Share

5. Wanita Ninja

Di sepertiga malam Zafirah terbangun, Zafirah yang terbiasa bangun di tengah malam meskipun baru berapa jam ia memejamkan matanya. Usai menjalankan Salat tahajud, Zafirah melanjutkan membaca Al Qur'an. Hingga terdengar langkah kaki melewati kamarnya.

Zafirah mempertajam pendengarannya. Suara gelak tawa membuat Zafirah merasa penasaran, berlahan Zafirah membuka pintu balkon yang mengarah ke kolam renang yang berada tepat di bawahnya.

"Astaghfirullahaladzim, apa yang mereka lakukan?"

Zafirah memalingkan wajahnya saat melihat pemandangan di depannya. Bagaimana Azril yang tengah memadu kasih dengan seorang wanita di dalam kolam renang. Tanpa memikirkan orang lain yang akan melihat tingkah laku mereka.

Zafirah melanjutkan mengajinya dan berusaha melupakan apa yang di lihatnya, namun bayangan tubuh Azril yang berada di atas wanita itu membuat perasaannya sakit.

Zafira menyadari jika yang di lakukan Azril adalah perbuatan yang dilarang agama. Namun, Zafirah tidak bisa berbuat apapun. Tidak mungkin Zafirah mengingatkan Azril yang akan menjadi bumerang bagi dirinya.

Zafirah hanyalah setatus istri karena janjinya pada mendiang sang adik kesayangannya. Hal itu yang membuat Zafirah enggan untuk mengingatkan suaminya. Masalah yang akan ia hadapi jika sampai mengingatkan Azril.

Zafirah berhenti membaca Al Qur'an saat suara adzan berkumandang, lagi-lagi Zafirah melihat kearah kolam dan dugaan Zafirah benar mereka masih berada di sana dan melakukan aktivitas yang sebelumnya dia lihat.

Berkali-kali Zafirah mengucap istighfar, namun rasa yang menyesakkan tidak kunjung menghilang. Tanpa terasa air matanya meluncur ke bawah tanpa mampu ia cegah.

Zafirah mengambil air wudhu dan kembali dirinya bersujud memohon pada sang pemilik kehidupan agar dirinya di selalu di beri kesabaran dan keikhlasan mengadapi setiap ujian yang datang silih berganti.

Jam menunjukkan pukul tujuh, Zafirah turun ke bawah walau bagaimanapun Zafirah adalah seorang istri yang seharusnya melayani kebutuhan suami.

Zafirah melangkah keluar dari kamar menuju dapur, terlihat wanita paruh baya tengah menyiapkan sarapan pagi.

"Assalamualaikum Bi, bisa Zafirah bantu?" Melati yang tengah menyiapkan sarapan pagi terlonjak kaget saat seorang wanita tengah berdiri di belakangnya. Wanita dengan pakaian longgar dan wajahnya yang tertutup cadar terlihat menyejukkan matanya.

"Nyonya, ini Bibi bikin nasi goreng kesukaan non Jelita, Eh!"

Melati menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena keceplosan. Zafirah tersenyum meskipun dirinya yakin jika Melati tidak akan melihatnya.

"Tidak apa-apa Bi, saya mengerti. Lakukan tugas bi Melati, seperti biasanya," ucap Zafirah dengan suara lembut membuat Melati salah tingkah.

"Nyonya mau sarapan apa?" tanya Melati.

"Saya akan makan yang bibi siapkan untuk saya, jadi bibi tidak perlu bertanya pada saya ya,"

Zafirah membantu mencuci piring dan menyiapkan semua di atas meja, setelah selesai Zafirah kembali ke kamar untuk mengganti bajunya yang basah.

Di kamar utama, Azril yang baru selesai membersihkan tubuhnya di kamar mandi, melihat wanita yang ia cintai terlelap di dalam selimut tebalnya. Setelah puas memandang Jelita, Azril menuju walk in closet.

Di dalam kamar, Jelita yang terbangun meraba di tempat tidur di sampingnya kosong. Seketika Jelita bangkit mencari keberadaan Azril.

"Sayang!" seru Jelita memanggil Azril yang tidak ada di sampingnya. Bahkan di dalam kamar hanya ada dirinya. Teringat, jika kamar yang tidak jauh dari kamar utama adalah kamar Zafirah membuat jelita bergegas menyambar baju tidurnya yang tergeletak di lantai.

"Ada apa kamu mencariku, hum?"

Azril mengecup bibir kekasihnya yang terlihat panik karena tidak menemukan dirinya.

"Aku menginginkanmu sayang," jawaban jelita membuat senyum Azril semakin melebar.

"Ini sudah siang sayang, aku harus ke kantor. Cepatlah mandi kita sarapan pagi bersama,"

Azril mengangkat tubuh kekasihnya membawanya ke kamar mandi. Agar sang kekasih terlihat lebih segar.

Tidak lama, Jelita keluar dari kamar mandi dengan wajah yang jauh lebih segar lagi. Kini mereka menuruni anak tangga, dengan tangan saling bertautan. Sampai di meja makan jelita duduk di pangkuan Azril. Tanpa malu, jelita mencium bibir Azril di depan para pelayan yang berlalu lalang, suara deheman menghentikan ciuman panas mereka.

Azril melihat Zafirah yang kini berada tepat di hadapan. Entah kenapa ada rasa tidak nyaman saat bermesraan dengan Jelita di depan Zafirah.

"Assalamualaikum," ucap Zafirah tenang.

"Wa'alaikumsalam,"

Azril membersihkan bibirnya dengan tisu karena ulah kekasihnya yang menciumnya.

"Sayang siapa dia?"

Jelita memandang sinis Zafirah, walau ia tahu jika wanita di depannya adalah istri dari kekasihnya.

"Dia Zafirah sayang, istriku," pengakuan Azril membuat Jelita tersulut emosi.

"Apa maksudmu, dia istrimu Azril?" Jelita menatap nyalang Zafirah, yang hanya diam tanpa ingin ikut campur urusan mereka.

"Sayang dengarkan aku, dia Zafirah wanita yang akan di nikahi Zaki," jelas Azril pada Jelita.

"Lalu kenapa kamu menikahi wanita itu Azril, ini yang kamu bilang cinta sama aku hah?" Jelita yang tidak terima Azril menikahi wanita lain dengan penuh emosi melepar semua barang yang berada di atas meja. Tidak peduli jika semua isinya berserakan di lantai.

"Sayang, aku menikahinya bukan karena aku mencintainya," jelas Azril pada Jelita.

"Kalau tidak cinta, kenapa kamu menikahi wanita itu Azri?" Teriak jelita pada Azril.

"Itu karena permintaan terakhir Zaki yang tidak bisa aku tolak sayang, asal kamu tahu aku tidak pernah menganggapnya sebagai istriku. Percayalah wanita yang aku cinta hanya kamu, hanya kamu sayang,"

Azril menarik tubuh jelita ke dalam pelukannya. Dirinya tidak bisa melihat wanita yang dicintainya menitikkan air mata karena ulahnya.

Tidak jauh dari mereka, Zafirah yang melihat bagaimana seorang Azril memperlakukan kekasihnya penuh cinta dan bagaimana pengakuannya yang tidak menganggap dirinya sebagai istri.

"Kalau begitu ceraikan wanita itu sekarang juga. Azril! Aku tidak ingin melihat wanita itu ada di sini!"

Jelita mendorong tubuh Azril dan mendekati Zafirah yang diam seribu bahasa.Tanpa di duga Jelita menarik cadar yang menutupi wajahnya.

"Wanita ninja, ini bukan tempatmu! Sekarang bereskan semua barang-barangmu, dan tinggalkan kekasihku!" Jelita mendorong tubuh Zafirah dengan kuat.

Zafirah yang tidak menduga Jelita menyerangnya terhuyung ke belakang karena dorongannya yang kuat. Tanpa ampun Jelita memukul wajahnya dan kini Jelita berhasil mengambil kerudung yang selalu menutup kepalanya.

Melihat kebrutalan kekasihnya Azril menarik tubuh Jelita dan memeluknya dengan erat.

"Puas kamu, membuat kekasihku menangis seperti ini, hah!"

Azril meluapkan kemarahannya pada Zafirah yang mengambil kerudung dan memakainya.

"Kalian semua kemari!" Panggilnya pada para pelayan.

"Siapapun kalian, jangan ada yang coba-coba memberinya makan! Jika dari kalian yang melanggar, akan aku pastikan kalian tidak akan melihat hari esok. Sekarang bawa wanita ini ke.kamar dan kunci pintunya!"

Zafirah mengucap istighfar beribu-ribu kali. Agar hatinya lebih tenang lagi untuk menghadapi suami dan kekasihnya.

Melati yang mengantar Zafirah ke kamarnya hanya bisa melihatnya penuh iba. Meskipun Melati adalah orang yang paling lama tinggal di keluarga Azril, melihat bagaimana kasih sayang kedua orang tua pada mereka. Namun kali ini kemarahannya hampir saja ia luapkan. Mengingat nasihat dari mendiang majikannya untuk dua putranya.

"Nyonya maafkan saya, tidak bisa menolong Nyonya," Zafirah melepas cadar dan kerudungnya. Kini pandangan mengarah tepat pada Melati yang terlihat begitu jelas mengkhawatirkan dirinya.

"Tidak perlu minta maaf, Bibi tidak salah apapun, sekarang pergilah saya akan baik-baik saja,"

Zafirah memberikan senyum indahnya pada pelayan senior, wanita yang bersikap baik padanya.

"Nyonya, kenapa tuan tidak melihat kecantikan yang dimiliki nyonya? Seandainya Tuan melihatnya, Bibi yakin Tuan akan jatuh cinta pada Nyonya,"

Melati membantu mengobati luka di bibir Zafirah yang robek akibat ulah Jelita.

"Cinta tidak memandang fisik seseorang bi, cinta akan tumbuh di dalam sini," Zafirah menunjuk hatinya.

"Tapi apa yang dilakukan Tuan salah, Nyonya," Melati menatap penuh iba bibir Zafirah yang robek cukup panjang membuat hatinya semakin teriris. Tuannya tidak menolong istrinya melainkan memilih menolong kekasihnya.

"Tidak ada yang salah di sini bi, jika ada yang disalahkan tentunya aku. Aku yang menyebabkan ini terjadi," sahut Zafirah pada Melati.

"Tuan benar-benar keterlaluan, apa hebatnya wanita itu," Melati yang kesal tanpa sadar mengumpat. Di depan Zafirah.

"Bi sudahlah, sekarang pergilah, aku tidak ingin tuan marah jika melihat Bibi berada di sini,"

Zafirah mendorong tubuh Melati agar meninggalkan dirinya.

"Apa Nyonya akan baik-baik saja?" tanya Melati pada Zafirah.

"Insha Allah, aku akan baik-baik saja bi," Melati meninggalkan Zafirah yang tersenyum padanya.

Setelah kepergian Darmi, tubuh Zafirah luruh ke lantai yang dingin, Isak tangisnya pecah mengingat perlakuan Azril dan jelita padanya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status