Alexa berada di dalam mobil yang terparkir di basement apartmennya sambil memegang boneka tedy bear yang didapatkannya tadi pagi. Hari sudah cukup larut tapi dia belum berani masuk ke apartemennya karena khawatir awak media bisa saja tiba-tiba mengerumuninya. Dia sudah mengutus Toby untuk memeriksa kondisi di lantai apartemennya. Sementara Alexa menunggu di mobil sambil asik berselancar di dunia maya.
Mungkin sebaiknya aku mengambil beberapa foto. Pikir Alexa sambil mulai menyalakan kamera ponselnya dan mengambil beberapa gaya imut, cantik dan sedikit centil. Tidak lupa dia mengambil fotonya bersama boneka teddy bear ukuran kecil berwarna putih itu. Setelah puas berswafoto, Alexa mulai memilih beberapa foto untuk di editnya sebelum akhirnya di posting ke sosial media.
Menunggu sungguh melelahkan. Terima kasih sudah menemaniku, my Ted. Tulis Amanda di capture foto dirinya yang sedang berpose cemberut sambil memegang boneka lucu itu. Dia segera memposting fotonya dan tidak perlu waktu lama foto itu langsung dibanjiri like oleh para pengguna sosial media.
'Kau sangat cantik'.
'Bahkan saat cemberut masih begitu menawan'.
'Aku mencintaimu, Alexa'.
Alexa membaca komentar yang muncul di berandanya sambil tersenyum. Penggemarku masih banyak. Tenang saja Alexa masalah ini akan berakhir besok. Pikirnya dalam hati.
"Semua aman dear, wartawan sama sekali tidak terlihat. Akhirnya angel ku bisa beristirahat dengan nyaman," ucap Toby yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
Alexa segera mengemas tas jinjing yang dibawanya tadi pagi ketika kabur dari pemburu berita.
"Kau pulanglah Toby,, jemput aku besok pagi-pagi sekali. Selamat beristirahat," ucap Alexa pamit kemudian turun dari mobil asistennya dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke lobby apartemennya. Apartemen Alexa berada di lantai 7. Walaupun merasa lelah, Alexa bersyukur masalah hari ini terlewatkan dengan baik.
Mata Alexa tidak sengaja melihat seorang pria memasuki lift. Nampak tidak asing. Pria mobil merah. Pikir Alexa.
"Hei…, tunggu aku. Kita naik lift bersama," teriak Alexa berusaha mengalihkan perhatian Mahendra dari ponselnya. Tapi sepertinya Mahendra menggunakan earphone dan sedang berada dalam percakapan penting. Begitu Alexa tiba di depan pintu lift, pintu liftnya sudah tertutup.
Sial… dia bahkan tidak mendengarku. Umpat Alexa dalam hati sambil cemberut dan mulai menunggu pintu lift lain terbuka. Dia hanya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuannya tadi pagi. Sepertinya dia dan penyelamatnya itu bertetangga.
Alexa bangun keesokan harinya dengan badan yang terasa segar. Dia istirahat dengan sangat cukup dan merasa benar-benar hidup sekarang. Ponselnya tiba-tiba berdering dengan sumringah dia mengangkat
“ada jadwal apa pagi ini Toby?” Tanya Alexa santai
“Jangan membahas pekerjaan dulu dear, buka ponselmu ada pesan yang sudah kukirim. Jujurlah dengan siapa kau kemarin ke Kantor. Kalau begini kau bisa membuatku jantungan, sayang,” Ucap Toby dengan nada kesal kemudian panggilan terputus.
Alexa memutuskan panggilan dengan Toby. Dengan malas dia segera membuka ponselnya dan melihat sebuah link berita online yang memperlihatkan dia keluar dari mobil warna merah tepat di depan kantornya. Kejadiannya kemarin karena Alexa masih ingat dengan jelas kejadiannya.
Tagline berita yang muncul juga menarik 'AM menggandeng pria baru setelah keluar dari Kelab'. Alexa terkejut. Berita sebelumnya bahkan belum selesai kemudian dia harus menghadapi berita baru lagi pagi ini. Dia bahkan tidak mengenali pria yang membantunya ini. Bagaimana bisa wartawan mendapatkan foto ini. Bahkan dalam kondisi dia sedang berpakaian yang sangat sederhana.
Alexa hanya bisa menepuk jidatnya kesal. Dia berpikir keras sekarang. Bahkan berita tentang dia yang mabuk belum berakhir sekarang malah ada berita tentang pria baru. Pasti ini akan menjadi akhir dari kariernya. Pikir Alexa lemas.
