Dunia nala berubah drastis saat dia bertemu sosok dingin dan arogan seperti Lian Ganeswara, pendiri Ganeswara Group. Nala bahkan menandatangani kontrak pernikahan dengan Lian karena membiayai neneknya yang sedang sakit keras, dengan bantuan Lian nala bisa membuat neneknya di operasi, namun takdir berkata lain, Nalaa kehilangan sang Nenek hingga menyebabkan kesedihan yang mendalam. Di sisi lain Nalaa juga harus melayani Lian setiap hari, dengan sikap Lian yang tidak pernah ramah dan menganggap Nalaa adalah alat yang bisa dia gunakan untuk berpura-pura romantis guna mengklaim warisan yang akan Lian dapat setelah Lian benar-benar bertahan dalam pernikahan selama satu tahun lamanya, lantas apakah Nalaa bisa bertahan dengan sikap Lian ataukah kisah Nalaa bisa berbuah manis??
View More"Hari ini adalah batas pembayaran operasi Nenek Lestari, jika dalam kurun waktu 24 jam maka kami tidak bisa membantu Anda, Nona!"
perkataan seorang wanita yang memakai pakaian serba putih itu dengan nada ramah, namun juga membuat sesak di dada wanita cantik yang kini duduk di kursinya saat pelajaran berlangsung. Materi hari ini tidak masuk ke otak Nalaazara Kimora Carelia, dia sibuk dengan pikirannya sendiri, mencari solusi untuk biaya transplatasi jantung Nenek tercintanya yang sangat fantastis. Pelajaran hari itu selesai lebih cepat karena salah satu dosen tidak hadir dan memberikan tugas di kelas Nalaa. Septi yang merupakan teman sekelas nalaa pun melihat tingkah sahabatnya yang sedari tadi hanya bengong, wanita cantik itu menyikut Nalaa dengan sengaja, membuat Nalaa terkejut dan reflek menoleh arah Septi. "Apa dosennya sudah datang?" pertanyaan reflek Nalaa ketika sahabatnya berusaha membuatnya bicara dia terbebas dari lamunan. "Malah sudah pergi dari kelas, kamu kenapa sih sedari tadi kayaknya tidak fokus dengan pelajaran, jangan sampai nilai kamu nanti jadi buruk Laa, bisa-bisa beasiswa kamu akan dicancel," lakar Septi kepada Nalaa yang hanya menghembuskan napasnya yang lelah. "Aku tahu Ti, tetapi ada hal yang sedang aku pikirkan selain nilai dan juga beasiswa." Nada Nalaa menjadi lebih berat, aku harus mengumpulkan dna yang jumlahnya cukup fantastis untuk transplantasi jantung Nenekku, Ti." "Kenapa tidak mencoba untuk bekerja paruh waktu setelah pulang kuliah, misal ke toko kue atau ke cafe yang membutuhkan lowongan paruh waktu gitu." "Memang ada pekerjaan yang membutuhkan mahasiswa yang waktunya sangat terbatas seperti kita." "Adalah Laa, lagian kita cuma sampai sore 'kan jadwalnya, tidak akan mengganggu proses belajar kita juga." "Kamu bener, Ti tapi kamu ada info pekerjaan magang nggak? Aku butuh segera buat DP operasi Nenekku." "Sebentar aku ingat lagi, kayaknya ada deh di perempatan jalan merpati di cafe asmara, mereka lagi buka lowongan pekerjaan, coba nanti kita kesana dan lihat masih ada tidak pekerjaan buat kamu nanti." "Terima kasih ya sobat aku yang sangat cantik dan baik hati ini." "Aku agak geli kalau kamu bilang kayak gitu, akku masih normal loh Laa." "Aku juga masih normal ya, Ti." "Ya sudah kita kerjakan tugas ini dulu, kalau sudah seleksi baru kita ke cafe asmara." Nalaa dan Septi segera mengerjakan tugas selesai dari pekerjaan campus, keduanya menuju cafe Asmara yang letaknya lumayan jauh dari kampus mereka. Keduanya turun dari sepeda motor dan masuk ke dalam untuk mencari pekerjaan yan masih buka. "Apa kamu sudah lega Laa, pekerjaan kamu diterima?" tanya Septi dengan antusias. "Iya akku sangat senang, terima kasih ya sudah membantuku." "Kamu kayak sama siapa saja, kita ini sahabat, da sahabat harus saling membantu. Beberapa minggu setelah Nalaa magang pekerjaanya selalu rapi dan juga memuaskan, dia juga semakin dipercaya oleh bos yang ada di cafe tersebut hingga suatu hari seseorang berperawakan dingin dengan salah satu asisiitennya datang. Ya itu adalah Lian sosok yang dikeal kejam dan tidak memiliki belas kasih kepada lawannya yabg sudah mengusuk kehidupannya. Nalaa datng dengan sopan dan ramah, saat kedua orang tersebut duduk di kursi. "Maaf Tuan, Anda mau pesan apa?" tanya Nalaa dengan lembut dan senyum manis. "Seperti biasa," jawab Lian singkat dan acuh kepada Nalaa." "Maaf Tuan tetapi saya tidak paham dengan pesanan yang Anda inginkan," sahut lembut wanita cantik itu kepada