Waktu menunjukkan tepat pukul delapan malam, para pelayan dan berapa tamu yang mulai berdatangan. Di kamar utama Jelita bersama Azril tengah bersiap dengan penampilan yang luar biasa. Jelita yang memakai gaun malam tanpa lengan dan panjang gaunnya hingga menjuntai kelantai, bagian atas kerah yang berbentuk huruf V membuat bagian tulang selangka terlihat jelas. Azril yang malam ini memakai setelan Tuxedo dengan warna senada dengan Jelita. Penampilan mereka bagaikan ratu dan raja. Mereka menuruni tangga, tangan jelita bergelayut di lengan Azril. Para tamu menyambut kedatangan pasangan yang malam ini terlihat serasi. "Wahh!! Kalian kapan menikah? Sudah lama kalian menjalin hubungan, apa kalian tidak takut bosan?" Romi sahabat Azril menyambut pemilik pesta dengan terus menggodanya. "Kami akan menikah sebentar lagi, siapkan kado terindah untuk kami Romi!"Jelita menjawab perkataan Romi dengan tawa yang penuh arti. "Jangan khawatir, aku pastikan hadiahnya sangat istimewa."Romi menepuk
Romi membawa tubuh Zafirah yang terkapar tidak berdaya ke rumah sakit terdekat. Dirinya tidak ingin sesuatu terjadi pada Zafirah, wanita yang tidak lain adalah istri dari sahabatnya. Romi bersumpah akan membuat perhitungan pada Azril, ia merutuki kesalahannya yang terlambat datang. Flashback.Romi yang ingin ke toilet tidak sengaja mendengar apa yang di katakan Jelita pada Zafirah. Namun rasa sakit di perutnya membuatnya berlari kearah kamar mandi. Saat ia kembali, baik Jelita maupun Zafirah tidak ada disana, mengingat kata-kata gudang. Romi berinsiatif kesana, namun langkahnya terhenti setelah seseorang yang tiba-tiba berada di hadapannya. "Romi tunggu! Ada yang ingin aku tanyakan padamu?" tanya Jelita. "Apa yang ingin kamu tanyakan, padaku?" "Wanita ninja itu? Apa yang kamu ketahui tentangnya?" Romi menatap Jelita yang menatapnya penuh harap. "Wanita ninja yang mana kamu maksud, siapa Jelita?" tanya balik Romi pada Jelita. "Zafirah, apa yang kamu ketahui tentang Zafirah. Dan
Dua hari sudah Zafirah berada di rumah sakit, selama itu juga Azril menemaninya. Kondisi Zafirah yang kini lebih baik dari sebelumya, hari ini adalah hari kepulangannya."Zafirah, ada yang ingin aku tanyakan padamu?" Azril mendekati tempat tidur Zafirah. "Apa yang ingin kak Azril tanyakan?"Zafirah yang membenarkan posisi duduknya meski kepalanya masih terasa nyeri. "Apa benar Jelita yang menjebakmu?" Azril duduk di kursi samping tempat tidur Zafirah. "Apa kak Azril akan percaya, apa yang aku katakan nanti?"Zafirah memastikan apakah Azril akan percaya jika dalang di balik kejadian kemarin adalah kekasihnya. "Aku tidak tahu, harus percaya dengan siapa. Tapi aku ingin mendengarnya langsung darimu." Ucap Azril. "Jika kak Azril masih ragu, lebih baik tidak usah bertanya. Aku sudah tahu siapa yang akan kak Azril dengarkan," jawaban Zafirah membuat Azril semakin merasa serba salah, disisi lain Jelita kekasihnya dan Zafirah istrinya. "Bukan begitu Zafirah. Aku hanya," kebimbangan Azril
Zafirah mengemasi semua barang-barangnya, sesuai janjinya siang ini Azril datang untuk menjemputnya. Azril membantu Zafirah yang kesulitan saat membawa tas yang berisi pakaiannya. "Zafirah berikan tasnya padaku,"Azril meraih tas yang berada dalam genggaman Zafirah. "Terima kasih kak Azril," ucapnya saat Azril telah mengambil tas yang dia bawa, Zafirah mengikuti langkah Azril menuju parkiran. "Sama-sama Zafirah, kenapa kamu berjalan di belakangku? Kemarilah, berjalanlah di sampingku,"Azril meraih tangan Zafirah yang berada di belakangnya. Mereka melewati lorong rumah sakit, tangan mereka saling bergandengan. Sesampainya di parkiran Azril membukakan pintu untuk Zafirah. Kini mereka berada di dalam mobil tanpa ada canda ataupun tanpa ada obrolan, mereka sibuk dengan pikiran masing- masing tanpa mereka sadari kini mobil yang mereka naiki telah memasuki halaman rumah Azril. Azril membukakan pintu untuk Zafirah, mereka beriringan memasuki rumah mewah Azril, dan Azril mengantar Zafirah