***
Mahendra sedang berjalan menuju ruangannya ketika para staf melirik ke arahnya kemudian beberapa dari mereka bahkan berbisik-bisik dibelakangnya. Mahendra yang menyadari orang-orang memperhatikannya mulai memeriksa apa mungkin dia salah kostum pagi ini atau mungkin ada sesuatu di wajahnya yang membuat orang-orang memperhatikannya. Tapi dia tidak menemukan hal aneh. Semuanya nampak baik-baik saja seperti biasanya.
Mahendra tiba di ruang kerjanya dan mulai menyalakan laptop. Dia sebaiknya tidak memusingkan para stafnya yang bertingkah aneh hari ini. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan membukanya perlahan.
“Boleh Aku masuk?” Ucap seorang pria yang langsung masuk sebelum Mahendra menjawab pertanyaannya.
“ada apa sepagi ini menemuiku, kau sedang tidak sibuk,” ucap Mahendra kepada pria yang langsung duduk di hadapannya tanpa melepaskan tatapannya dari laptop.
“Aku hanya penasaran, dan sedikit bingung,” ucap pria itu sambil memainkan bolpoin yang ada di atas meja Mahendra.
“Kenapa Gio, kau bisa cerita kepadaku,” ucap Mahendra santai sambil tetap mengetik.
“justru aku kemari ingin mendengar ceritamu sobat, Bagaimana kau bisa berpura-pura tidak kenal dengannya di rapat kemarin sementara kau mengenalnya,” ucap Gio penasaran.
“Berhenti membuatku pusing Giovano Aprilio, bicaralah yang jelas,” ucap Mahendra sambil menatap Gio kesal sebelum kembali menatap layar laptopnya.
“Aku membicarakan Alexandra Maharani, Kandidat Brand Ambassador kita yang akan kau eliminasi, sementara kau terlihat mengantarkan ke kantor agensinya Kemarin,” ucap Gio sambil menyerahkan ponselnya pada Mahendra agar melihat berita yang sedang hits pagi ini.
Memang susah berbicara dengan manusia apatis macam sahabatnya. Bukan rahasia lagi bila Mahendra sangat jarang memperhatikan sekelilingnya. Pikirannya hanya fokus pada kerja dan perusahaan. Tak jarang partner bisnis mereka dibuat kesal dengan sikapnya. Mahendra memang dikenal cuek dan tidak mau ikut campur dalam urusan orang lain. Bahkan berita mengenai dirinya sendiri seringkali dia mendapatkan informasinya dari Gio seperti saat ini.
Mahendra menghentikan kegiatannya dan mengambil ponsel Gio lalu memperhatikannya sebentar. “Dari mana kau yakin kalau itu aku?” Tanya Mahendra sambil melempar ponsel Gio ke atas meja.
“hei,, Boss,, wajahmu mungkin terlihat samar, tapi, mobil dan tampilan pria di foto ini sangat mirip denganmu. Bahkan kau memakai baju yang sama kemarin,” ucap Gio mengingatkan.
Mahendra mencoba mencerna maksud pembicaraan Gio. Dia lalu teringat kejadian kemarin. Mahendra menganggukan kepalanya. Pantas dia seperti mengenal wajah di foto kemarin ternyata itu adalah penumpang gelapnya. Hanya saja wajah di foto kemarin sudah dipoles sedemikian rupa sedangkan ketika mengantarnya kemarin wajah gadis itu terlihat natural dan polos.
Gio yang tidak menemukan jawaban apapun hanya duduk di depannya memperhatikan Mahendra. Giovano sangat ingin memukul Mahendra supaya pria yang ada di depannya ini mau bicara.
“aku sungguh tidak mengenalnya, aku hanya mengantarnya kemarin,” Ucap Mahendra menjelaskan.
Jawaban itu justru menimbulkan rasa penasaran dalam diri Gio. “Mengantar? sejak kapan Seorang Mahendra peduli dengan seseorang yang tidak dikenal. Aku semakin penasaran,” Ucap Gio semakin memaksa.
“ada kesalahpahaman kemarin. Karena itu aku mengantarnya. Berhentilah mengintrogasiku, Gio. Sebaiknya kau kembali bekerja sekarang, sebelum aku memecatmu,’” ancam Mahendra yang hanya ditanggapi tawa oleh Giovano.