Lian. "Saya bilang seperti biassa ya seoerti biasa, dasar tidak berguna," omel Lian kepada Nalaa yang terkejut dengan ucapan laki-laki yang ada di depannya. "Tertapi Tuan saya........" Belum sempat Nalaaaa protes, seorang wanita menarik rambut Nalaa dengan kencang. "Kamu mau menggoda calon tunangan saya?" Nalaa yang bingung hanya meringis dan mengeleng lemah, "Jangan sokpolos kamu, kamu pasti sedang menggida calon tunangan saya dengan kepolosan kamu 'kan, ngaku saja," bentak wanita yang memakai pakaian seksi dengan lekukan tubuh bak biola tersebut kepada Nalaa. "Saya tidak kenal sama Tuan galak itu, Nona saya hanya menjalankan tugas saya sebagai pencatat menu makanan saja, ampuni saya Nona lepaskan rambut saya," pinta Nalaa dengan wajah memelas." "Tidak sebelum kamu mengaku kalau kamu mau mengggoda laki-laki saya," teraang wanita yang bernama Bianca tersebut. "Cukup Bianca, lepaslan orang itu dan duduklah di depanku," ujar liam dengan nada dingin namun pandangannya tetap ke meja kosong. "Dengan senag hati sayang!" Bianca yang terllau sennag melepas rambut nalaa yang sudah tidak lagi terbentuk, dia duduk dengan manja di depan Lian dan Gio. Karena Nalaa takut jika mood oarng asing itu kurang baik, dia sefera pergi dan mmeinta sesil menggantikan pekerjaannnya. Tak berapa lama laki-laki bertubuh tegap datang menghamppiri Nalaa, "Are you okey?" Nala hanya menjawab dengan anggukan lemas. "Kamu pasti terkejut dengan mereka tadi bukan, orang dingin itu adalah Lian Ganendra, sosok yang todak pernah bisa tersentuh sama sekali, nahkan rumor yang beredar dia sangat kejam dan juga psikopat." Nalaa membulatkan matanya, "apakah seberbahaya itu?" "Iya dia sangat berbahaya, dia sering ke sini hanya untuk memesan kue strawbwrry dengan topping caramel dan kopi dengan gula sedikit, kami selalu melayani dia seperti itu." Penjelasan Andika membuat Nalaa berdoa agar tidak berurusan lagi dengan laki-laki tersebut, nyalinya ciut kala mengingat ucapan Andika jika pemuda itu adalah psikopat dingin. "Eh sebetar Dika, jadi orang asing itu memesan menu yang sama setiap ke sini?" Andika mengangguk dan tersenyum manis, " Iya dan kamu juga jaangan pernah berurusan dengan laki-laki kejam seoerti itu." "Terima kasih atas nasihat yang kamu berikan kapada aku, Dika." "Iya sama-sama kita 'kan keluaga cafe asmara ya kita sudah menganggap kamu ssebagai keluarga kami." Nalaa tersenyum manis kala mendengar ucapan dari Andika. wanita cantik itu semakin bersemangat untuk kerja lebih keras lagi, hingga sore pun datang, Nalaa sudah bersiap untuk pulang membawa secangkir kopi cappuchino buatan andika tadi, namun langkah Nala tersandumh oleh lubang besar dan kopi itupu jatuh mengenai jas mahal seseorang. Nalaa mencoba untuk meminta maamf dengan menunduk berulang kali, hingga dirinya memberanikan diri melihat orang yang sudah dia kkotori pakainnya dengan kopi yang tidak sengaja tumpah. "Maaf Pak...." Bibir Nalaa kelu, dia seperti kena hipnotis seseorang, orang yang sangat tidak bersahanbat dan juga dingin. "M-Maaf Tuan saya tidak sengaja mengotori jas Tuan yang mahal, sekali lagi saya minta maaf, Tuan." Wajah Nalaa berubah menjadi merah ketika sosook itu berada tepat di depannya dengan tatapan tajam.. "T-Tuan mau apa?" Nalaa mendadak panik..........Notifikasi yang baru saja masuk membuat Lian membeku beberapa detik. Laki-laki itu menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam--sebuah pesan dari Pengacara keluarga Ganeswara, Mr. Taufan. ["Tuan Muda, sesuai wasiat almarhum Ayah Anda, kami diharapkan bertemu dengan calon pendamping Anda dalam waktu dua hari ke depan. Harap informasikan waktu dan tempat. Ini menyangkut pembebasan saham terakhir dan warisan utama Mahkota Ganeswara."] Lian mengusap wajahnya kasar, bibirnya terkatup rapat seakan menahan sumpah serapah yang nyaris keluar. Satu sisi otaknya ingin mengabaikan semua ini. Namun sisi lainnya tahu betul--warisan utama Mahkota Ganeswara bukan sekadar simbol, itu kekuatan, pengaruh, dan tahta. "Calon istri?" gumam Lian lirih sambil berdiri pelan. Pandangannya menyapu ruangan kerja miliknya yang masih kacau karena insiden sebelumnya. Dia terdiam, napasnya mulai berat. Dan wajah Nalaa--wanita yang hampir dia bunuh--muncul begitu saja tanpa permisi di dalam pikirannya. "Tidak.
