Saga mengintip kepergian orang tuanya pagi itu. Ia harus melakukan ini setiap hari untuk memastikan bahwa orang tuanya benar-benar telah pergi ke toko mereka. Setelah mereka menghilang dari pandangan, Saga turun ke lantai bawah untuk sarapan terlebih dahulu dan menunggu selama kira-kira satu jam atau lebih. Untuk jaga-jaga. Ia tak mau tertangkap basah untuk yang kedua kalinya seperti beberapa hari yang lalu.
Saga mengambil dua gelas sterofoam berisi min
Aku keluar dari Alas Purwo itu hanya dalam waktu beberapa menit. Sebenarnya bisa lebih cepat, tapi aku berkali-kali harus berhenti karena tertarik dengan hantu-hantu yang terkadang menghampiriku. Selain itu, gangguan dari para immortal yang INDICENT kirim untuk mengejarku benar-benar mengganggu, sehingga aku perlu berhenti untuk mengusir mereka sampai mati.Kasihan sekali.
Angin berhembus di bukit itu, menerpa wajahnya yang dulu masih sehangat dan secerah mentari. Ada senyum di bibirnya, menghiasi wajahnya yang bagaikan beku, tapi senyum itu tampak semu, tampak berkurang kehangatan dan keceriaannya. Bagaikan kegelapan yang berusaha untuk tersenyum di dalam kesia-siaan.Gadis itu mengangkat tangannya, memperhatikannya, tampak begitu puas akan siapa dirinya yang sekarang. Ia merasa begitu percaya diri dengan pencapaiannya y
Barbara kembali ke markas milik Hugo yang berada di tengah-tengah pedesaan Semendo. Markas itu berupa gudang penyimpanan tua yang sudah lama ditinggalkan. Hampir tidak ada orang yang berani datang ke tempat itu karena rumor-rumor horor yang tersebar di seantero desa.Beberapa yang menganggap diri mereka hebat mencoba masuk dan mencari tahu apakah desas-desus itu benar, tapi mereka tidak akan menemukan apa-apa selain asap gelap di tengah-tengah ruangan y
Malam itu Barbara kembali bermimpi tentang hutan gelap tempat ia bertemu dengan nenek menakutkan. Ia kembali ketakutan di kegelapan hutan itu, tapi ada sesuatu yang tampak berbeda dari mimpi yang sama sebelumnya.Seorang cowok seumuran Barbara tampak berdiri diam di bawah sorot rembulan, bagaikan lampu panggung yang menyorot seorang artis.Barbara mempertajam penglihatannya dan melihat bahwa wajah cowok itu cukup… imut. Sesuatu seperti menggelitik pikirannya, seakan-akan otaknya sedang berusaha mengingat sesuatu. Namun, sekeras apa pun ia mencoba, ia tak dapat mengingat siapa cowok itu.Cowok itu tiba-tiba menoleh dan menatap Barbara yang langsung terkesiap saat melihatnya. Mata cowok itu berubah menjadi merah dan darah tampak mengalir lambat ke pipi. Ia mengulurkan tangan ke depan seperti akan mengajak seseorang.“Bara, kau dari mana saja?” cowok itu berkata dengan suara parau.Barbara tak bisa mengalihkan pandangannya dari mata
Kami saling menatap dalam diam selama kira-kira semenit penuh, sementara suara benturan beberapa kali terdengar akibat Hugo yang mencoba untuk masuk kembali sebelum suara itu berhenti, seakan Hugo sudah menyerah.“Dia tidak pernah membohongiku, orang asing,” aku akhirnya berkata dengan suara dingin.“Dia memang telah membohongimu, Bara,” balas Saga keras kepala. “Dan aku bukan orang asing.”Suhu tubuhku memanas dengan drastis. Saat aku mendekati Saga, ia mengambil langkah ke belakang, mundur karena kepanasan.Aku mungkin tengah kebingungan dan apa yang telah kulakukan patut dipertanyakan, tapi aku masih cukup waras untuk tidak mempercayai kata-kata cowok di depanku ini secara langsung.“Aku melempar Hugo keluar dari sini bukan untuk mendengarkan tuduhanmu, Saga,” desisku seraya menghentikan langkahku. “Kau tidak bisa begitu saja mengatakan bahwa mereka membohongiku, sementara orang yang katanya
Aku kembali ke kenyataan dalam waktu yang sangat cepat. Aku menatap Saga yang meringis kesakitan seraya memandangku dengan bingung.“Ini… benar-benar sakit dan kau hanya berbaring di atasku selama dua menit penuh!” ia mengomel dengan lemah.Aku cepat-cepat menyingkir darinya dan duduk tak jauh darinya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Rasa terkejut benar-benar membuatku terpaku selama beberapa saat.“Aku… aku hanya diam sebentar, bukannya dua menit,” kataku gemetar seperti orang demam.Saga mengangkat tubuhnya hingga duduk. “Aku tak tahu jika perubahan dapat membuatmu linglung.” Ia lalu menoleh padaku dan ekspresinya yang semula kesakitan berubah khawatir. “Kau tampak… semacam kacau. Kau tidak apa-apa?”Aku beringsut menjauh hingga punggungku membentur tembok. Aku memandang Saga dengan ketakutan baru. “Apa yang telah dia lakukan padaku?”Selama beberapa detik Saga
Sebelumnya ….Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Saga, Justin dan beberapa orang pilihan dari Suku Serigala Hitam tiba di bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II. Hari menjelang petang saat mereka keluar dari bandara bersama-sama dan menumpangi mobil SUV sewaan.“Kita sudah sampai di Palembang, selanjutnya apa?” tanya Justin dengan suara kering, menoleh ke arah Saga dengan tatapan ragu.Saga menghela napas perlahan sembari menggigit bibirnya. “Menurut informasi yang INDICENT sampaikan, Bara dan Hugo ada di Palembang. Jadi kita akan melakukan pencarian di kota ini. Akan lebih baik jika kita segera melakukan pencarian sebelum Bara melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan.”“Tapi ini sudah hampir petang, Saga. Aku yakin yang lainnya juga pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Bukankah sebaiknya kita istirahat sebentar, baru kemudian melanjutkan pencarian setelahnya
Kesakten Vampir Segawon.Kata-kata itu bagaikan memenuhi pandangan Hugo yang tengah membuka buku tua itu, membacanya dengan ketidaksabaran yang semakin melunjak. Ketiga kata itu jika diartikan secara harfiah berarti Kekuatan Sakti Vampir Serigala, atau kekuatan sakti wolvire. Isinya tentang apa saja yang bisa dilakukan oleh seorang wolvire, dalam hal ini tentu saja wolvire biasa.Emosi Hugo semakin menjadi-jadi saat pada salah satu bagian di buku itu menjelaskan bahwa gigitan wolvire yang dalam bentuk serigala kepada vampir lebih mematikan daripada gigitan atau cakaran wolf-shifter biasanya. Begitu pula sebaliknya, jika wolvire sedang dalam bentuk vampir, maka gigitannya pada wolf-shifter juga akan lebih mematikan dari vampire biasa.Namun, itu tidak berlaku pada wolvire bernama Barbara.Hugo membanting buku tentang wolvire itu ke lantai dengan kuat, merasa sangat marah pada dirinya sendiri dan juga pada gadis istimewa itu. Reksa, sang raja iblis