Tawa Gio disambut tatapan tajam Mahendra sehingga Gio menghentikan tawanya dan hanya bisa tersenyum mengejek. Gio sangat paham kalau sahabatnya ini hanya bercanda. Bila Mahendra sudah memberikan ancaman seperti itu, berarti pembicaraan berakhir. dia tidak ingin membicarakan apapun. Entah karena hal itu memang tidak penting atau limit off sehingga Mahendra tidak ingin membahasnya. Hal itulah yang membuat Giovano semakin penasaran ada hubungan apa antara sahabatnya dengan artis papan atas itu.
Alexa sudah berada di ruang pak WIliam. Begitu berita mengenai Alexa yang diantar seorang pria beredar di media, Pak Wiliam langsung memintanya untuk datang ke kantornya. Alexa sudah bisa menebak dengan pasti pak tua ini akan mengomeli habis-habisan.Alexa menceritakan kejadian kemarin secara detail pada manajernya. Namun Alexa kebingungan, karena bukannya mengomel, pak William sejak tadi hanya duduk di kursinya sambil mengatupkan kedua tangannya di atas meja. Seperti sedang berpikir keras. Meski begitu Alexa cukup lega daripada harus mendengar omelan manajernya sepagi ini.“Aku sudah menceritakan semuanya pak Wil,, Aku sungguh tidak mengenal pria itu,” Ucap Alexa berusaha meyakinkan Pak William.Pak Wiliam merubah posisinya dengan menundukkan kepalanya berpikir keras. Meski terlihat seperti tidak mendengar tapi William tetap memperhatikan setiap ucapan Alexa dan berusaha mencernanya.“Aku justru ingin berterima kasih kepadanya. Bila bukan karena dia, para awak media pas
Hari itu Alexa syuting untuk sebuah produk ponsel pintar yang sudah setahun ini mendaulatnya menjadi brand ambassador. selama proses syuting, Alexa mengikuti arahan dari pengarah gaya dengan baik. bahkan dari balik layar, Alexa tampak sangat memukau. Dari kabar yang di didengarnya di GGM kemarin, perusahaan ponsel ini adalah satu dari tiga perusahaan yang terikat kontrak dengannya yang ingin merevisi kontrak kerja setelah berita mengenai dirinya yang mabuk tersebar. Karena itu Alexa akan membuktikan kepada mereka kalau dia tetap gadis cantik dengan pesona alami yang dapat menghipnotis siapa saja. Dia adalah seorang artis profesional yang tidak akan terpengaruh oleh skandal murahan tentang dirinya. Dia akan membuktikan jika dia masih layak dipertahankan. Proses syuting yang cukup panjang dilalui Alexa dengan sangat baik. Beberapa crew dari tim produksi b
Pagi ini Alexa nampak memilih pakaian yang akan dikenakannya. Ranjangnya terlihat berantakan dengan tumpukan pakaian. daripada memikirkan kondisi ranjangnya, dia lebih memikirkan akan berpenampilan seperti apa pagi ini. Bagaimanapun dia harus tampil cantik, anggun dan menawan untuk pertemuan dengan general manager produk kosmetik Lovable. dia harus memberikan kesan terbaik di awal pertemuan mereka. bukankah itu salah satu alasan dia memiliki berbagai barang dari Brand ternama untuk menunjang penampilannya terlihat modis dan berkelas. semua itu semata demi citranya sebagai seorang artis. Setelah memilih outfit yang cocok, dia mulai memoles wajahnya dengan berbagai produk kecantikan, mulai dari serum, foundation, bedak, hingga highlighter untuk memberikan kesan glowing pada wajahnya. Dia memoleskan satu persatu dengan teliti untuk mempercantik pe
Mahendra membuka pintu ruang pertemuan dimana tiga orang tamunya sedang menunggu. Dia tidak sabar ingin melihat reaksi artis nasional itu yang hanya menganggapnya sebagai pengawal pribadi. Itu merupakan sebuah hinaan bagi Mahendra Guinandra. Mahendra berjalan menghampiri mereka dan dari sudut matanya dia dapat melihat ekspresi terkejut Alexa. Mahendra tersenyum karena menyadari kejutannya cukup berhasil. "Selamat pagi,, maaf sudah membuat kalian menunggu,, silahkan duduk," ucap Mahendra sambil menjabat tangan pak william dan mempersilahkan mereka duduk. "Tidak masalah. Anda adalah orang yang sangat sibuk, kami sangat maklum sekali," ucap pak William masih dengan senyum yang mengembang. Sementara Alexa masih cukup terkejut dengan penglihatannya. Dia bahkan hanya mempe
Alexa berjalan gontai menuju lift. Dia sedang menunggu lift yang akan mengantarnya ke lantai apartemennya setelah itu dia akan memanjakan dirinya dengan berendam air hangat sebelum pergi tidur. Rencana yang sempurna untuk menutup hari yang begitu melelahkan ini.Lift akan tertutup ketika seseorang menahannya dengan tangannya dan masuk. Alexa nampak terkejut karena orang itu adalah Mahendra. Sekarang lift benar-benar tertutup dan hanya ada mereka berdua. Alexa berdiri di pojok belakang lift sambil memperhatikan punggung Mahendra yang tampak menjulang. dia masih ragu akan menyapa Mahendra atau tidak.Tidak ada yang memulai pembicaraan untuk beberapa lama. Karena merasa terintimidasi dengan tinggi Mahendra, Alexa mengalihkan pandangannya memperhatikan tombol angka pada lift yang entah mengapa terasa begitu lama membawanya ke lantai apartemennya.