Lian menjulurkan tangannya di tepat di leher wanita cantik itu. "T-Tuan s-saya bisa mati," ucap Nalaa dengan nada yang terdengar rendah. "Mati atau bukan itu bukan urusanku, kamu lancang sudah menumpahkan kopi pada dokumen penting saya, dan ini balasan untuk orang yang tidak tahu diri." Nalaa merasa tidak punya berat badan dan sangat ringan. "T-Tuan b-bukan saya yang mengotori me..jam Tu...aann." Pandangan Nalaa mulai mengabur begitu juga dengan gerakan wanita itu yang mulai melemah, Giok datang karena mendengar keributan yang terjadi di ruangan kerja Lian. Melihat pemandangan itu laki-laki yang usianya sama seperti Lian pun segera mencegah atasan sekaligus temannya itu untuk menghentikan cekikan di leher pengasuh barunya. "Lepaskan dia, Tuan Lian dia bisa mati dan Tuan akan kena masalah lebih besar lagi," ujar Gio dengan nada tegas memberitahu tindakan atasannya tersebut. Lian melepaskan cekikan di leher Nalaa hingga wanita itu hampir saja terjatuh membentur lantai jika Gio
Ketukan pelan terdengar dari balik pintu."Non Nalaa, Tuan Lian menunggu di ruang kerjanya," suara Bi Yuni lembut namun tegas.Nalaa masih berdiri kaku di depan cermin besar dalam kamar yang mewah namun asing baginya. Seragam abu tua yang dikenakan melekat pas di tubuhnya, terlalu pas. Lehernya terasa sesak, dan dada sesak bukan karena ukuran pakaian itu--melainkan karena rasa takut yang mengendap dalam benaknya. Nalaa kini resmi menjadi pengasuh pribadi pria paling menakutkan yang pernah dirinya temui yaitu Lian--sosok yang dirumorkan kejam.Dengan langkah ragu, Nalaa keluar dari kamar. Setiap jengkal lorong di mansion itu seperti lorong penjara mewah baginya. Nalaa mengikuti arah yang Bi Yuni tunjukkan, hingga sampai di sebuah pintu besar berukir emas."Masuklah," ucap Bi Yuni pelan, sebelum pergi meninggalkannya sendiri.Dengan tangan gemetar, Nalaa mengetuk pelan."Masuk." Suara dingin itu sudah berapa kali dia dengan sehari ini berulang kali, dan membuat Nalaa takut jika membuat
Tubuh tinggi itu hanya diam dengan tatapan tajam dan sulit diartikan, tidak ada yang bisa Nalaa lakukan selain merutuki kecerobohannya. Lian melempar jas mahalnya ke wajah ketakutan Nalaa yang kini terlihat pucat pasi."Cuci sampai wangi jangan ada noda sekecil apapun, atau nyawamu taruhannya."Perkataan itu membuat Nalaa semakin merinding dan takut jika ucapan dari laki-laki yang dia tahu namanya adalah Lian itu menjadi kenyataan, dia tidak siap jika harus mati muda apalagi neneknya yang sedang sakit parah. Dengan nada gemetar dia menjawab lirih, "Baik, Tuan." Nalaa memegang jas kotor itu dengan erat, dia berniat untuk pulang dan mencuci jas mahal tuan arogan itu di rumah saja, namun langkah kakinya berhenti saat Nalaa mendengar nada dingin, "Mau lari kemana?""Saya hanya ingin mencuci jas mahal Anda di rumah saya, Tuan.""Cuci saja di mansion saya, saya membutuhkan seorang pelayan yang mengurus pakaian kerja saya dan semua keperluan saya dalam jangka waktu satu bulan,' tegas Lian
"Hari ini adalah batas pembayaran operasi Nenek Lestari, jika dalam kurun waktu 24 jam maka kami tidak bisa membantu Anda, Nona!"perkataan seorang wanita yang memakai pakaian serba putih itu dengan nada ramah, namun juga membuat sesak di dada wanita cantik yang kini duduk di kursinya saat pelajaran berlangsung. Materi hari ini tidak masuk ke otak Nalaazara Kimora Carelia, dia sibuk dengan pikirannya sendiri, mencari solusi untuk biaya transplatasi jantung Nenek tercintanya yang sangat fantastis. Pelajaran hari itu selesai lebih cepat karena salah satu dosen tidak hadir dan memberikan tugas di kelas Nalaa. Septi yang merupakan teman sekelas nalaa pun melihat tingkah sahabatnya yang sedari tadi hanya bengong, wanita cantik itu menyikut Nalaa dengan sengaja, membuat Nalaa terkejut dan reflek menoleh arah Septi."Apa dosennya sudah datang?" pertanyaan reflek Nalaa ketika sahabatnya berusaha membuatnya bicara dia terbebas dari lamunan."Malah sudah pergi dari kelas, kamu kenapa sih sedar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments