"ADA BOM?!"
Pertanyaan atas kejutan yang baru Alessia terima membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Jalanan pegunungan di tepi jurang ini terasa sangat sesak saat dia diberitahu oleh asisten AI mobil miliknya jika terdapat bom di dalam mobil.
Dia tak bisa menghindari kematiannya kali ini, saingan bisnisnya berhasil membuatnya tak bisa berkutik dengan rencana mereka yang matang.
"Lucy, apakah bisa menghindari ledakan?" Tanyanya pada asisten AI mobil canggihnya untuk meminta solusi di situasi genting ini.
Namun, Lucy dengan suara magnetis nya mengatakan jika tak ada cara lain.
Dan sedetik kemudian mobil itu meledak hingga puing-puing mobil berceceran dengan tubuh Alessia yang hancur lebur seperti potongan daging yang berantakan.
Alessia tak merasakan apapun saat kematiannya berlangsung.
Dia berpikir jika dia akan berada di dalam neraka dan menjalani alam baka.
Namun, saat dia membuka matanya secara perlahan, dia tidak melihat neraka yang dia pikirkan sebelumnya. Tapi, dia melihat seorang pria tampan yang tengah tertidur di sampingnya dengan wajah tenang.
Tapi tunggu…..
Pria itu telanjang!!!
Alessia langsung bangkit dari tidurnya ketikanmenyadari apa yang terjadi, namun tak dia sangka pria itu terbangun akibat gerakannya dan menahan pinggangnya dengan erat dengan satu lengannya hingga dia rubuh kembali.
"Kau sudah bangun, baby?" Suara seraknya sungguh mempesona seperti alunan musik yang lembut dan sedikit menggelitik di indera pendengaran.
"S-siapa kau?!" Tanya Alessia dengan gugup, sungguh pesona pria disampingnya tak bisa dia hiraukan.
Dia bukan penggila pria tampan, tapi dengan jujur pria ini bahkan tak bisa dianggap sebagai hal yang mudah diabaikan.
"Apakah setelah menghabiskan malam yang panjang denganku kau mendadak lupa ingatan, hm?"
Mata hitam tajamnya seolah menunduk dengan bulu mata lentik yang mempesona ditambah hidung mancung tercetak sempurna menambahkan kesan tak nyata pada pria itu.
"Biarkan aku pergi" Ucap Alessia mencoba menenangkan diri lalu memindahkan lengan pria itu.
"Apa kau perlu bantuan? Aku tak menyangka jika kau masih menjaga kesucianmu tadi malam. Aku kira kau sama dengan jalang yang aku sewa seperti sebelumnya."Kata pria itu dengan tenang sambil menyangga kepalanya dengan salah satu lengannya.
Alessia menggeleng, dia perlu waktu untuk sendiri sekarang untuk merenungkan apa yang terjadi saat ini. Dia tak bisa berbicara sembarangan saat ini, dia butuh memproses semuanya.
Alessia langsung berdiri meninggalkan pria asing itu dengan berbalut selimut. Dia berjalan tertatih-tatih menuju ke kamar mandi. Namun, fokusnya teralihkan saat melihat tahun di kalender yang ada di nakas meja.
Tahun 2023??
Dia begitu terkejut melihatnya, berarti ini adalah abad ke 21 jika benar tahun 2023.
"Apa aku berpindah waktu ke masa lalu setelah kematianku?" wajahnya mulai pucat pasi.
"Hei, kau kenapa??" Pria yang ada di ranjang tadi bertanya padanya.
Alessia segera menggeleng dan mempercepat langkahnya menuju ke kamar mandi, dia butuh merenung saat ini untuk menetralkan rasa terkejutnya.
"Okey, Alessia tenangkan dirimu." Gumamnya di depan pintu dan menyandarkan tubuhnya di depan pintu kamar mandi.
Rasanya sungguh begitu rumit menerima mengejutkan dalam waktu yang sangat singkat.
Dia adalah wanita dari abad ke 23 dan kini harus terjebak di abad ke 21.
"Aku harus tenang, aku tak boleh terlihat panik." Gumamnya dengan memegang dadanya kuat.
Saat melihat wajahnya di cermin, Alessia tak melihat wajahnya namun sosok wanita asing disana.
Alessia menghela nafasnya, dia sudah menebak ini. Tidak mungkin dia berada di tubuhnya karena tubuhnya hancur lebur karena ledakan mobil itu.
"Lalu dimana ini, dinegara mana ini dan siapa aku sekarang?" Gumamnya dengan rasa kebingungan yang dia rasakan.
Rasanya kepalanya ingin meledak, apalagi dia harus bangun di abad yang jauh dari abadnya sebelumnya.
"Abad ini cukup tertinggal dibanding Abadku sebelumnya." Gumam Alessia dengan kesal.
Dia berjalan kesana kemari untuk merencanakan sesuatu agar dia bisa hidup disini dan mencari cara untuk kembali ke abad sebelumnya.
"Tapi…" langkahnya terhenti saat memikirkan tentang wanita pemilik tubuh ini.
