bersama kedua orang tua Aera menghampiri sahabatnya itu dengan membawakan makanan kesukaan Aera.“….” Aera tetap tidak menggubris kehadiran Boem Jin yang membawakannya makan malam dan tetap melamun memandangi luar jendela sambil memeluk bingkai foto Gabriel dan dirinya saat zaman mereka sedang diospek.Boem Jin yang tak mendapatkan respon dari sahabatnya itupun tidak menyerah dan malah menghampiri Aera untuk menyadarkan sahabatnya dari lamunannya itu.“Hey… are you okay?” Tanya Boem Jin dengan lembut.Aera m