"Siapa Ma?" Shakira menatap seksama Anya, berharap wanita yang selalu berpihak padanya itu mengenali Talitha."Mama tidak kenal, Sayang, walaupun cantik sepertinya dia mengubah wajahnya." Anya menebak, Talitha mengubah wajahnya menjadi cantik sehingga dia terkesima sejenak tadi. Sebagai seseorang yang pernah mengubah sedikit wajah atau tubuhnya, Anya jelas tahu, bahwa Talitha telah mengoperasi wajahnya."Ish, aku pikir Mama kenal, habisnya Mama bilang astaga." Shakira masih manyun.Mendengar hal itu pecahlah tawa Anya tiba-tiba."Maafkan Mama, sayang, soalnya Mama begitu takjub dengan operasi wajah Talitha, terlihat natural dan sangat bagus sekali, Mama jadi pengen deh tanya sama dia, operasi di mana?" kelakarnya sambil menyerahkan kembali ponsel Shakira. "Mama mah!" Shakira mengambil cepat dari tangan Anya lalu meletakkan dengan kasar ponselnya di atas meja. Shakira tampak kesal, mendengarkan pujian Anya terhadap Talitha barusan. Melempar senyum sekilas, Anya berkata,"Mama cuma ber
Mata Ali melebar sempurna, melihat tangannya saat ini bertengker di dada Naila. Kini dia berada di atas tubuh Naila. Perlahan-lahan, gelanyar aneh mulai merasuk relung hatinya. Sedari tadi pula air ludah sudah berkali-kali ditelannya. Tadi, Ali reflek memegang tangan Naila. Akan tetapi, Naila langsung memberontak, tubuhnya pun bergerak-gerak ke segala arah dan hampir saja terjatuh ke lantai. Ali pun bermaksud ingin menolong Naila. Akan tetapi, dia malah tak sengaja merobek pakaian Naila, hingga dia pun ikut terjatuh dan menimpa tubuh Naila. Sekarang, pakaian atas Naila sobek, sampai-sampai bra berwarna putihnya terlihat. "Al, singkirkan tanganmu!" Sekali lagi Naila berteriak, saat kedua tangan Ali masih bergeming di tempat. Sekarang, Naila dapat merasakan ada sesuatu yang keras berdiri di bawah sana.Kegugupan melanda Naila seketika, pada akhirnya ide gilanya barusan menjadi bumerang untuknya. "Nona, Tuan!" Mendengar kegaduhan dari dapur, sontak membuat Santi penasaran. Dia pun
Kelima wanita itu menurunkan tangannya bersamaan, kemudian mundur beberapa langkah. Saat ini, gurat kepanikan terlihat jelas di wajah Anna dan dua wanita lainnya. Sementara, Naila dan Shakira tampak biasa saja, Shakira malah mengulas senyum lebar. "Al, Talitha mengangguku tadi!" Shakira menunjuk Naila seketika, dengan bola mata memelas. Ali hanya diam dengan sorot mata masih menyala-nyala sedari tadi. Roni baru saja sampai, sedikit keheranan, melihat Naila, Shakira dan para model lainnya berkumpul di satu tempat. Mendengar perkataan Shakira barusan, mata Naila terbelalak. Dia tak menyangka wanita di hadapannya ini sangat licik dan pandai memutar balikkan fakta. "Bohong! Jelas-jelas dia yang memulai duluan, Al!" protes Naila, cepat. Shakira melirik ke samping sekilas, lalu mengalihkan pandangan kembali ke arah Ali. "Tidak Al, wanita inilah yang berbohong, kamu jelas tahu, aku tidak akan memukul seseorang, kalau tidak diganggu terlebih dahulu," ungkap Shakira dengan suara nan le
"Aduh, sakit." Dengan mata terpejam, Naila mengusap pelan keningnya, yangterkena dagu pria di hadapannya barusan. "Kamu tak apa-apa?" Pria bertubuh kekar dan tinggi itu mengamati wajah Naila dengan seksama. Naila membuka mata lalu melempar senyum kaku. "Nggak apa-apa kok.""Yakin?" Pria itu memegang kening Naila hendak memeriksa apakah wanita itu terluka atau tidak. Tadi ia ingin membahas rencana kerjasama antara perusahaan bersama Ali. Namun, karena terlalu fokus berteleponan dengan asistennya melalui earpiece bluetooth yang terpasang di indera pendengarannya, sehingga membuat ia tak melihat Naila di depan pintu ruangan. "Iya, aku tidak apa-apa, kok." Naila berusaha menyingkirkan tangan sang pria. Tapi, pria tersebut malah merendahkan tubuh lalu menatapnya dengan seksama.Saat mendengar suara Naila terasa tak asing di telinganya. Mata Jackson menyipit dan menatap lekat-lekat wajah Naila. "Apa kita pernah bertemu?" Sedari tadi Shakira menatap heran, melihat Naila dan pria yang di
Keadaan ruangan tampak gelap-gulita dan suara teriakan para model masih terdengar di sekitar. Dalam hitungan detik lampu pun mulai menyala. Secara bersamaan pula para model terdiam dan pandangan mereka langsung tertuju kepada Naila. Jackson tengah berusaha membangunkan Naila. Kening Naila barusan membentur lantai membuat wanita itu tak sadarkan diri. Ronilah yang menghidupkan kembali lampu. Matanya pun mulai berkeliling di ruangan sejenak, menelisik keberadaan Ali, yang ternyata ada di depan sana. "Tuan Ali!" teriak Roni sambil mendekati Ali. Ali mengabaikan panggilan Roni. Dia malah meringis pelan kala rasa sakit di bagian belakang kepalanya mulai terasa, darah mulai nampak mengalir perlahan mengenai jas hitamnya. Kini Ali sedang menatap Naila masih tergolek di atas lantai, dengan tubuhnya ditahan Jackson. Beberapa detik sebelumnya, Ali menahan lampu tiang sorot agar tak mengenai Naila. Kejadian berlangsung dengan sangat cepat sehingga Ali tak memikirkan lagi bagaimana keselam
Tak ada sahutan, Ali dan Jackson menatap tajam satu sama lain. Urat-urat di leher mereka menyembul keluar perlahan-lahan. Amarah yang bersemayam di dada Ali semakin membara. Dia sangat tak terima Jackson menyentuh istrinya tadi. Suasana mendadak mencekam. Hawa di sekitar begitu panas, sampai-sampai AC di ruangan, tak mampu mendinginkan panasnya hati mereka. Kedua pria yang memiliki perawakan dan perangai sama, masih menatap nyalang, dengan tangan terkepal erat. "Nggh ...."Lenguhan pelan yang terdengar dari bibir Naila berhasil membuat perhatian Ali dan Jackson teralihkan. Dengan pelan Naila membuka kelopak mata lalu meringis seketika kala benturan di lantai tadi mulai terasa, matanya pun kembali terkatup. Naila memegang keningnya sambil mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya. Ali melengoskan muka tiba-tiba kemudian melangkahkan kaki mendekati ranjang. "Naila."Tatkala suara Ali berdengung di telinga, Naila membuka mata. Melihat Ali tengah menatapnya dengan tatapan yang t
"Jaga ucapanmu!" Naila memegang pipinya, yang terasa panas sekarang. Dia tak mengerti mengapa Shakira masih menganggunya. Padahal dia tak pernah sekalipun menganggu Shakira.Mata Shakira melotot keluar, menahan sakit karena tamparan Naila juga. "Memang benar, 'kan, kamu seorang penggoda! Lihatlah tadi kamu mencari muka dengan Ali!" Naila enggan menyanggah perkataan Shakira. Ia tercengang, merasa pendapat wanita di hadapannya ini tak beralasan. Sebab, sedari tadi dia tak melihat batang hidung Ali. Setelah kedatangan para instruktur, Ali dan Jackson keluar dari ruangan, sepertinya melanjutkan perkerjaan mereka di kantor. Jadi, sejak kapan dia menggoda Ali. Sementara para model lain, bergeming di tempatnya masing-masing dan tak berniat ikut campur urusan Shakira dan Naila. Saat ini pun para instruktur tak berada di ruangan. "Mengapa kamu selalu menuduh Talitha tanpa bukti? Padahal Tuan Ali tidak ada di sini!" timpal Anna seketika. Sebagai teman, tentu saja Anna pasang badan. Dia tak
"Awh! Sakit Ma!" Rani mengaduh kesakitan kala kepalanya ditempeleng Mirna barusan.Mata Mirna melotot keluar, melihat putri sulungnya itu mengatakan hal yang tidak-tidak. "Makanya jangan aneh! Jelas-jelas namanya di situ Talitha!"Bibir Rani mengerucut tajam seketika sambil mengusap sebentar kepalanya. "Ish, tapi memang wajahnya mirip Naila, Ma. Coba Mama lihat," katanya sambil menunjuk ke arah televisi.Bukannya melihat ke televisi, Mirna malah menarik napas pendek kemudian menatap tajam Rani. "Iya, iya, tapi itu bukan Naila. Lagipula tidak mungkin Naila memiliki wajah dan tubuh yang cantik seperti itu!" "Bisa saja itu benar Naila, Ma!" protes Rani, menyampaikan praduganya. Dari segi postur tubuh dan warna kulit begitu serupa dengan Naila. "Ck!" Mirna berdecak kesal sesaat, sebab Rani kekeh pada pendiriannya. "Waktu mama mencari Salem di perusahaan kemarin, mama pun mengira model itu Naila, karena tanda lahirnya sangat mirip dengan Naila," jelas Mirna cepat.Mata Rani berkedip-