Share

3. BERITA

Alexa berada di dalam mobil yang terparkir di basement apartmennya sambil memegang boneka tedy bear yang didapatkannya tadi pagi. Hari sudah cukup larut tapi dia belum berani masuk ke apartemennya karena khawatir awak media bisa saja tiba-tiba mengerumuninya. Dia sudah mengutus Toby untuk memeriksa kondisi di lantai apartemennya. Sementara Alexa menunggu di mobil sambil asik berselancar di dunia maya.

Mungkin sebaiknya aku mengambil beberapa foto. Pikir Alexa sambil mulai menyalakan kamera ponselnya dan mengambil beberapa gaya imut, cantik dan sedikit centil. Tidak lupa dia mengambil fotonya bersama boneka teddy bear ukuran kecil berwarna putih itu. Setelah puas berswafoto, Alexa mulai memilih beberapa foto untuk di editnya sebelum akhirnya di posting ke sosial media.

Menunggu sungguh melelahkan. Terima kasih sudah menemaniku, my Ted. Tulis Amanda di capture foto dirinya yang sedang berpose cemberut sambil memegang boneka lucu itu. Dia segera memposting fotonya dan tidak perlu waktu lama foto itu langsung dibanjiri like oleh para pengguna sosial media.

'Kau sangat cantik'.

'Bahkan saat cemberut masih begitu menawan'.

'Aku mencintaimu, Alexa'.

Alexa membaca komentar yang muncul di berandanya sambil tersenyum. Penggemarku masih banyak. Tenang saja Alexa masalah ini akan berakhir besok. Pikirnya dalam hati.

"Semua aman dear, wartawan sama sekali tidak terlihat. Akhirnya angel ku bisa beristirahat dengan nyaman," ucap Toby yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Alexa segera mengemas tas jinjing yang dibawanya tadi pagi ketika kabur dari pemburu berita.

"Kau pulanglah Toby,, jemput aku besok pagi-pagi sekali. Selamat beristirahat," ucap Alexa pamit kemudian turun dari mobil asistennya dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke lobby apartemennya. Apartemen Alexa berada di lantai 7. Walaupun merasa lelah, Alexa bersyukur masalah hari ini terlewatkan dengan baik.

Mata Alexa tidak sengaja melihat seorang pria memasuki lift. Nampak tidak asing. Pria mobil merah. Pikir Alexa.

"Hei…, tunggu aku. Kita naik lift bersama," teriak Alexa berusaha mengalihkan perhatian Mahendra dari ponselnya. Tapi sepertinya Mahendra menggunakan earphone dan sedang berada dalam percakapan penting. Begitu Alexa tiba  di depan pintu lift, pintu liftnya sudah tertutup.

Sial… dia bahkan tidak mendengarku. Umpat Alexa dalam hati sambil cemberut dan mulai menunggu pintu lift lain terbuka. Dia hanya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuannya tadi pagi. Sepertinya dia dan penyelamatnya itu bertetangga.

Alexa bangun keesokan harinya dengan badan yang terasa segar. Dia istirahat dengan sangat cukup dan merasa benar-benar hidup sekarang. Ponselnya tiba-tiba berdering dengan sumringah dia mengangkat

“ada jadwal apa pagi ini Toby?” Tanya Alexa santai

“Jangan membahas pekerjaan dulu dear, buka ponselmu ada pesan yang sudah kukirim. Jujurlah dengan siapa kau kemarin ke Kantor. Kalau begini kau bisa membuatku jantungan, sayang,” Ucap Toby dengan nada kesal kemudian panggilan terputus.

Alexa memutuskan panggilan dengan Toby. Dengan malas dia segera membuka ponselnya dan melihat sebuah link berita online yang memperlihatkan dia keluar dari mobil warna merah tepat di depan kantornya. Kejadiannya kemarin karena Alexa masih ingat dengan jelas kejadiannya.

Tagline berita yang muncul juga menarik 'AM menggandeng pria baru setelah keluar dari Kelab'. Alexa terkejut. Berita sebelumnya bahkan belum selesai kemudian dia harus menghadapi berita baru lagi pagi ini. Dia bahkan tidak mengenali pria yang membantunya ini. Bagaimana bisa wartawan mendapatkan foto ini. Bahkan dalam kondisi dia sedang berpakaian yang sangat sederhana.

Alexa hanya bisa menepuk jidatnya kesal. Dia berpikir keras sekarang. Bahkan berita tentang dia yang mabuk belum berakhir sekarang malah ada berita tentang pria baru. Pasti ini akan menjadi akhir dari kariernya. Pikir Alexa lemas.

