Share

Bab 9

Auteur: Julliana
Saat Stacey belum sempat berpikir mengapa Edward justru yang datang menyelamatkannya, kesadarannya sudah lebih dulu ditelan oleh kegelapan yang pekat. Saat dia membuka mata kembali, dirinya sudah berada di rumah sakit.

Stacey berkedip pelan, matanya terasa kering. Dia menatap langit-langit ruangan yang putih bersih, lalu perlahan mengalihkan pandangan ke arah sosok pria yang duduk di sisi ranjangnya.

Setelah memastikan berkali-kali, dia masih sulit percaya. Satu-satunya orang yang tetap ada di sisinya ternyata adalah Edward. Dia menyembunyikan keterkejutannya jauh di dalam hati dan bertanya dengan nada datar, "Kamu nggak pergi jenguk Lily?"

"Baru saja dari sana. Di tempatnya sudah banyak orang. Adriano juga ada di sana," jawab Edward.

Edward sempat mengira Stacey akan bereaksi keras saat mendengar nama Adriano. Namun tak disangka, ekspresinya tetap tenang. Yang keluar dari mulutnya malah kata-kata usiran. "Kalau begitu kamu juga pergi saja. Aku lebih suka suasana tenang."

Hanya saja, meski sudah disuruh pergi, pria itu tetap duduk di tempatnya. Stacey meliriknya sejenak dengan heran. "Ada lagi yang mau kamu sampaikan?"

"Jangan menikah sama Adriano." Edward terdiam cukup lama seakan-akan sedang mencari kata-kata yang tepat. Namun pada akhirnya, dia tetap mengungkapkannya. Begitu mulai bicara, dia tidak bisa lagi menahan semua yang ingin dikatakannya. "Dia sama sekali nggak suka kamu. Dia mendekatimu untuk membantu Lily mendapatkan posisimu."

Setelah mengatakan semua ucapan yang tersimpan dalam hati, Adriano seolah-olah merasa semua beban di pundaknya telah terbebaskan. Namun saat dia melihat ke arah Stacey lagi, ternyata ekspresi Stacey masih tetap tenang seperti sebelumnya.

Seolah-olah ... dia sudah tahu semuanya sejak lama.

Seketika, Edward terkejut dan matanya membelalak. "Jadi kamu memang sudah tahu?"

Stacey tidak menjawab. Dia hanya tetap mengusir Edward, "Kalau nggak ada urusan lagi, pergilah."

Namun, Edward tidak beranjak. Sebaliknya, reaksinya malah semakin emosional. "Kamu tahu semua itu tapi tetap mau menikahinya? Kamu sudah gila?"

Mendengar ucapannya, Stacey tertawa. "Apa urusannya denganmu? Bukannya aku sudah batalkan pernikahan dan kembalikan kamu ke Lily yang selama ini jadi pujaan hatimu?"

Begitu ucapan itu dilontarkan, Edward sontak terdiam.

Dia sendiri juga tidak tahu kenapa bisa begini. Seharusnya, dia merasa bahagia. Namun entah sejak kapan, setiap kali memandang Lily, yang terlintas di benaknya justru bayangan Stacey yang dulu selalu mengejarnya dengan polos dan penuh semangat. Bahkan dalam mimpi, sosok itu pun terus muncul.

Dalam suasana hening, pintu ruang rawat tiba-tiba terbuka. Saat Adriano melihat Edward berdiri di dalam, ekspresinya langsung menjadi muram. "Edward, kamu ke sini ngapain?"

Dengan kehadiran Adriano, percakapan tadi terbangun pun langsung terputus. Edward menatap Stacey dengan dalam untuk terakhir kalinya, tapi akhirnya memilih tidak mengatakan apa pun. Dia berbalik dan meninggalkan ruangan.

Begitu dia pergi, Adriano langsung memeluk Stacey erat-erat dengan cemas.

"Stacey, maaf ... aku bukannya nggak mau nolong kamu. Aku cuma ... waktu itu aku salah lihat orang."

"Aku mohon, jangan marah lagi, ya? Mulai sekarang aku nggak akan pedulikan Lily lagi, asalkan kamu juga jangan dekat-dekat Edward lagi, bisa?"

"Kamu butuh waktu lama untuk berhenti suka sama dia dan sekarang kamu sudah memilih bersamaku. Tapi kalau kamu mulai dekat lagi sama dia, aku benar-benar bisa gila."

Mendengar satu demi satu permintaan maaf Adriano, ekspresi Stacey tetap terlihat tenang. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Saat matanya terpejam, yang muncul dalam benaknya hanyalah agar semua ini segera berakhir.

Hari-hari berikutnya, mungkin demi menunjukkan tekadnya, Adriano benar-benar tidak pernah lagi menjenguk Lily atau membahas kabarnya. Dia hanya terus berada di sisi Stacey dan membelikannya berbagai hadiah untuk menyenangkan hatinya.

Hari-hari seperti itu terus berjalan hingga malam sebelum pernikahan.

Malam itu, Stacey tiba-tiba mulai membereskan barang-barangnya.

Melihat hal ini, Adriano juga tidak terlalu banyak berpikir. Dia bahkan berinisiatif untuk membantu Stacey.

Namun, semakin lama mereka berkemas, Adriano mulai menyadari, semua yang Stacey masukkan ke dalam koper adalah kenang-kenangan pemberiannya selama masa-masa Adriano mengejar cintanya.

Ratusan foto yang diambilnya. Surat-surat cinta yang pernah ditulisnya, selembar demi selembar. Hadiah-hadiah kecil yang dia berikan.
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 23

    Sementara itu, Adriano yang dulunya tidak tahan melihat Lily tersakiti sedikit pun, kali ini hanya menatapnya dingin dan tidak membelanya sama sekali.Lily benar-benar tidak bisa mengerti. Hanya karena bertemu Stacey sekali saja, kenapa semua orang langsung berubah? Namun sebelum dia sempat mencari jawabannya, kapal sudah benar-benar meninggalkan Pulau Pertemuan.Di sisi lain, setelah para pengacau itu diusir dari pulau, para penjaga juga kembali naik ke kapal patroli kecil mereka dan meninggalkan tempat itu.Setelah kerumunan itu bubar, Edward yang datang sendiri menggunakan perahu kecil akhirnya menampakkan diri. "Stacey, bolehkah aku naik ke atas?"Devon langsung mengenali pria itu. Beberapa waktu yang lalu, Edward memang pernah datang sekali. Meskipun saat itu Stacey tidak terlalu menggubrisnya, sikap Stacey jelas lebih baik terhadapnya dibandingkan dengan orang-orang yang baru saja mereka usir tadi.Oleh sebab itu, Devon langsung meningkatkan kewaspadaannya.Akhir-akhir ini terlal

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 22

    Setelah selesai berbicara dengan Adriano, barulah Stacey mengalihkan pandangannya ke arah tiga orang dari Keluarga Henderson. Dia beberapa kali membuka mulut, tetapi ragu untuk berbicara, sampai akhirnya hanya bisa menghela napas.Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Dia tidak sanggup mengucapkan kata-kata kejam kepada orang tua yang telah melahirkannya, dan jujur saja, dia juga tidak ingin lagi berdebat dengan mereka.Lagi pula, mereka bertiga hanya akan mendengar apa yang ingin mereka dengar. Berdebat hanya akan membuang tenaga dan sia-sia."Ayah, Ibu ... ini terakhir kalinya aku memanggil kalian begitu. Lagian, kalian juga nggak pernah benar-benar menganggapku sebagai anak. Mulai sekarang, anggap saja kalian memang hanya pernah punya satu anak perempuan, Lily."Nada bicaranya sangat tenang. Kata-katanya untuk memutus hubungan dengan mereka, diucapkannya seolah-olah hanya sekadar sapaan biasa. Namun justru karena ketenangan itu, Hector

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 21

    Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Stacey, semua orang seketika terdiam dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Adriano bahkan menatapnya dengan mata membelalak, lalu refleks melepas pegangan tangannya dari lengan Villy. Kemudian, dia berjalan terhuyung beberapa langkah ke depan dan mencoba meraih tangan Stacey.Akan tetapi, tangan itu langsung ditepis oleh Gaston. Dengan raut wajah yang muram dan alis berkerut tajam, dia menepisnya keras-keras. "Kalau ada yang mau dibicarakan, silakan bicara baik-baik. Jangan main pegang seenaknya."Gaston benar-benar tidak punya simpati sedikit pun terhadap orang-orang ini. Setelah melahirkan anak, lalu ditelantarkan dan pilih kasih sampai separah itu. Sekarang masih berani menyebut diri mereka sebagai orang tua Stacey?Sejak awal pertemuan mereka, apa ada sepatah kata baik pun yang keluar dari mulut mereka?Terutama pria bernama Adriano ini ... berlagak seperti pria yang mencintai Stacey, tapi bahkan kondisi keluarganya saja t

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 20

    Adriano merasa dadanya dipenuhi kekesalan dan perasaan kecewa. Awalnya, dia sengaja membawa Hector, Villy, dan Lily ke sini dengan harapan pertemuan ini bisa menjadi momen untuk sedikit bernostalgia.Dia tahu, hubungan mereka dulu memang tidak begitu dekat, tapi bagaimanapun juga mereka tetaplah keluarga. Di antara orang tua dan anak, mana mungkin ada dendam yang tidak bisa diselesaikan? Bukankah semuanya bisa selesai jika dibicarakan baik-baik?Oleh karena itu, di perjalanan tadi, dia sudah mengingatkan mereka agar jangan bersikap terlalu agresif dan bicarakan semua dengan tenang. Saat itu Hector, Villy, dan Lily pun mengangguk setuju. Dia benar-benar tidak menyangka mereka akan langsung membuat keributan seperti ini.Namun, kalau mau jujur pada diri sendiri, Adriano tahu sebagian besar kesalahan ini juga ada padanya. Dia menahan perasaan sesak yang menghimpit dadanya dan mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati sebelum akhirnya membuka suara."Stacey, lama nggak bertemu."Adriano

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 19

    Adriano bahkan belum sempat menghentikan mereka. Lily yang datang bersama kedua orang tuanya juga ikut berkata dengan nada menjijikkan, "Kak, aku tahu kamu marah sama aku. Tapi walau kamu lagi ngambek, tetap saja nggak boleh nggak peduli sama Ayah dan Ibu. Selama ini mereka sudah setengah mati cari kamu, ayo cepat pulang sama kami!"Melihat orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Stacey itu datang dan bicara seenaknya, Devon yang biasanya tenang pun tidak tahan lagi. Dia mengejek, "Dari mana datangnya anjing-anjing ini, baru nongol saja langsung menggonggong sembarangan?"Kemudian, dia bergeser sedikit untuk menghalangi pandangan Adriano sepenuhnya. Sebelum mereka sempat marah besar, Devon menambahkan dengan sinis, "Ini pulau milik Stacey. Kalian masuk ke pulau ini tanpa izin. Ini bukan di negara asal kalian. Hati-hati, bisa-bisa besok sarapan kalian malah di dalam perut hiu."Pandangan tajamnya menyapu mereka satu per satu. Keempat orang di luar langsung tertegun, tetapi perasaan te

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 18

    Saat Adriano datang mencarinya, dia tidak datang sendirian. Ada Hector, Villy, dan Lily yang ikut bersamanya.Selama beberapa tahun terakhir, kondisi Keluarga Henderson memang tidak terlalu baik. Edward telah memulai usahanya sendiri dan begitu usahanya sukses, hal pertama yang dilakukannya adalah menjadi pesaing langsung Keluarga Henderson di pasar.Awalnya, mereka ingin mempertahankan posisi mereka dengan cara menjalin ikatan pernikahan. Namun Lily yang sejak kecil dimanja, tumbuh menjadi pribadi yang sangat keras kepala. Setelah dibatalkan pertunangannya oleh Edward, dia hanya bisa mengamuk di rumah setiap hari. Hector dan Villy yang amat menyayanginya, tidak sampai hati memaksanya menikah lagi demi kepentingan keluarga.Sebaliknya, putri sulung mereka malah mengalami dua kali pertunangan yang gagal. Hingga akhirnya, dia bahkan menghapus identitasnya dan menghilang tanpa jejak. Mereka bahkan tidak tahu harus ke mana mencarinya.Kalau bukan karena Adriano mengatakan bahwa dia telah m

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status