Sepertiga malam seperti biasa Zafirah terbangun untuk melaksanakan dua rakaat dengan khusyuk. Setelah selesai di lanjutkan dengan zikir dan mengaji hingga terdengar suara adzan subuh berkumandang, Zafirah menutup Al Qur'an setelah menciumnya di letakan kembali di atas nakas. Zafirah kembali melaksanakan salat subuh entah kenapa air matanya luruh, sesuatu yang sakit di dalam hatinya, membuat seorang Zafirah menangis dalam sujudnya. Usai melaksakan shalat subuh zafira mengadahkan ke dua tangannya, berharap sang Haliq memberikan kesabaran lebih pada hati dan jiwanya. "Ya Allah hamba pasrahkan semua padamu, engkaulah pemilik kehidupan ini. Jika ini takdir yang harus hamba jalani, hamba dengan ikhlas menerimanya."Usai melaksanakan shalat dan berdoa pada pemilik kehidupan, Zafirah berjalan ke arah balkon dan bershalawat nabi tanpa melepas mukenanya. Hingga terdengar suara kicauan burung seolah mengikuti Zafirah yang tengah bershalawat pada kekasih Allah semakin banyak burung yang berkicau
Hari-hari berlalu kehidupan Zafirah semakin bahagia, sikap Azril tidak lagi kasar padanya meskipun sikap dinginnya tidak pernah berubah. Seperti hari ini, tidak biasanya Azril mengajaknya berbicara berdua di ruang kerja Azril. "Zafirah, ada yang ingin aku tanyakan padamu?" "Apa yang ingin kak Azril tanyakan padaku?" "Apakah, kamu berniat melaporkan Jelita ke kantor polisi?" "Kenapa kak Azril menanyakan hal itu? Apa kak Azril ingin aku melaporkannya?" "Tidak, aku tidak mau kamu melaporkan Jelita. Kamu tahu bagaimana perasaanku padanya,""Jika aku ingin melaporka Jelita, sudah aku lakukan sejak awal kak. Aku bukanlah wanita pendendam, aku sudah memaafkan kesalahan Jelita.""Terima kasih Zafirah," "Iya kak. Kak Azril boleh aku tanya sesuatu pada kakak?" "Apa yang ingin kamu tanyakan, Zafirah?" "Apa kak Azril benar-benar mencintai Jelita?""Ya, aku sangat mencintai Jelita, Zafirah maafkan aku. Sampai saat ini masih tidak bisa mencintaimu," "Tidak apa-apa kak, cinta memang tidak
Sampai di kediaman, Azril keluar dari mobil dan menarik kasar tangan Zafirah. Hingga tubuh Zafirah yang kecil terjatuh berapa kali ke lantai bahkan Azril tanpa segan menyeret tubuh Zafirah hingga sampai di kamar yang berada di lantai dua. Bahkan Azril mendorongnya ke dalam kamar mandi dan menyiram tubuh Zafirah dengan air dingin. Tubuhnya berdiri di bawah shower mengigil kedinginan, namun Azril tidak berniat untuk mematikannya. "Kak dingin, aku tidak kuat." Tubuh Zafirah yang mulai mengigil bahkan bibirnya yang merah kini berubah menjadi biru. "Apa sekarang kamu sudah mengakui kesalahanmu? Zafirah!" Teriak Azril tepat di depan wajah Zafirah. "A- apa salahku kak,"Setelah mengatakannya terdengar benda jatuh tepat di belakang Azril. BRUK !!! tubuh Zafirah yang semakin lemah, tiba-tiba ambruk ke lantai kamar mandi yang dingin. Membuat Azril yang berada tidak jauh dari Zafirah tidak bisa menangkap tubuh Zafirah yang lebih dulu ambruk. "Zafirah!" Azril mengangkat tubuh Zafirah yang ba
Dua hari sudah kondisi Zafirah yang terbaring lemah di dalam kamar. Selama itu juga Azril tidak sedetikpun meninggalkan Zafirah.Suara ketukan pintu kamar Zafirah membuat perhatian Azril teralihkan. "Tuan, ada Pak Adam di ruang tamu. Sepertinya ada hal penting yang ingin di sampaikan pada tuan," Kata Bi Melati. "Baik. Aku akan keluar, Bibi tolong jaga Zafirah!" Azril meninggalkan kamar Zafirah, menuju ruang tamu dimana Adam telah menunggunya. "Ada apa Dam?" Tanya Azril setelah duduk di sofa ruang tamu. "Tuan, di halaman kantor banyak wartawan. Mereka menginginkan anda untuk klarifikasi tentang video malam itu," Kata Adam pada Azril. "Katakan pada mereka, besok aku akan menemui mereka." Jawab Azril. "Baiklah, tuan. Saya permisi." Adam berdiri dari kursinya setelah menganggukkan kepalanya sebagai tanda hormat. Setelah kepergian Adam, Azril kembali kekamar Zafirah. rasa bersalah karena membuat wanita berstatus istrinya kini lemah berbaring di tempat tidur. Dering ponselnya lagi-la