"Siapa wanita ini? Siapa identitasnya? Jika didengar dari ucapan pria itu, seharusnya wanita ini adalah seorang jalang yang melayani pria-pria kaya. Terlebih tampilan pria itu tak cukup sederhana ." Gumamnya dengan penilaiannya yang tajam.
"Kenapa juga tak ada satupun ingatan yang ditinggalkan pemilik tubuh ini."
Dia sekali lagi menghela nafasnya, lalu menuju ke shower untuk mengguyur tubuhnya yang sangat terasa kotor.
Alessia menikmati air yang mengguyur tubuhnya untuk meredakan rasa sakit kepala yang sedang dia alami saat ini.
Ketika dia keluar, pria yang dilayani wanita ini belum juga keluar dan masih berada disana dengan posisi yang sama.
"Kau sudah selesai?" Tanya pria itu dengan ketenangan yang terpancar di setiap perkataannya.
Alessia tak menjawab dan lebih memilih mengabaikannya.
"Baiklah tuan, sepertinya kita sudah tidak ada urusan. Bisakah anda pergi?" Usirnya dengan wajah tak nyaman.
Dia butuh ruang privasi untuk memikirkan segalanya saat ini.
Namun bukannya pergi, pria itu malah terkekeh dengan pelan.
"Oh sayang, apakah kau berakting sebagai nyonya muda sekarang? Apa kau lupa ini dimana? Ini di kamar penthouse ku. Bukankah kau yang seharusnya pergi jika aku menginginkannya?"
Alessia yang mendengarnya terkejut, dia kira ini adalah kamar hotel. Ternyata dia berada di penthouse terlebih milik pria ini?
Namun, bukan Alessia jika tak mempertahankan harga dirinya, dengan tenang dia berdehem dan menyilangkan salah satu kakinya.
"Maafkan saya, tapi saya tak tahu cara pulang. Bisakah anda memberikan saya satu supir untuk mengantarkan pulang?" Tanya Alessia dengan serius.
Pria itu yang sebelumnya terbaring langsung mendekat ke arah Alessia dengan baju tidur kimononya yang mengekspos dada bidangnya yang tercetak sempurna disana.
"Kau berani memerintahku, heh?" Ucapnya sambil memegang dagu wanita itu dengan senyum miring.
Alessia dengan segera menghempaskan tangan pria itu yang sangat tidak sopan pada dirinya itu.
"Jaga sopan santun anda, tuan. Saya masih bersabar." Ucapnya dengan tegas.
Pria itu tampak semakin tertarik menatap ke arah Alessia, "Aku tak menyangka kau berubah sikap menjadi pemalu menjadi pemberani dalam semalam. Tapi sepertinya kau cocok untukku." Ucap pria itu dengan tenang menatap ke arah Alessia.
"Apa maksud anda?"
"Kau sangat nikmat, jadilah kekasih kontrakku."
“Kau kembali begitu cepat.” Matteo menyambut Alessia dengan hangat di bandara.Pagi ini Alessia telah tiba, Matteo mengira jika wanita itu akan lama berada disana.“Aku merindukan Liam.” Jawab Alessia dengan tenang.“Aku? Apa kau juga merindukan aku, Sia?” Tanya Matteo dengan senyum manisnya.Alessia tampak tersenyum melihat itu, namun dia memilih untuk berjalan menuju ke parkiran mobil mereka.“Alessia, apa kau masih ingat penawaranku? Bagaimana? Apakah kau bisa menerimaku kembali?” Tanya Matteo dengan penuh harap.Sudah lama dia menunggu, dia tak bisa menunggu terlalu lama lagi.Alessia berhenti sejenak, memandang Matteo dengan serius. "Matteo, aku perlu waktu untuk memikirkannya dengan baik. Ini bukan keputusan yang bisa aku ambil begitu saja." Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kepastian.Matteo menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. "Aku mengerti. Aku akan menunggu keputusanmu, Sia." Dia mencoba tersenyum, meskipun ada kekhawatiran yang tersembunyi di
“Bagaimana?” Alessia yang baru saja tiba di New York siang ini langsung menemui David untuk melakukan pengecekan terhadap sistem yang berhasil dibuat.“Ada di tanganku, ayo aku tunjukkan.” David memimpin jalan menuju ke ruangannya.Setiap langkahnya menggambarkan keraguan dan ketidaksabaran yang ketara.Hingga sampai diruangan, dia melihat sebuah alat yang benar-benar persis di bayangannya.Dia adalah sistem AI nya yang dia pasang di dalam mobil, dia adalah Lucy.Alessia menyentuh benda itu yang nantinya akan di pasang dalam mobilnya.“Apakah ii sudah berfungsi?” Tanyanya pada David.David mengangguk dengan senyum bangga. "Ya, sudah siap dan berfungsi dengan baik. Lucy dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan memungkinkanmu untuk mengendalikan berbagai fitur mobil dari jarak jauh, mulai dari navigasi hingga pengaturan suhu."Alessia tersenyum puas, merasa lega melihat hasil kerja keras mereka. "Bagus sekali. Terima kasih, David. Kita telah mencapai titik ini berkat kerja kerasmu.
