Share

Bab 10

Auteur: Julliana
Akhirnya, Adriano menemukan sebuah catatan memo. Begitu dibuka, dia baru sadar bahwa seluruh isinya mencatat semua hal yang disukai Stacey.

[ 1. Perut Stacey tidak kuat, tidak boleh makan pedas. Harus belajar 365 jenis masakan yang bisa menghangatkan perut. ]

[ 2. Stacey takut petir, tapi selalu lupa bawa payung. Setiap kali sebelum hujan harus muncul tepat waktu di hadapannya. ]

[ 3. Stacey suka makan ceri. Harus tanam pohon ceri di seluruh halaman belakang untuknya. ]

[ 4. Stacey sangat kesepian. Tidak peduli kapan pun, selama dia menoleh, kamu harus ada di sana. ]

....

Memo itu penuh sesak dengan catatan dan Adriano membacanya satu per satu. Sampai di akhir, dia tersenyum kecil sambil berkata, "Stacey, mendekatimu benar-benar sulit. Tapi untungnya, aku nggak menyerah."

Melihat wajahnya yang serius dan penuh ketulusan, Stacey pun tanpa sadar sedikit terpaku. Untuk bisa mendapatkan dirinya, Adriano memang telah melakukan banyak hal.

Kalau saja dia tidak mendengar sendiri ucapan yang pernah keluar dari mulut pria itu, mungkin dia akan percaya bahwa pria yang begitu tulus ini ternyata malah selalu memikirkan wanita lain saat menatap dirinya.

Namun, Adriano tidak menyadari perubahan sikap Stacey. Dia mengangkat tangan dan memeluknya erat. "Stacey, akhirnya aku bisa menikahimu. Katakan padaku, setelah hari ini berlalu, kamu sepenuhnya menjadi milikku, 'kan?"

Stacey menggeleng pelan.

'Nggak. Sejak kamu membohongiku, sejak saat itu juga, kita nggak mungkin lagi bersama.'

Tepat pada saat itu, kepala pelayan masuk dan berkata, "Sebelum pernikahan, pengantin pria dan wanita nggak boleh saling bertemu. Tuan, Anda harus pergi ke hotel sekarang."

Mendengar hal itu, Adriano tidak bergerak sedikit pun. Dia hanya terus memeluk Stacey erat-erat. "Aku ingin terus berada di sisi Stacey."

Kepala pelayan menatapnya dengan canggung. "Tuan ...."

Baru saja dia hendak membujuk lagi, tiba-tiba ponsel Adriano berbunyi. Saat melihat nama kontak yang muncul di layar, ekspresinya sempat tertegun. Namun pada akhirnya, dia tetap melepaskan pelukannya dan berjalan menjauh untuk menjawab telepon.

Entah apa yang dikatakan dari seberang sana, yang jelas saat Adriano kembali, sikapnya sudah berubah. Dia hanya memeluk Stacey sekali lagi dengan tidak rela.

"Stacey, sampai jumpa besok."

Stacey tahu, Adriano pergi bukan karena ucapan kepala pelayan, melainkan karena telepon yang baru saja dia terima. Itu dari Lily.

Akan tetapi, Stacey tidak berkata apa pun untuk menahannya. Dia hanya diam memandangi punggung pria itu perlahan menghilang di balik gerbang vila.

Kemudian, dia mulai mengangkut semua koper yang sudah dikemas dan memindahkannya ke halaman depan vila.

Dia sudah terlebih dulu meminta para pembantu menyiapkan tungku pembakaran. Meski mereka tidak tahu tujuannya, tidak ada seorang pun yang bertanya. Mereka hanya menurut dan meletakkannya di taman seperti yang diperintahkan.

Kini, satu per satu barang dari dalam kotak mulai dia lemparkan ke dalam api. Dari foto-foto, catatan memo, buku harian ... semuanya.

Ketika lembar foto terakhir jatuh ke dalam nyala api, Stacey menatap abu yang tersisa dengan senyum tipis di wajahnya.

'Adriano, semua kenangan sudah hangus jadi abu. Kita nggak akan pernah punya masa depan lagi.'

Di tengah gelapnya malam, tak seorang pun menyadari bahwa calon pengantin yang seharusnya menikah esok pagi, melangkah pergi dengan koper di tangan.

Langkahnya teguh, tanpa menoleh ke belakang sama sekali ....

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 23

    Sementara itu, Adriano yang dulunya tidak tahan melihat Lily tersakiti sedikit pun, kali ini hanya menatapnya dingin dan tidak membelanya sama sekali.Lily benar-benar tidak bisa mengerti. Hanya karena bertemu Stacey sekali saja, kenapa semua orang langsung berubah? Namun sebelum dia sempat mencari jawabannya, kapal sudah benar-benar meninggalkan Pulau Pertemuan.Di sisi lain, setelah para pengacau itu diusir dari pulau, para penjaga juga kembali naik ke kapal patroli kecil mereka dan meninggalkan tempat itu.Setelah kerumunan itu bubar, Edward yang datang sendiri menggunakan perahu kecil akhirnya menampakkan diri. "Stacey, bolehkah aku naik ke atas?"Devon langsung mengenali pria itu. Beberapa waktu yang lalu, Edward memang pernah datang sekali. Meskipun saat itu Stacey tidak terlalu menggubrisnya, sikap Stacey jelas lebih baik terhadapnya dibandingkan dengan orang-orang yang baru saja mereka usir tadi.Oleh sebab itu, Devon langsung meningkatkan kewaspadaannya.Akhir-akhir ini terlal

