Pria tampan itu tiba-tiba teringat dengan gadis yang dia beli perawannya.
"Elvan? Elvan?" Panggil sang Bunda ketika dia hanya diam membisu. Tersadar langsung mengangkat pandangan melihat Bundanya. "Iya, Bunda?" Tanya Elvan dengan raut wajah yang sudah dibalikkan seperti semula. "Apa kamu dengar pertanyaan Bunda tadi nak? Bunda tanya, kapan kamu akan menikah?" Tanya ulang Bunda Mahesa. Elvan hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan sang Bunda. Mahesa tahu kalau putranya tak berniat ingin menjawab pertanyaan yang dia berikan pada pemuda itu. "Kalau memang kamu belum memiliki calon wanita untuk menjadi menantu Bunda, Bunda berniat ingin mencarikan kamu seorang wanita untuk dijadikan pendamping hidup mu, nak," akhirnya Mahesa mengutarakan apa yang dia inginkan dari Elvan putra tertuanya. Mendengar keinginan sang Bunda, Elvan sedikit tersentak kaget. Dia tidak menyangka kalau Bundanya ingin dia segera menikah. Luka lama masih membekas dalam hatinya, membuat dia begitu sulit untuk mengambil keputusan ingin memulai hubungan lagi bersama insan yang bergelar wanita. Bunda Mahesa tahu apa yang ada dalam pikiran putranya. Tapi dia juga tidak ingin kalau putranya terus hidup menyendiri di usianya yang sudah beranjak 31 tahun. "Bunda tahu pasti sangat berat apa yang pernah kamu alami. Tapi kamu harus ingat nak, setiap kehidupan itu semua sudah digaris kan pada makhluk ciptaanNya. Anggap saja, Elvan tidak berjodoh dengan wanita itu, karena dia memang bukan yang terbaik untuk kamu, nak. Allah pasti sudah menyiapkan sesuatu yang lebih baik dari pada wanita itu buat kamu." Wanita paruh baya itu berusaha untuk mendorong semangat atau keinginan putranya agar pria itu mau menikah setelah kejadian pahit yang pernah menyakiti putranya di masa lalu. "Elvan akan pikir-pikirkan lebih dulu, Ma." Tak ingin Bundanya kecewa, akhirnya dia menjawab kalau dia akan memikirkannya nanti saja. "Baiklah, semoga saja Bunda mendapat kabar baiknya." Tersenyum cerah ketika mendengar putranya pertama kali tak menolak saat dia membahas tentang seorang wanita. "Iya, Bunda." Kedua ibu dan anak itu pun melanjutkan makan malam mereka bersama. Ayah Elvan sudah lama meninggal. Elvan tinggal memiliki seorang Bunda dan adik serta beberapa orang anggota keluarga lainnya. """ Kembali ke rumah suami Belia. "Sebenarnya kedatangan Ayah kemari itu punya tujuan," kata Rama setelah ia duduk beberapa menit yang lalu sambil berbincang-bincang ringan bersama menantunya yang dia anggap baik. "Oya? Apa tujuan Ayah?" Tanya Lion tersenyum seolah dia benar-benar tulus. "Besok sudah sampai waktunya untuk Ayah berkunjung ke panti asuhan Azhar, tapi mungkin Ayah tidak berkesempatan untuk datang. Karena besok Ayah ada kesibukan lain yang tidak bisa ditunda." "Ayah berniat ingin meminta bantuan pada istrimu untuk menggantikan Ayah datang ke panti Azhar, itu juga kalau kamu tidak keberatan," lanjut Rama panjang lebar menjelaskan niat kedatangan pria paruh baya itu. Sial! Kenapa pria tua ini meminta izin padaku hari ini untuk besok! Padahal kan besok aku sudah punya janji dengan seorang yang ingin memakai jasa Belia dengan harga besar! Batin Lion sebenarnya ingin menolak, akan tetapi itu tidak akan mungkin bisa dia lakukan. Karena menolak permintaan dari Ayah mertuanya, sama saja membuat dia terlihat buruk di depan sang Ayah mertua. Pikir Lion. Tentu saja bukan tanpa alasan Lion ingin terlihat baik di hadapan mertuanya, itu karena Lion tahu, kalau mertuanya memiliki sejumlah kekayaan yang lumayan bisa dia dapatkan dengan cara menikah dengan Belia. "Tentu saya bisa Ayah, saya sama sekali tidak keberatan," jawab Lion yang ditolak langsung oleh hatinya. "Baguslah kalau begitu, Ayah tidak perlu memikirkan lagi siapa yang akan pergi besok. Sekalian, Ayah juga izin pamit dulu." Rama berdiri dengan niat mau pulang. "Iya Ayah, hati-hati di jalan." Setelah kepergian Ayah mertuanya, raut wajah Lion kembali berubah drastis. Ia melihat ke arah istrinya. "Hari ini kau selamat! Tapi di lain hari, aku pasti akan menghukum mu, kalau kau berani membantahku lagi! Ingat itu!" Usai mengancam istrinya dia langsung masuk ke dalam kamar. "Ya Allah... Selamatkan hamba Ya Allah... Hamba takut pada laki-laki iblis itu." Belia berdoa dalam hati dengan wajah sedih berharap semoga saja dia bisa cepat terlepas dari suami jahanam yang menikahinya. """ Dentuman musik terdengar sangat memekakkan telinga. Di arena tempat itu hanya terlihat wanita-wanita seksi yang sedang menari-nari mengikuti irama musik dengan meliuk-liukkan tubuh mereka. "Bos?" Sapa Rizal pemuda yang sering Elvan perintahkan untuk kebutuhannya. "Dari mana kau mendapatkan wanita malam itu?" Tanya Elvan pada Rizal yang memberikannya seorang wanita gadis pada malam itu, yakni Belia. "Kenapa? Bos ketagihan dengan tubuh wanita itu?" Canda Rizal menahan tawa melihat ekspresi dingin dari Bosnya. "Aku ingin menikahinya." Jawab Elvan langsung ke intinya. "Uhuk uhuk uhuk." Rizal yang sedang meneguk bir tersedak mendengar ucapan Elvan."Menikahlah denganku." "Tidak! Aku tidak mau menikah denganmu! Kau itu laki-laki yang paling aku benci! Lalu untuk apa aku mau menikah denganmu!" Jawab Belia menatap Elvan yang mengajaknya menikah."Karena apa? Karena alasan seperti apa? Dan apa yang membuatmu begitu membenciku? Aku merasa sebelumnya kita tidak pernah ada masalah di antara satu sama lain, hingga bisa membuat kau membenci ku.." ucap Elvan.Belia langsung menarik cadar yang menutupi wajahnya selama ini memperlihatkan siapa dia yang sesungguhnya."Apa kau masih mengingat wajahku?" DEG"K-kau..." "Argh!" Belia langsung terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah."Belia? Ada apa?" Rosa menyentuh bahu wanita itu yang terbangun tiba-tiba dari tidurnya.Belia langsung melihat wajah Rosa, "T-tidak, a-aku tidak apa-apa." Belia mengedar pandangan, ternyata mereka berdua masih ada di halte bus. Semasa diusir tadi, mereka berdua tak tahu mau ke mana. Dan akhirnya mereka berakhir istirahat di halte bus. Tadinya Rosa
"Karena hatiku yang menginginkan untuk mengeluarkan mu dari semua bentuk penderitaan. Hatiku tidak suka melihat penderitaanmu... Dan apa yang aku lakukan itu, karena hatiku yang menginginkannya." Elvan berkata terang-terangan pada Belia, kalau dia memang memiliki rasa pada wanita itu.Sejenak kemudian Belia kaget, ia tidak mengerti kenapa Elvan berkata demikian.Apakah pria itu menyukainya? Atau hanya bentuk simpati? Belia tertawa miris saat mengingat perbuatan Elvan yang sudah merenggut kesuciannya."Apa Anda sedang bercanda? Apa yang ingin Anda katakan? Anda ingin bilang kalau saya itu sangat memprihatinkan begitu? Cih! Tidak usah sok kasihan sama saya!" Air mata bercucuran jatuh dari kedua matanya."Tidak, bukan karena prihatin." Jawab Elvan menatap Belia tanpa berkedip."Tapi karena aku menyukaimu." Tambah Elvan membuat Belia membeku.Mereka berdua sama-sama diam dengan kontak mata tanpa diputuskan. Masing-masing sibuk dengan perasaan.Cukup lama keduanya saling diam dan tatap m
