Zafirah mengemasi semua barang-barangnya, sesuai janjinya siang ini Azril datang untuk menjemputnya. Azril membantu Zafirah yang kesulitan saat membawa tas yang berisi pakaiannya. "Zafirah berikan tasnya padaku,"Azril meraih tas yang berada dalam genggaman Zafirah. "Terima kasih kak Azril," ucapnya saat Azril telah mengambil tas yang dia bawa, Zafirah mengikuti langkah Azril menuju parkiran. "Sama-sama Zafirah, kenapa kamu berjalan di belakangku? Kemarilah, berjalanlah di sampingku,"Azril meraih tangan Zafirah yang berada di belakangnya. Mereka melewati lorong rumah sakit, tangan mereka saling bergandengan. Sesampainya di parkiran Azril membukakan pintu untuk Zafirah. Kini mereka berada di dalam mobil tanpa ada canda ataupun tanpa ada obrolan, mereka sibuk dengan pikiran masing- masing tanpa mereka sadari kini mobil yang mereka naiki telah memasuki halaman rumah Azril. Azril membukakan pintu untuk Zafirah, mereka beriringan memasuki rumah mewah Azril, dan Azril mengantar Zafirah
Sepertiga malam seperti biasa Zafirah terbangun untuk melaksanakan dua rakaat dengan khusyuk. Setelah selesai di lanjutkan dengan zikir dan mengaji hingga terdengar suara adzan subuh berkumandang, Zafirah menutup Al Qur'an setelah menciumnya di letakan kembali di atas nakas. Zafirah kembali melaksanakan salat subuh entah kenapa air matanya luruh, sesuatu yang sakit di dalam hatinya, membuat seorang Zafirah menangis dalam sujudnya. Usai melaksakan shalat subuh zafira mengadahkan ke dua tangannya, berharap sang Haliq memberikan kesabaran lebih pada hati dan jiwanya. "Ya Allah hamba pasrahkan semua padamu, engkaulah pemilik kehidupan ini. Jika ini takdir yang harus hamba jalani, hamba dengan ikhlas menerimanya."Usai melaksanakan shalat dan berdoa pada pemilik kehidupan, Zafirah berjalan ke arah balkon dan bershalawat nabi tanpa melepas mukenanya. Hingga terdengar suara kicauan burung seolah mengikuti Zafirah yang tengah bershalawat pada kekasih Allah semakin banyak burung yang berkicau
Hari-hari berlalu kehidupan Zafirah semakin bahagia, sikap Azril tidak lagi kasar padanya meskipun sikap dinginnya tidak pernah berubah. Seperti hari ini, tidak biasanya Azril mengajaknya berbicara berdua di ruang kerja Azril. "Zafirah, ada yang ingin aku tanyakan padamu?" "Apa yang ingin kak Azril tanyakan padaku?" "Apakah, kamu berniat melaporkan Jelita ke kantor polisi?" "Kenapa kak Azril menanyakan hal itu? Apa kak Azril ingin aku melaporkannya?" "Tidak, aku tidak mau kamu melaporkan Jelita. Kamu tahu bagaimana perasaanku padanya,""Jika aku ingin melaporka Jelita, sudah aku lakukan sejak awal kak. Aku bukanlah wanita pendendam, aku sudah memaafkan kesalahan Jelita.""Terima kasih Zafirah," "Iya kak. Kak Azril boleh aku tanya sesuatu pada kakak?" "Apa yang ingin kamu tanyakan, Zafirah?" "Apa kak Azril benar-benar mencintai Jelita?""Ya, aku sangat mencintai Jelita, Zafirah maafkan aku. Sampai saat ini masih tidak bisa mencintaimu," "Tidak apa-apa kak, cinta memang tidak
Sampai di kediaman, Azril keluar dari mobil dan menarik kasar tangan Zafirah. Hingga tubuh Zafirah yang kecil terjatuh berapa kali ke lantai bahkan Azril tanpa segan menyeret tubuh Zafirah hingga sampai di kamar yang berada di lantai dua. Bahkan Azril mendorongnya ke dalam kamar mandi dan menyiram tubuh Zafirah dengan air dingin. Tubuhnya berdiri di bawah shower mengigil kedinginan, namun Azril tidak berniat untuk mematikannya. "Kak dingin, aku tidak kuat." Tubuh Zafirah yang mulai mengigil bahkan bibirnya yang merah kini berubah menjadi biru. "Apa sekarang kamu sudah mengakui kesalahanmu? Zafirah!" Teriak Azril tepat di depan wajah Zafirah. "A- apa salahku kak,"Setelah mengatakannya terdengar benda jatuh tepat di belakang Azril. BRUK !!! tubuh Zafirah yang semakin lemah, tiba-tiba ambruk ke lantai kamar mandi yang dingin. Membuat Azril yang berada tidak jauh dari Zafirah tidak bisa menangkap tubuh Zafirah yang lebih dulu ambruk. "Zafirah!" Azril mengangkat tubuh Zafirah yang ba