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 22

    Setelah selesai berbicara dengan Adriano, barulah Stacey mengalihkan pandangannya ke arah tiga orang dari Keluarga Henderson. Dia beberapa kali membuka mulut, tetapi ragu untuk berbicara, sampai akhirnya hanya bisa menghela napas.Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Dia tidak sanggup mengucapkan kata-kata kejam kepada orang tua yang telah melahirkannya, dan jujur saja, dia juga tidak ingin lagi berdebat dengan mereka.Lagi pula, mereka bertiga hanya akan mendengar apa yang ingin mereka dengar. Berdebat hanya akan membuang tenaga dan sia-sia."Ayah, Ibu ... ini terakhir kalinya aku memanggil kalian begitu. Lagian, kalian juga nggak pernah benar-benar menganggapku sebagai anak. Mulai sekarang, anggap saja kalian memang hanya pernah punya satu anak perempuan, Lily."Nada bicaranya sangat tenang. Kata-katanya untuk memutus hubungan dengan mereka, diucapkannya seolah-olah hanya sekadar sapaan biasa. Namun justru karena ketenangan itu, Hector

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 21

    Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Stacey, semua orang seketika terdiam dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Adriano bahkan menatapnya dengan mata membelalak, lalu refleks melepas pegangan tangannya dari lengan Villy. Kemudian, dia berjalan terhuyung beberapa langkah ke depan dan mencoba meraih tangan Stacey.Akan tetapi, tangan itu langsung ditepis oleh Gaston. Dengan raut wajah yang muram dan alis berkerut tajam, dia menepisnya keras-keras. "Kalau ada yang mau dibicarakan, silakan bicara baik-baik. Jangan main pegang seenaknya."Gaston benar-benar tidak punya simpati sedikit pun terhadap orang-orang ini. Setelah melahirkan anak, lalu ditelantarkan dan pilih kasih sampai separah itu. Sekarang masih berani menyebut diri mereka sebagai orang tua Stacey?Sejak awal pertemuan mereka, apa ada sepatah kata baik pun yang keluar dari mulut mereka?Terutama pria bernama Adriano ini ... berlagak seperti pria yang mencintai Stacey, tapi bahkan kondisi keluarganya saja t

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 20

    Adriano merasa dadanya dipenuhi kekesalan dan perasaan kecewa. Awalnya, dia sengaja membawa Hector, Villy, dan Lily ke sini dengan harapan pertemuan ini bisa menjadi momen untuk sedikit bernostalgia.Dia tahu, hubungan mereka dulu memang tidak begitu dekat, tapi bagaimanapun juga mereka tetaplah keluarga. Di antara orang tua dan anak, mana mungkin ada dendam yang tidak bisa diselesaikan? Bukankah semuanya bisa selesai jika dibicarakan baik-baik?Oleh karena itu, di perjalanan tadi, dia sudah mengingatkan mereka agar jangan bersikap terlalu agresif dan bicarakan semua dengan tenang. Saat itu Hector, Villy, dan Lily pun mengangguk setuju. Dia benar-benar tidak menyangka mereka akan langsung membuat keributan seperti ini.Namun, kalau mau jujur pada diri sendiri, Adriano tahu sebagian besar kesalahan ini juga ada padanya. Dia menahan perasaan sesak yang menghimpit dadanya dan mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati sebelum akhirnya membuka suara."Stacey, lama nggak bertemu."Adriano

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 19

    Adriano bahkan belum sempat menghentikan mereka. Lily yang datang bersama kedua orang tuanya juga ikut berkata dengan nada menjijikkan, "Kak, aku tahu kamu marah sama aku. Tapi walau kamu lagi ngambek, tetap saja nggak boleh nggak peduli sama Ayah dan Ibu. Selama ini mereka sudah setengah mati cari kamu, ayo cepat pulang sama kami!"Melihat orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Stacey itu datang dan bicara seenaknya, Devon yang biasanya tenang pun tidak tahan lagi. Dia mengejek, "Dari mana datangnya anjing-anjing ini, baru nongol saja langsung menggonggong sembarangan?"Kemudian, dia bergeser sedikit untuk menghalangi pandangan Adriano sepenuhnya. Sebelum mereka sempat marah besar, Devon menambahkan dengan sinis, "Ini pulau milik Stacey. Kalian masuk ke pulau ini tanpa izin. Ini bukan di negara asal kalian. Hati-hati, bisa-bisa besok sarapan kalian malah di dalam perut hiu."Pandangan tajamnya menyapu mereka satu per satu. Keempat orang di luar langsung tertegun, tetapi perasaan te

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 18

    Saat Adriano datang mencarinya, dia tidak datang sendirian. Ada Hector, Villy, dan Lily yang ikut bersamanya.Selama beberapa tahun terakhir, kondisi Keluarga Henderson memang tidak terlalu baik. Edward telah memulai usahanya sendiri dan begitu usahanya sukses, hal pertama yang dilakukannya adalah menjadi pesaing langsung Keluarga Henderson di pasar.Awalnya, mereka ingin mempertahankan posisi mereka dengan cara menjalin ikatan pernikahan. Namun Lily yang sejak kecil dimanja, tumbuh menjadi pribadi yang sangat keras kepala. Setelah dibatalkan pertunangannya oleh Edward, dia hanya bisa mengamuk di rumah setiap hari. Hector dan Villy yang amat menyayanginya, tidak sampai hati memaksanya menikah lagi demi kepentingan keluarga.Sebaliknya, putri sulung mereka malah mengalami dua kali pertunangan yang gagal. Hingga akhirnya, dia bahkan menghapus identitasnya dan menghilang tanpa jejak. Mereka bahkan tidak tahu harus ke mana mencarinya.Kalau bukan karena Adriano mengatakan bahwa dia telah m

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status