Dua hari sudah kondisi Zafirah yang terbaring lemah di dalam kamar. Selama itu juga Azril tidak sedetikpun meninggalkan Zafirah.Suara ketukan pintu kamar Zafirah membuat perhatian Azril teralihkan. "Tuan, ada Pak Adam di ruang tamu. Sepertinya ada hal penting yang ingin di sampaikan pada tuan," Kata Bi Melati. "Baik. Aku akan keluar, Bibi tolong jaga Zafirah!" Azril meninggalkan kamar Zafirah, menuju ruang tamu dimana Adam telah menunggunya. "Ada apa Dam?" Tanya Azril setelah duduk di sofa ruang tamu. "Tuan, di halaman kantor banyak wartawan. Mereka menginginkan anda untuk klarifikasi tentang video malam itu," Kata Adam pada Azril. "Katakan pada mereka, besok aku akan menemui mereka." Jawab Azril. "Baiklah, tuan. Saya permisi." Adam berdiri dari kursinya setelah menganggukkan kepalanya sebagai tanda hormat. Setelah kepergian Adam, Azril kembali kekamar Zafirah. rasa bersalah karena membuat wanita berstatus istrinya kini lemah berbaring di tempat tidur. Dering ponselnya lagi-la
Azril meninggalkan kediamannya, sudah satu minggu dirinya tidak Kemabli kerumah. Sudah cukup rasa simpati yang dia berikan pada Zafirah, namun pada kenyataannya kekasihnya yang semakin terluka karena ulahnya. Azril menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Tubuhnya terasa lelah membuatnya memejamkan mata hanya untuk mengistirahatkan sesaat. Sentuhan lembut menyentuh pipinya dan sebuah ciuman memabukkan mendarat di bibirnya. Sesaat matanya menatap sosok yang sangat di kenalinya, membuat senyum di bibirnya mereka. "Apakah kamu sedang menggodaku, sayang?" Azril menyusupkan tangannya ke dalam dress yang melekat di tubuh kekasihnya. "Kau selalu mengerti aku, sayang,"Jelita kembali melancarkan aksinya di atas tubuh Azril membuat pria berkulit putih mendesah. "Aku menginginkan dirimu sayang,"Azril membalikan tubuh Jelita hingga bagian dadanya menempel di atas meja. Tanpa menunggu lama, Azril menancapkan miliknya ke dalam intim milik Jelita. Satu jam mereka melakukan pergulatan pan
Bibi Melati membantu Zafirah yang tergeletak tidak berdaya diatas tempat tidur. Terlihat bercak darah di atas seprai berwarna putih. Kembali hati Bibi Melati terasa sesak. Perlakuan yang didapatnya tidaklah manusiawi. Berlahan Bibi Melati mengganti pakaian Zafirah. Tidak berapa lama terlihat Zafirah membuka matanya. Melihat Bibi Melati yang tengah duduk di samping tempat tidurnya. "Bi, tolong bantu aku ke kamar mandi," ucap Zafirah tangannya meraih tangan Bibi Melati yang berada di sampingnya. Namun baru satu langkah tubuhnya jatuh ke lantai, dengan sigap Bibi melati membantu Zafirah yang terlihat menahan sakit. "Nyonya, sebaiknya duduk dulu," Bibi Melati membantu Zafirah duduk di tempat tidur. "Bi, boleh aku bertanya? Apakah sesakit ini saat pertama melakukannya? Atau hanya aku yang yang merasakan sesakit ini?" tanya Zafirah pada Bibi melati. "Katakan padaku, Bibi. Apa sesakit ini?" lanjutnya,Bibi Melati menatap wajah Zafirah yang terlihat cantik namun hari ini wajah cantik itu
Setelah lebih dari satu minggu Azril tidak menemui Zafirah, wanita yang kini menjadi istrinya walau tidak dianggap olehnya. Tengah malam Azril kembali kerumah, usai ia meninggalkan rumah yang memperdulikan Zafirah bahkan lebih dari satu minggu tidak ia injak.Berlahan kakinya menuju lantai dua saat melewati kamar Zafirah ia mendengar suara merdu wanita itu. Zafirah tengah mengaji, hal biasa yang di lakukannya ketika tengah malam akan terbangun setelah melakukan shalat malam yang akan di lanjutkan membaca Al'quran. Azril menatap pintu kamar Zafirah berlahan mendekati dan berbisik. "Zafirah maafkan aku, maafkan pria brengsek tidak tau diri ini Zafirah. Sampai kapan mata ini tertutup akan keindahan yang kau miliki. Betapa beruntungnya aku memiliki wanita Sholeha sepertimu." Ucapnya dengan suara lirih. Tidak lama Azril meninggalkan kamar Zafirah setelah menyentuh pintu kamar Zafirah. Di dalam kamar Zafirah, yang merasakan kehadiran seseorang berlahan menghentikan mengajinya dan melangk
