Share

BAB 2

"Satu juta dollar untuk kontrak tiga bulan. Bagaimana? Bukankah penawaran yang menarik?" Tanya pria itu dengan senyum penuh keangkuhan yang terukir di wajahnya.

Alessia menatap pria itu dengan aneh, tapi jika dipikir dia tak memiliki apapun saat ini untuk bertahan hidup di tempat asing ini.

Tawaran pria itu cukup menggiurkan untuk tiga bulan menjadi kekasihnya. Dan dia memiliki waktu untuk mengenal tempat baru ini.

Tapi dia tak tahu satu juta dollar di tahun ini bernilai berapa? Jika di dunianya dahulu satu juta dollar memang cukup untuk hidup tiga bulan. Tapi dia harus mengambil keuntungan semaksimal mungkin dengan pria itu. 

Dia langsung menatap ke arah 

"Satu juta dollar memang bisa membeli apa saja disini?" Tanya Alessia dengan wajah serius. Bahkan dia tanpa takut menatap mata tajam pria itu.

Matteo terkejut saat wanita di depannya tak tahu betapa banyaknya satu juta dollar disini, "Kau bisa membeli perhiasan, pakaian mewah, mobil, dan juga rumah. Apakah kau sedang bercanda denganku menanyakan hal itu?" Wajah pria itu berubah menjadi masam.

Alessia tampak merenung sejenak hingga akhirnya berkata "Baiklah, aku akan menjadi kekasih kontrakmu selama tiga bulan. Tapi aku ingin setiap bulannya satu juta dollar, bukan sebaliknya. Aku tahu nilaiku jadi aku yang memutuskan." Tawar Alessia.

Pria itu tampak terdiam dan mengamati wanita itu lebih detail dari atas hingga ke bawah. Senyum tipis terukir di wajahnya.

"Kau semakin manis, baiklah satu juta dollar perbulan dengan kau menuruti semua kemauanku termasuk kebutuhan biologisku. Jika deal asistenku akan membuat kontraknya pagi ini." Ucap pria itu dengan tenang.

Alessia terkejut  saat mendengar jika dia harus memenuhi kebutuhan biologis pria itu.

Tapi ide licik mulai tersusun di otaknya. Tanpa disadari oleh pria itu, Alessia tersenyum miring.

"Baiklah, tuan…" ucapnya menggantung untuk mengetahui nama pria itu yang akan memiliki hubungan kekasih kontraknya selama setahun itu.

"Matteo Filcher." Ucap pria itu dengan datar.

"Ah ya, tuan Matteo Filcher. Senang bekerja sama denganmu." Ucapnya menjabat tangan pria itu dengan antusias.

 "Namamu?" Tanya pria itu yang ternyata tidak mengetahui namanya juga, jika pria itu tak tahu nama pemilik tubuh ini. Tentu saja dia juga tak tahu.

Dia dengan tenang menggunakan nama aslinya. 

"Alessia Petrova." Ucapnya dengan senyum manis yang terukir di bibirnya.

Matteo tampak terkejut namun sedetik kemudian wajahnya kembali datar.

"Bergantilah pakaian dengan sopan, pelayan akan mengantarkan bajumu. Aku akan pergi." Ucap pria itu dan  dia berlalu pergi tanpa mengucapkan apapun lagi.

Ketika Matteo pergi, Allesia mulai melihat detail ruang kamar ini. 

Ornamen cantik di langit-langit kamar yang dia yakini memiliki nilai yang cukup fantastis, membuktikan betapa kayanya Matteo Filcher.

"Ahhh… sepertinya aku masih diberikan keberuntungan oleh tuhan. Apakah dosaku terlalu banyak hingga harus terdampar di abad ke 21 ini? Tapi biarlah, aku juga tak peduli. Yang penting sekarang adalah bagaimana caranya bertahan hidup dengan nyaman di tempat baru ini." Gumamnya lalu bangkit dari tidurnya.

Jika dilihat dengan seksama, pasti penthouse dengan harga puluhan juta dollar, Alessia cukup mengagumi kekayaan pria itu yang  sepertinya melebihinya di dunianya dulu.

"Sepertinya aku bisa memanfaatkan pria itu demi tujuanku."

Hingga sebuah ketukan pintu mengejutkannya, datanglah pelayan yang membawakan pakaian untuknya dan nampan berisi makanan untuk sarapan.

"Nona, sarapan dan pakaian anda telah siap." Ucap pelayan itu dengan menundukkan kepalanya.

Alessia mengangguk, "Taruh saja di meja itu, dan selanjutnya kau boleh pergi."

"Baik, mohon nikmati hidangannya." Ujar pelayan itu sebelum pergi.

Alessia melirik ke arah hidangan yang disajikan, terlihat masih hangat dan enak. 

Dengan cepat dia memakan makanan itu tanpa sisa.

"Sangat lezat." Gumamnya dengan lega lalu bersandar di sofa dengan perut kenyang.

"Kau seperti babi saat makan." 

Matteo masuk ke kamar dan duduk di depan Alessia dengan tenang.

"Kau mengganggu waktuku, sepertinya aku harus menambah beberapa poin kontrak nanti." 

Bruk!

Suara lemparan kertas di meja terdengar cukup keras disana.

 "Tambahkan sesuka hatimu.”  

"Apa ini?"

"Kontrak kita."

Alessia segera mengambil kontrak itu dengan ekspresi serius, wajahnya menunjukkan jika dia sangat memperhitungkan  setiap detail  yang tertulis di lembar putih dengan tinta hitam tersebut.

Kening Alessia tampak mengkerut setelah membacanya, “Apa-apaan ini, semua hanya menguntungkanmu. Dan apa kau gila menuliskan di kontrak jika tak akan memakai pengaman apapun saat berhubungan seks?” 

Matteo tampak tenang dengan kemarahan Alessia atas kontrak yang dia buat, “Aku tak suka dengan pengaman, jadi itu adalah hakku. Aku juga sudah membayar mahal dirimu.” 

Alessia mengepalkan tangannya, dia tak menyangka pria itu benar-benar bajingan “Jika begitu aku ingin menambah poin dalam kontrak.” 

Matteo tersenyum tipis, “Tulislah.” Sambil memberikan sebuah pena untuk wanita itu.

Alessia mengangguk dan segera mengambil pena tersebut dan menulis sesuatu di sana, dengan serius dia menambah banyak poin di sana yang membuat Matteo menaikkan alisnya dengan penasaran atas apa yang ditulis wanita itu disana.

“Selesai.” Ucap Alessia sambil menaruh pena tersebut dengan keras.

“Bacakan.” Titah Matteo dengan datar.

Alessia mengangguk dan segera membacakan apa yang telah dia tulis.

“Disini kau sebagai pihak pertama dan aku sebagai pihak kedua. Pihak pertama tidak boleh mengganggu privasi pihak kedua, baik hubungan asmara ataupun pekerjaan. Pihak pertama dilarang untuk melakukan kekerasan seksual dengan cara apapun kepada pihak kedua. Pihak kedua memiliki hak untuk mendapatkan fasilitas lengkap baik tempat tinggal, makan ataupun belanja selain dari harga yang telah dibayar oleh pihak pertama. Pihak pertama tidak bisa memasuki kamar pihak kedua atas alasan apapun, jika melanggar maka kontrak ini akan otomatis dianggap selesai.” Ucap Alessia dengan lantang.

Matteo yang mendengar itu merasa tak ada masalah dari permintaan wanita itu, baginya semuanya bisa dia lakukan. Dia akhirnya mengangguk dan menandatangani kontrak tersebut.

Alessia juga membubuhkan tanda tangannya disana yang berarti kontrak telah disetujui kedua belah pihak.

Keduanya memiliki salinan kontrak yang sah dan apabila ada yang melanggar maka hukum bisa ditetapkan secara legal.

“Senang bekerja sama dengan anda, tuan Matteo. Mohon kerjasamanya untuk tiga bulan kedepan.” Ucap Alessia dengan wajah yang penuh semangat karena membayangkan kehidupannya tak akan sulit meskipun berada di dunia baru.

Tak ada respon lebih yang ditunjukkan Matteo, setelah mengambil salinan asli dia pergi begitu saja yang membuat Alessia kesal.

“Sialan! Jika bukan karena aku membutuhkan uang tentu aku tak sudi bekerja sama dengan pria jutek dengan wajah datar seperti papan itu.” Umpatnya dengan kesal lalu memegang surat kontraknya dengan erat.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan selanjutnya?” Gumamnya dengan bingung. Dia melihat sekelilingnya lalu berjalan menuju ke jendela.

“Jika aku harus membangun perusahaan lagi sepertinya bukanlah hal yang mudah jika harus memulai dari nol. Aku harus mencari cara yang lebih cepat.” Gumamnya dengan penuh tekad. Dia tak bisa berdiam diri saja, dia harus bangkit lagi dan membangun perusahaan otomotifnya seperti dulu.

Di dunianya yang baru seharusnya potensinya menciptakan mobil sederhana dari masa depan akan menghasilkan keuntungan yang cukup besar.

“Aku akan menggenggam dunia lagi di tanganku.” Gumamnya dengan penuh tekad.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status