Share

8. Kemarahan Romi.

Romi membawa tubuh Zafirah yang terkapar tidak berdaya ke rumah sakit terdekat. Dirinya tidak ingin sesuatu terjadi pada Zafirah, wanita yang tidak lain adalah istri dari sahabatnya. 

Romi bersumpah akan membuat perhitungan pada Azril, ia merutuki kesalahannya yang terlambat datang. 

Flashback.

Romi yang ingin ke toilet tidak sengaja mendengar apa yang di katakan Jelita pada Zafirah. Namun rasa sakit di perutnya membuatnya berlari kearah kamar mandi. Saat ia kembali, baik Jelita maupun Zafirah tidak ada disana, mengingat kata-kata gudang. Romi berinsiatif kesana, namun langkahnya terhenti setelah seseorang yang tiba-tiba berada di hadapannya. 

"Romi tunggu! Ada yang ingin aku tanyakan padamu?" tanya Jelita. 

"Apa yang ingin kamu tanyakan, padaku?"  

"Wanita ninja itu? Apa yang kamu ketahui tentangnya?" Romi menatap Jelita yang menatapnya penuh harap. 

"Wanita ninja yang mana kamu maksud, siapa Jelita?" tanya balik Romi pada Jelita. 

"Zafirah, apa yang kamu ketahui tentang Zafirah. Dan apa hubunganmu dengan semua ini?"

Jelita mencecar pertanyaan pada Romi, dirinya sangat yakin jika Romi mengetahui pernikahan Azril dengan Zafirah. 

"Apa yang ingin kamu ketahui, Jelita?" tanya Romi pada Jelita. 

"Baiklah, aku tidak perlu berbasa-basi lagi. Katakan apa kamu juga mengetahui pernikahan Azril dengan Zafirah?" pertanyaan Jelita membuat Romi menatap dengan senyum penuh arti. 

"Jika iya kenapa?" Romi balik bertanya. 

"Jadi kalian bekerja sama untuk membohongiku!"

Jelita berteriak dihadapan Romi, tidak terima jika dirinya telah di permainkan. 

"Terserah apa yang kamu katakan, aku tidak ingin ikut campur dengan urusan kalian."

Romi meninggalkan Jelita yang menatapnya kesal. 

Romi Kembali melangkah kearah gudang namun lagi-lagi langkahnya terhenti. 

"Ada apa lagi Jelita?" Romi membalikkan tubuhnya menghadap Jelita yang berharap jika Romi tidak pergi ke gudang. 

"Ehhm.. itu, kamu mau kemana? Kenapa kamu ke gudang?" Tanya Jelita terbata. 

Romi yang dari awal mencurigai Jelita kini semakin yakin, menyadari ada yang tidak beres dengan Jelita dan Zafirah. Terlebih ia mendengar kata gudang dan kini Jelita berusaha untuk menghalanginya pergi ke gudang.

 

"Aku ingin ke gudang, kenapa?" Jawab Romi. 

"Untuk apa kamu kesana Romi?"

Romi tersenyum mendengar pertanyaan Jelita. Mengabaikan perkataan Jelita Romi berlalu dari hadapan Jelita.  

Langkah Romi semakin lebar saat mendengar suara minta tolong, suasana di belakang rumah Azril sangat sepi karena tidak ada orang yang melewatinya. Gudang yang letaknya terpisah dari rumah utama dan posisi gudang yang berada jauh di belakang kediaman Azril, suara Zafirah yang menghilang membuat Romi semakin cemas. 

"Sial! Pintunya terkunci," geram Romi berusaha untuk mencari jalan agar ia bisa masuk kedalam gudang, bersyukur di samping gudang terdapat pintu walau ukurannya lebih kecil. Saat Romi berhasil masuk ke gudang tubuh Zafirah terkapar tidak berdaya, disamping pria yang akan memperkosanya.  

Usai berhasil membuatnya babak belur, Romi mengangakat tubuh Zafirah ala bridal style.  