“Tuan Henrey datang menemui anda, tuan.” Josh memberikan informasi itu pada Matteo yang sedang fokus melihat dokumen perusahaan.Mendengar sang ayah ingin menemuinya, Matteo langsung melirik ke arah Josh.“Bawa dia masuk.” Ucapnya dengan dingin.Matteo menarik napas dalam-dalam. Dia menyadari bahwa pertemuan ini mungkin akan membawa banyak ketegangan, mengingat hubungan yang rumit antara mereka.Ketika Tuan Henrey memasuki ruangan, Matteo menatapnya dengan tatapan serius. "Apa yang bisa aku bantu, Ayah?" tanyanya tanpa menunjukkan ekspresi emosional apa pun.Tuan Henrey memandang anaknya dengan serius. "Aku mendengar tentang kehadiran Liam di mansionmu. Kau tidak memberitahuku bahwa anak itu disana," ujarnya dengan nada yang dingin.Matteo tetap tenang meskipun dihadapkan pada pertanyaan ayahnya yang mengejutkan. "Aku tidak melihat alasan untuk memberitahumu. Liam adalah urusanku, bukan urusanmu," jawabnya tegas.Tuan Henrey mengangguk dengan serius. "Namun, kau harus mempertimbangkan
“Tuan, ada nyonya besar dan nona muda.” Bisik Josh pada tuannya yang saat ini saat mereka sedang makan malam bersama.Matteo yang mendengar itu terdiam lalu melirik ke arah Alessia yang berada di sebelahnya.“Siapa?” Tanya Alessia ketika melihat Matteo meliriknya.“Ibu tiri.” Jawabnya dengan singkat.Alessia yang mendengar itu mengangguk.“Bawa dia masuk, kenapa kau malah diam?” Tanya Alessia dengan bingung.Matteo mengangguk dan memberi isyarat kepada Josh untuk mempersilakan tamu-tamu tersebut masuk. Dengan sigap, Josh meninggalkan meja makan untuk membuka pintu.Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang anggun dan elegan memasuki ruangan, diikuti oleh seorang gadis cantik di belakangnya. Wanita paruh baya tersebut adalah nyonya Irish dan Veronica."Kak Alessia!” Veronica langsung berlari menghampiri Alessia yang tak pernah dia temui begitu lama.Alessia berdiri dan menangkap pelukan Veronica dengan hangat.Nyonya Irish tersenyum dan menghampiri mereka
Di ruang kerjanya yang begitu sunyi, Reygan tampak tenang mengerjakan dokumen perusahaannya.Ada begitu banyak disini, meskipun bisa dikerjakan besok entah mengapa perasaannya malam ini menjadi tidak terlalu nyaman.Dalam setiap jam Gara selalu melaporkan perkembangan Matteo dalam mencari Liam, namun sejak dua jam terakhir tak ada kabar dari asistennya yang membuatnya merasa aneh.Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, hari sudah sangat larut dan bahkan sebentar lagi fajar akan muncul.“Apa dia ketiduran?” Gumamnya.Hingga tak berapa lama suara dentuman keras terdengar dari luar mansion, seperti ada ledakan dan detik berikutnya lampu semua padam.“Apa ada yang konslet?” Pikirnya dengan heran.Tanpa berpikiran buruk lain, dia mulai berjalan keluar dari kegelapan, tapi sebuah bogeman mentah tiba-tiba menyerang dirinya.BUG! BUG!“Siapa kau?” Reygan berusaha melawan orang yang sedang menyerangnya dengan brutal itu dengan kekuatan yang dimilikinya.Namun, dia tak berpikir jika ini sangat k
“Nona Alessia?!” Vivi yang baru saja selesai membuang sampang di luar bangunan mansion terkejut saat melihat nona yang dia layani dulu datang ke mansion bersama dengan tuan mereka.Alessia yang melihat Vivi langsung tersenyum, “Kau tambah cantik sejak terakhir aku lihat.” Puji Alessia dengan jujur.Vivi tersipu malu, namun hatinya sangat senang ketika melihat nonanya kembali.“Apakah anda sehat?”Alessia mengangguk, “Aku sehat.”Obrolan mereka berlanjut bahkan meninggalkan Matteo yang masih berada di luar.Saat dia ingin masuk mengikuti Alessia bersama pelayannya itu, Josh dengan tergesa datang ke arah Matteo dengan wajah serius.“Tuan, ada masalah besar.” Llau Josh membisikkan sesuatu tentang masalah yang baru saja terjadi.“Liam hilang??” Matteo sangat terkejut dengan berita tersebut.Josh mengangguk. “Setelah makan mala tadi tuan muda ingin berjalan-jalan di taman belakang, namun tak tahu bagaimana tuan muda menghilang begitu saja, tuan.”Matteo segera merespons dengan serius terh