Dua hari sudah kondisi Zafirah yang terbaring lemah di dalam kamar. Selama itu juga Azril tidak sedetikpun meninggalkan Zafirah.Suara ketukan pintu kamar Zafirah membuat perhatian Azril teralihkan. "Tuan, ada Pak Adam di ruang tamu. Sepertinya ada hal penting yang ingin di sampaikan pada tuan," Kata Bi Melati. "Baik. Aku akan keluar, Bibi tolong jaga Zafirah!" Azril meninggalkan kamar Zafirah, menuju ruang tamu dimana Adam telah menunggunya. "Ada apa Dam?" Tanya Azril setelah duduk di sofa ruang tamu. "Tuan, di halaman kantor banyak wartawan. Mereka menginginkan anda untuk klarifikasi tentang video malam itu," Kata Adam pada Azril. "Katakan pada mereka, besok aku akan menemui mereka." Jawab Azril. "Baiklah, tuan. Saya permisi." Adam berdiri dari kursinya setelah menganggukkan kepalanya sebagai tanda hormat. Setelah kepergian Adam, Azril kembali kekamar Zafirah. rasa bersalah karena membuat wanita berstatus istrinya kini lemah berbaring di tempat tidur. Dering ponselnya lagi-la
Azril meninggalkan kediamannya, sudah satu minggu dirinya tidak Kemabli kerumah. Sudah cukup rasa simpati yang dia berikan pada Zafirah, namun pada kenyataannya kekasihnya yang semakin terluka karena ulahnya. Azril menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Tubuhnya terasa lelah membuatnya memejamkan mata hanya untuk mengistirahatkan sesaat. Sentuhan lembut menyentuh pipinya dan sebuah ciuman memabukkan mendarat di bibirnya. Sesaat matanya menatap sosok yang sangat di kenalinya, membuat senyum di bibirnya mereka. "Apakah kamu sedang menggodaku, sayang?" Azril menyusupkan tangannya ke dalam dress yang melekat di tubuh kekasihnya. "Kau selalu mengerti aku, sayang,"Jelita kembali melancarkan aksinya di atas tubuh Azril membuat pria berkulit putih mendesah. "Aku menginginkan dirimu sayang,"Azril membalikan tubuh Jelita hingga bagian dadanya menempel di atas meja. Tanpa menunggu lama, Azril menancapkan miliknya ke dalam intim milik Jelita. Satu jam mereka melakukan pergulatan pan
Bibi Melati membantu Zafirah yang tergeletak tidak berdaya diatas tempat tidur. Terlihat bercak darah di atas seprai berwarna putih. Kembali hati Bibi Melati terasa sesak. Perlakuan yang didapatnya tidaklah manusiawi. Berlahan Bibi Melati mengganti pakaian Zafirah. Tidak berapa lama terlihat Zafirah membuka matanya. Melihat Bibi Melati yang tengah duduk di samping tempat tidurnya. "Bi, tolong bantu aku ke kamar mandi," ucap Zafirah tangannya meraih tangan Bibi Melati yang berada di sampingnya. Namun baru satu langkah tubuhnya jatuh ke lantai, dengan sigap Bibi melati membantu Zafirah yang terlihat menahan sakit. "Nyonya, sebaiknya duduk dulu," Bibi Melati membantu Zafirah duduk di tempat tidur. "Bi, boleh aku bertanya? Apakah sesakit ini saat pertama melakukannya? Atau hanya aku yang yang merasakan sesakit ini?" tanya Zafirah pada Bibi melati. "Katakan padaku, Bibi. Apa sesakit ini?" lanjutnya,Bibi Melati menatap wajah Zafirah yang terlihat cantik namun hari ini wajah cantik itu
Setelah lebih dari satu minggu Azril tidak menemui Zafirah, wanita yang kini menjadi istrinya walau tidak dianggap olehnya. Tengah malam Azril kembali kerumah, usai ia meninggalkan rumah yang memperdulikan Zafirah bahkan lebih dari satu minggu tidak ia injak.Berlahan kakinya menuju lantai dua saat melewati kamar Zafirah ia mendengar suara merdu wanita itu. Zafirah tengah mengaji, hal biasa yang di lakukannya ketika tengah malam akan terbangun setelah melakukan shalat malam yang akan di lanjutkan membaca Al'quran. Azril menatap pintu kamar Zafirah berlahan mendekati dan berbisik. "Zafirah maafkan aku, maafkan pria brengsek tidak tau diri ini Zafirah. Sampai kapan mata ini tertutup akan keindahan yang kau miliki. Betapa beruntungnya aku memiliki wanita Sholeha sepertimu." Ucapnya dengan suara lirih. Tidak lama Azril meninggalkan kamar Zafirah setelah menyentuh pintu kamar Zafirah. Di dalam kamar Zafirah, yang merasakan kehadiran seseorang berlahan menghentikan mengajinya dan melangk