"Maukah kamu, menjadi istriku satu-satunya Zafirah Radya Rafa?" ucap Azril, yang masih berlutut di hadapan Zafirah. Zafirah menatap wajah Azril. Mencari kebohongan disana, namun yang terlihat sebuah ketulusan dalam sorot matanya. "Zafirah aku, tahu kesalahan yang telah aku lakukan padamu. Tapi aku mohon berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Demi kita berdua Zafirah," ucap Azril dengan kesungguhan hatinya yang paling dalam. "Kak Azril, bangunlah jangan seperti ini kak,"Zafirah membantu Azril untuk berdiri, amun Azril tidak beranjak dari posisinya. Ia tetap berlutut di hadapan Zafirah."Tidak Zafirah, aku tidak akan berdiri sebelum kamu menjawab pertanyaan ku. Jangan merasa terbebani dengan ucapan ku. Jika kamu ingin menolak aku terima dengan lapangan dada. aku menyadari kesalahan yang telah aku lakukan sangatlah fatal."Azril menatap wajah yang tertutup cadar warna nude, dengan pandangan memuja. Dirinya menyadari keraguan di hati Zafirah. Namun ia ingin merubah semuanya
Setelah satu Minggu, waktu yang di minta Zafirah, untuk menenangkan hatinya. Hari ini Azril memintanya untuk tidur satu kamar dengannya. Kamar yang seharusnya ia miliki setelah menjadi istri Azril. "Zafirah, ayo,"Azril membawa Zafirah ke kamar utama. Langkahnya terhenti ketika menatap tempat tidur dan isi kamar Azril."Apa kamu membenci ku Zafirah? Apakah kamu tidak ingin memberikan aku satu kesempatan lagi, untuk memperbaiki semuanya?"Zafirah tertegun mendengar kata-kata Azril. "Tidak, aku tidak membenci kak Azril. Aku hanya ingin menikmati suasana kamar ini, itu saja kak." Jawab Zafirah dengan senyum indah menghiasi bibirnya. "Terima, kasih Zafirah. Aku benar-benar beruntung mendapatkan istri sepertimu." Ucapnya dengan suara lembut. "Ayo, kita istirahat sudah malam," lanjutnya tangannya terulur membawa Zafirah ke atas tempat tidur. "Kak, aku shalat dulu ya," Zafirah melangkah menuju kamar mandi. Tidak lama ia sudah keluar dan melaksanakan salat isya. Azril memperhatikan Zafir
Zafirah hanya bisa menatap wajah wanita seksi yang berada di depannya. Senyumnya terindah walau wanita di depannya tidak bisa melihat bagaimana senyum Zafirah yang tertutup dengan cadar."Sekarang apa lagi yang kamu inginkan?"Zafirah tersenyum lembut pada Jelita senyum yang tidak sedikitpun pemuda dari wajahnya."Aku. Menginginkan suamimu, paham!" ucap Jelita setelah itu ia berdiri berniat meninggalkan kediaman Azril. "Tunggu!" Jelita membalikan tubuhnya. "Ada apa lagi?" sahut Jelita malas, melihat kearah Zafirah dengan sikap angkuhnya "Duduklah, Jelita. Aku ingin bicara denganmu." Jelita mengikuti perkataan Zafirah dan kini mereka duduk kembali di ruang tamu. "Katakan ada apa?!""Kamu, adalah wanita yang cantik juga baik hati. Aku yakin di luar sana masih banyak pria yang menyukaimu. Jadi aku minta menjauhlah dari kami. Kamu tahu hubungan kami adalah hubungan yang sah? Kamu juga sudah tahu jika Azril telah memilihku menjadi istri sahnya, aku harap kamu mengerti dan mengikhlaska
Senyum Jelita tercetak jelas di wajahnya saat melihat reaksi Azril. "Akhirnya aku berhasil membuat dirimu kembali padaku dan kamu Zafirah, bersiaplah untuk keluar dari kediaman Azril. Aku akan menggantikan dirimu menjadi Nyonya, bukankah itu menjadi impian wanita di dunia ini menjadi nyonya menerima kemewahan yang telah di berikan suami dan aku akan menghabiskan uang untuk shopping bukan hanya itu saja sejak lama aku mengharapkan menduduki posisi sebagai nyonya. Aku adalah kekasih Azril dan sudah sepantasnya menjadi istrinya bukan wanita ninja itu." Gumam Jelita dalam hati. Dengan keyakinan penuh bahwa semua akan kembali padanya."Sayang, maafkan aku. Tapi aku," ucapan Azril terhenti ketika bibir Jelita menyapu bibir Azril. Mereka saling melumat terdengar desahan dari bibir mereka. Azril melepas semua baju yang melekat pada tubuhnya, bahkan Jelita lebih dulu melepasnya dan bermain di milik Azril yang telah lama ia rindukan. Gejolak yang tidak bisa di tolak seorang Azril ketika Jelita m