DEGBelia membeku melihat Alvan yang memakai pakaian dinas. Sedangkan Elvan memakai baju putih di dalam yang di lapisi jas berwarna silver di luar.Rosa tak beda jauh seperti Belia, dia juga kaget melihat kedua laki-laki yang begitu mirip itu.Jadi mereka kembar? Lalu? yang mana satu kemarin membeli Belia dari suaminya? Pikir Rosa pusing sendiri.Sedangkan Belia menatap kedua pria itu silih berganti dengan perasaan bingung dan benar-benar tidak tahu mana satu laki-laki malam itu?"Belia?" Sapa Elvan pada wanita itu.Belia tak menjawab, tapi terlihat jelas dari tatapan matanya. Kalau dia sedang keliru membedakan antara kedua laki-laki kembar di hadapannya.Dokter Alvan mengerutkan kedua alis."Belia? Belia putri paman Rama?" Tanya Alvan pada kakaknya.Elvan mengangguk tanpa mengalih pandangannya dari mata Belia. Belia sampai menunduk tak sanggup menatap mata Elvan yang seperti mengandung makna mendalam. Lalu yang mana satu laki-laki malam itu? Ayah biologis dari janin yang ada dala
"Bagaimana bisa dia mempunyai jumlah uang yang aku minta. Di mana dia mendapatkan uang sebanyak itu?" Ujar Lion pada dirinya sendiri ketika ia benar-benar menemukan sebesar 5 miliar dalam saldonya."Aku kaya! Aku kaya!" Lion berteriak-teriak seperti orang gila senang melihat uang banyak."Tapi tunggu! Kalau begitu, aku tidak punya lagi pendapatan dari wanita itu! Cih! Bagaimana kalau uang ku sudah habis aku judi kan!" Pikirnya terdiam sejenak."Sepertinya, gadis banyak bacot kemarin itu masih seorang gadis.." ucapnya tersenyum penuh arti.Aku tahu apa yang akan aku lakukan!Drrt drrtTiba-tiba ponsel Lion berbunyi, mendapat panggilan dari nomor tak di kenali."Siapa?" Tit"Hel----" ucapan Lion terputus mendengar suara bariton dari seberang sana."Ceraikan istri mu. Kalau tidak, aku tidak akan segan-segan menunaikan ucapanku kemarin." Ucap Elvan dari seberang panggilan langsung menutup panggilan itu.Tangan Lion bergetar melihat latar ponselnya yang sudah mati."Dimana dia mendapa
"Sakit!" Kaget Rosa ketika ia memeriksa suhu tubuh Belia yang terasa begitu panas."Aku harus segera membawanya ke rumah sakit." Gumam Rosa berusaha memesan gojek melalui online.Usai gadis itu memesan gojek, ia pun memakaikan Belia jilbab dan juga cadar dengan hati-hati.Belia benar-benar seperti tak bisa menggerakkan tubuhnya. Suhu panas dalam diri wanita itu membuat Belia seperti tak sadarkan diri."Kenapa kau panas sekali seperti ini, Belia. Kau membuat aku benar-benar mengkhawatirkan kamu." Ucap Rosa berusaha memapah tubuh sahabatnya dengan air mata menitik.Rosa sangat menyayangi Belia, karena baginya Belia adalah satu-satu sahabat yang dia anggap sebagai keluarga. Rosa anak yang tumbuh di keluarga broken home. Kedua orang tuanya masing-masing sudah menikah. Dan dia memilih bekerja sendiri di minimarket serta hidup di kontrakan.Sebelumnya Rosa hidup bersama ibunya. Akan tetapi dia tidak suka dengan kakak laki-laki tirinya yang seperti menyukainya. Dan sering masuk ke dalam ka
Senyuman merekah terukir dari bibir Lion, ketika Elvan bertanya berapa harga yang Lion inginkan untuk membeli Belia.Tes tes tesTetes bening berjatuhan dari kedua kelopak mata Belia. Sungguh dia merasa, kalau ia tidak punya harga diri sama sekali. Di mana-mana semua laki-laki suka menghargakan dirinya dengan sejumlah uang.Apa begitu murahnya ia di mata semua orang? Apa menurut semua orang yang ada di sekelilingnya dia begitu tidak berharga? Apa orang-orang menilainya semurahan itu? Sungguh sangat tragis nasib hidupnya."Sungguh Anda yakin mampu membelinya? Karena saya menjual istri saya, tidak dengan uang sedikit.." ucap Lion lagi tak sabar ingin menyebutkan nominal uang yang sudah terbayang-bayang di otaknya."Berapapun itu, sama sekali bukan masalah bagiku, asalkan kau tidak akan pernah lagi munculkan dirimu di hadapan Belia, karena dengan kau menjualnya padaku, itu tandanya kau sudah tidak punya hak apa-apa lagi sebagai seorang suami untuknya.""Dan setelah kau menjualnya, mak