"Maafkan aku Zafirah, aku terpaksa menyentuhmu." Romi membawa Zafirah keluar dari kediaman Azril melalui pintu samping yang terlihat sepi. Anak buahnya membawa pria ke kantor polisi. 

Flashback off.

Disini sekarang. Romi menemani Zafirah yang terbaring lemah, berapa kali Zafirah mengigau membuat Romi semakin cemas. Dering ponselnya mengalihkan perhatiannya. 

"Hallo Azril, ada apa?"  

"Kenapa kamu pulang tanpa menghubungiku?" 

"Aku tidak pulang, sebaiknya kamu kerumah sakit sekarang!"

"Rumah sakit? Apa kamu sakit, baiklah aku akan datang setelah acara. Aku tidak ingin membuat Jelita bersedih jad..," Ucapan Azril terputus saat terdengar suara dingin dari Romi. 

"Tinggalkan pestamu, cepatlah kesini. Jika tidak, aku pastikan kamu kehilangan dirinya!" Suara Romi yang dingin membuat Azril mengerutkan keningnya. 

"Katakan apa yang terjadi Romi?" Tanya Azril ia tidak ingin sesuatu terjadi padanya. 

"Cepatlah kesini!" Romi mematikan sambungan telponnya tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya yang ada di seberang telponnya. 

Romi mendekati Zafirah yang terkulai lemah wajahnya penuh dengan luka lebam dan bibirnya mengalami luka sobek yang cukup dalam, dahinya mengalami robek yang cukup panjang. Romi mengepalkan tangan kuat hingga terlihat uratnya yang menonjol, ia menahan emosi yang telah menguasai dirinya. 

"Zafirah, aku bersumpah tidak akan melepaskan orang yang membuatmu seperti ini. Jika Jelita terlibat, aku pastikan dia akan mendekam di penjara."

Berlahan tangan Romi mendekati wajah Zafirah namun terhenti, Zafirah wanita yang taat agama bahkan Zafirah tidak pernah berjabat tangan kecuali dengan wanita. 

Romi meraih ponselnya yang berada di atas nakas dan menghubungi anak buahnya. 

"Joni periksa cctv di kediaman Azril. Terutama bagian dapur, berikan padaku!" 

"Tuan maaf cctv bagian dapur telah rusak. Kami sudah memeriksa bagian yang lain juga sama mengalami kerusakan, hanya bagian depan dan yang mengarah ke pesta, hanya saja sekitar satu jam seseorang telah mematikan cctv depan tuan."

Keterangan orang kepercayaan Romi semakin memperkuat keterlibatan Jelita.  

Seorang perawat mendekati Romi, agar menunggu di luar. Karena akan memeriksa tubuh Zafirah. Saat Romi tengah menghubungi kepolisian, Azril berlari mendekatinya. 

"Romi apa yang terjadi dengan," tanya Azril dengan napas yang memburu. 

BUG BUG BUG !!! 

Azril yang mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Romi  terhuyung kebelakang, pengawal Azril ingin menghalangi namun pengawal Romi lebih dulu menghadang mereka. 

"Jangan coba-coba ikut campur, jika tidak. Kalian akan mengalami seperti bos kalian ini!" ucap Romi pada pengawal Azril. 

Jelita yang berada di samping Azril berteriak melihat Romi memukul Azril tanpa ampun membuat wajahnya mengalami lebam dan sudut bibirnya mengalami sobek.

 

"Kenapa kamu memukulku, Romi?!" tanya Azril. 

"Karena kamu pantas mendapatkannya. Bahkan jika perlu aku membunuhmu, Azril!"

Suara dingin Romi membuat Azril mengerutkan keningnya. 

"Apa maksudmu ingin membunuhku? Jika perlu bisa kamu jelaskan?" Azril meninggikan suaranya di depan Romi. Dengan kasar Romi menarik lengan Azril dan membawanya kedalam ruang perawatan Zafirah, pada saat dirinya akan masuk ruang perawat seorang dokter yang memeriksa kondisi Zafirah telah pergi. 

Tubuh Azril terhuyung saat Romi mendorongnya mendekati ranjang pasien. Azril terkejut melihat wanita yang terbaring di tempat tidur pasien adalah Zafirah.

 

"Zafirah, kenapa dia?" Azril menatap Romi yang terlihat menahan emosi. 

"Itu yang seharusnya aku tanyakan padamu Azril!" Suara rendah Romi namun penuh penekan. 

"Aku benar-benar tidak tau Romi, katakan apa yang terjadi?" Azril menatap Romi berharap sang sahabat bersedia menjelaskan padanya. 

"Apa kamu perlu mengetahuinya Azril?" tanpa menjawab pertanyaan Azril, sebaliknya Romi bertanya pada Azril. 

"Aku harus mengetahui apa yang terjadi dengan Zafirah. Karena aku suaminya!" Suara Azril penuh dengan kemarahan dan penekanan di setiap katanya. 

Mendengar kata-kata Azril membuat Romi tertawa, jika mereka tidak di dalam ruangan sudah di pastikan tawanya akan lepas. 

"Apa aku tidak salah dengar Azril, istrimu? Sejak kapan kamu mengakui pernikahan kalian?" Romi menatap dingin wajah Azril yang mulai menguasai emosinya. 

"Aku tidak pernah lupa jika sampai detik ini masih menolak kehadiran Zafirah sebagai istriku. Tapi bukan berarti aku luka jika dia berstastu istriku."

Romi tersenyum mendengar jawaban Azril. 

"Istri dalam status maksudmu Azril? Apa kamu lupa, apa yang kamu katakan saat di pesta, jika Zafirah adalah pelayan di rumahmu!"

Romi menarik Tuxedo Azril hingga kusut, amarahnya benar-benar menguasai dirinya. 

Azril menundukkan wajahnya mengingat perkataan yang menyebutkan Zafirah sebagai pelayan di rumah pada rekan bisninsnya. 

"Ceraikan Zafirah sekarang juga Azril!"

Mendengar perkataan Romi membuat tubuh Azril menegang. 

Di tempat yang tidak jauh dari mereka Jelita tersenyum puas melihat kondisi Zafirah, namun dirinya juga takut jika Romi menjebloskannya ke penjara. 

Romi meninggalkan ruangan Zafirah saat baru melangkahkan kakinya, ia berpapasan dengan Jelita, tatapannya yang dingin membuat tubuh Jelita bergetar. 

"Jika kamu terbukti dalang di balik kejadian yang menimpa Zafirah. Aku pastikan dirimu mendekam di penjara dalam waktu yang lama, dan Azril meninggalkan dirimu."

Suara dingin Romi membuat Jelita ketakutan keringat dingin membasahi tubuhnya. 

Azril yang mendengar kata-kata yang di tujukan pada Jelita semakin mengerutkan keningnya. 

"Bisa kamu jelaska padaku, Jelita?" tanya Azril pada Jelita yang terlihat gugup. 

"A– apa maksudmu menjelaskan Azril?" tubuh Jelita bergetar di tatap sedemikian oleh Azril. 

"Jelaskan kenapa Romi sampai mengatakan hal seperti itu, padamu?" 

"Aku, tidak tahu Azril. Sebaiknya aku pulang, besok aku akan menemuimu sayang," tanpa menunggu jawaban dari Azril, Jelita keluar dari ruang rawat Zafirah. 

Azril mendekati tempat tidur Zafirah, tangannya terulur menyentuh wajah Zafirah yang penuh luka lebam.  

"Zafirah maafkan aku, maafkan semua kesalahan yang telah aku perbuat padamu. Cepatlah sadar Zafirah. aku bersumpah akan menjebloskan orang yang membuatmu seperti ini." Tangannya menggenggam erat tangan Zafirah yang terasa dingin. 

 

Komen (3)
goodnovel comment avatar
MiaKadir
bikin geram bacanya, bagus mati la azril Dan jelita, biar zafirah dengan Rian sja
goodnovel comment avatar
Rafli123
makasih sudah mampir ...
goodnovel comment avatar
Fatmah SY
Azril sialannnn.... Jahattt ban9ettt...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status