"Ada apa gadis kecil?" Ucap Mahendra ditelepon kepada seseorang."Kakak apa yang kau katakan pada kak Gio sampai dia tidak membalas satupun pesanku" ucap seseorang terdengar sedikit merajuk.Mahendra hanya dapat memutar bola matanya mendengar natalie merajuk. Nathalie adalah adik perempuan satu- satunya yang dimiliki Mahendra. Umur mereka terlampau cukup jauh. 10 tahun. Jarak yang cukup jauh, karena itu Mahendra bisa dibilang sangat protektif terhadap adiknya. Dia bahkan tidak segan untuk memarahi Nathalie bila ada perilakunya yang tidak Mahendra suka. Termasuk mengenai kriteria pria dambaan adiknya. Tapi untuk masalah yang satu ini entah mengapa adiknya begitu getol hingga membuat kepalanya pusing.Mahendra berulang kali meminta Nathalie untuk tidak mengganggu Gio, sahabatnya. Menyuruhnya untuk tidak memiliki perasaan lebih pada Gio mengingat reputasi percintaan Gio yang dilihat sendiri oleh Mahendra. Bahkan Mahendra sampai mengusulkan pada ayahnya agar a
Mahendra dan Gio sedang keluar untuk makan siang di salah satu kedai cepat saji di dekat kantor mereka. Mereka sedang melahap makanannya dengan rakus ketika suara ponsel berdering Gio menatap ponselnya dan terkejut mendapati nama Nathalie terpampang di ponselnya. Dia segera mematikan panggilan tersebut.Mahendra menggelengkan kepalanya melihat tingkah Gio. “sepertinya kau harus ganti nomor lagi bila tidak ingin para penggemarmu mengusikmu” ucap Mahendra santai.Raut wajah Gio Nampak berubah walaupun Mahendra tidak menyadarinya. “hanya nomor asing. Karena itu aku mematikannya” ucap Gio sedikit gugup sambil berusaha tetap menelan makanannya.Tidak beberapa lama ponsel Mahendra yang berbunyi dan dia mengangkatnya. “Ada apa lagi”, ucapnya ketika panggilan itu tersambung.“Kakak tidak bisakah kau mengancam kak Gio bilang bahwa aku akan bunuh diri bila dia tidak mengangkat panggilanku. Aku menghubunginya sejak pagi dan dia selalu menolaknya. Aku hanya i
Cukup lama mereka terdiam sampai tiba-tiba sebuah kilatan cahaya menerpa mereka. Mereka berdua sadar dan menoleh kearah cahaya tersebut. Beberapa kilatan muncul kembali sebelum akhirnya sebuah mobil mini van melaju kencang meninggalkan mereka. Mahendra yang merasa bahwa mobil itu mencurigakan segera berlari mengejar mini van itu walaupun percuma karena mobil itu melaju sangat kencang. Sedangkan Alexa hanya bisa menepuk jidatnya menyadari bahwa akan ada berita baru lagi mengenai dirinya beberapa waktu kedepan. Benar saja. Keesokan harinya, managernya, si Tua William menelponnya. Tapi kali ini tidak dengan marah-marah melainkan dengan ucapan halus dan terdengar senang. “aku yakin ada sesuatu diantara kalian berdua. Aku bisa merasakannya dari tatapan kalian berdua”, ucap Wiliam pada Alexa di telpon ketika Alexa sedang bersiap-siap pergi Syuting.