***

Mahendra sedang berjalan menuju ruangannya ketika para staf melirik ke arahnya kemudian beberapa dari mereka bahkan berbisik-bisik dibelakangnya. Mahendra yang menyadari orang-orang memperhatikannya mulai memeriksa apa mungkin dia salah kostum pagi ini atau mungkin ada sesuatu di wajahnya yang membuat orang-orang memperhatikannya. Tapi dia tidak menemukan hal aneh. Semuanya nampak baik-baik saja seperti biasanya.

Mahendra tiba di ruang kerjanya dan mulai menyalakan laptop. Dia sebaiknya tidak memusingkan para stafnya yang bertingkah aneh hari ini. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan membukanya perlahan.

“Boleh Aku masuk?” Ucap seorang pria yang langsung masuk sebelum Mahendra menjawab pertanyaannya. 

“ada apa sepagi ini menemuiku, kau sedang tidak sibuk,” ucap Mahendra kepada pria yang langsung duduk di hadapannya tanpa melepaskan tatapannya dari laptop.

“Aku hanya penasaran, dan sedikit bingung,” ucap pria itu sambil memainkan bolpoin yang ada di atas meja Mahendra.

“Kenapa Gio, kau bisa cerita kepadaku,” ucap Mahendra santai sambil tetap mengetik.

“justru aku kemari ingin mendengar ceritamu sobat, Bagaimana kau bisa berpura-pura tidak kenal dengannya di rapat kemarin sementara kau mengenalnya,” ucap Gio penasaran.

“Berhenti membuatku pusing Giovano Aprilio, bicaralah yang jelas,” ucap Mahendra sambil menatap Gio kesal sebelum kembali menatap layar laptopnya.

“Aku membicarakan Alexandra Maharani, Kandidat Brand Ambassador kita yang akan kau eliminasi, sementara kau terlihat mengantarkan ke kantor agensinya Kemarin,” ucap Gio sambil menyerahkan ponselnya pada Mahendra agar melihat berita yang sedang hits pagi ini. 

Memang susah berbicara dengan manusia apatis macam sahabatnya. Bukan rahasia lagi bila Mahendra sangat jarang memperhatikan sekelilingnya. Pikirannya hanya fokus pada kerja dan perusahaan. Tak jarang partner bisnis mereka dibuat kesal dengan sikapnya. Mahendra memang dikenal cuek dan tidak mau ikut campur dalam urusan orang lain. Bahkan berita mengenai dirinya sendiri seringkali dia mendapatkan informasinya dari Gio seperti saat ini.

Mahendra menghentikan kegiatannya dan mengambil ponsel Gio lalu memperhatikannya sebentar. “Dari mana kau yakin kalau itu aku?” Tanya Mahendra sambil melempar ponsel Gio ke atas meja.

“hei,, Boss,, wajahmu mungkin terlihat samar, tapi, mobil dan tampilan pria di foto ini sangat mirip denganmu. Bahkan kau memakai baju yang sama kemarin,” ucap Gio mengingatkan.

Mahendra mencoba mencerna maksud pembicaraan Gio. Dia lalu teringat kejadian kemarin. Mahendra menganggukan kepalanya. Pantas dia seperti mengenal wajah di foto kemarin ternyata itu adalah penumpang gelapnya. Hanya saja wajah di foto kemarin sudah dipoles sedemikian rupa sedangkan ketika mengantarnya kemarin wajah gadis itu terlihat natural dan polos.

Gio yang tidak menemukan jawaban apapun hanya duduk di depannya memperhatikan Mahendra. Giovano sangat ingin memukul Mahendra supaya pria yang ada di depannya ini mau bicara.

“aku sungguh tidak mengenalnya, aku hanya mengantarnya kemarin,” Ucap Mahendra menjelaskan.

Jawaban itu justru menimbulkan rasa penasaran dalam diri Gio. “Mengantar? sejak kapan Seorang Mahendra peduli dengan seseorang yang tidak  dikenal. Aku semakin penasaran,” Ucap Gio semakin memaksa.

“ada kesalahpahaman kemarin. Karena itu aku mengantarnya. Berhentilah mengintrogasiku, Gio. Sebaiknya kau kembali bekerja sekarang, sebelum aku memecatmu,’” ancam Mahendra yang hanya ditanggapi tawa oleh Giovano.

Tawa Gio disambut tatapan tajam Mahendra sehingga Gio menghentikan tawanya dan hanya bisa tersenyum mengejek. Gio sangat paham kalau sahabatnya ini hanya bercanda. Bila Mahendra sudah memberikan ancaman seperti itu, berarti pembicaraan berakhir. dia tidak ingin membicarakan apapun. Entah karena hal itu memang tidak penting atau limit off sehingga Mahendra tidak ingin membahasnya. Hal itulah yang membuat Giovano semakin penasaran ada hubungan apa antara sahabatnya dengan artis papan atas itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status