Share

Bab 6 - Kegilaan Mami Diana

Rizky tersenyum mengingat wajah Inara yang tampak terkejut.

Rasanya, pria itu ingin memeluknya dan tak melepaskan Inara selamanya.

Sayangnya, dia masih harus menahan diri.

Rizky pun mencoba fokus ke rencana berikutnya.

"Assalamualaikum."

Sesuai janjinya pada Inara, Rizky datang menemui ibunya.

"Waalaikumsalam," balas wanita paruh baya itu, tetapi wajahnya terkejut kala menyadari siapa pria di depannya, "Rizky?"

Pria tampan itu sontak melebarkan senyumannya.

Ternyata, dugaannya tak salah.

Ibu Inara memang masih mengingatnya, meskipun dia gagal menikah dengan anaknya.

Tentu saja, ini kesempatan baginya untuk mendekati Bunda Annisa.

Tak butuh waktu lama, Rizky diajak masuk ke dalam rumah. Mereka kini sudah berada di ruang tamu.

"Bunda kenapa?" Rizky bertanya.

Entah mengapa, Bunda Annisa seketika menangis. Melihat Rizky, dia menjadi teringat anaknya yang belum juga ditemukan.

"Pasti kamu ingin menemui Inara 'kan? Inara hilang, Nak," ucap Bunda Annisa sembari sesegukan, "mantan suaminya bilang, Inara pergi meninggalkan rumah bersama seorang laki-laki. Sebelum pergi, Inara juga meminta cerai dari suaminya."

"Apa kamu bisa membantu bunda mencari Inara? Jika kamu berhasil, bunda tak akan melarang kalian menikah. Itu pun, jika kamu masih menginginkannya," timpal Bunda Annisa lagi.

Dia tahu, kalau Rizky dulu sangat mencintai anaknya. Hanya saja, keadaan saat itu tak memungkinkan. Ayah Inara lebih memilih anak yang banyak berjasa kepada mereka, karena merasa keluarga Rizky tak mungkin menerima putrinya.

Tapi, apa yang terjadi? Inara justru hilang entah ke mana.

Sementara itu, Rizky berteriak dalam hati. Inilah kata-kata yang dia harapkan sejak dulu.

Andai kata-kata ini sejak dulu sudah terucap, pasti Rizky akan nekat menikahi Inara saat itu juga tanpa peduli penolakan orang tuanya.

"Aku akan mencoba mencari keberadaan Inara. Bunda tak perlu khawatir! Aku yakin Inara pasti baik-baik saja. Mungkin saja, semua ini adalah rencana mantan suaminya agar bisa terlepas darinya." Rizky mengatakan kepada Bunda Annisa.

Bunda Annisa terdiam sebelum mengangguk. "Ayah pun waktu itu mengatakan demikian. Kami tak percaya kalau Inara akan melakukan hal itu. Tapi, kami tak memiliki kekuatan. Bahkan, gara-gara mantan suaminya itu, ayah menjadi meninggal."

Wanita paruh baya itu menangis kembali. Hatinya terasa sakit kala mengingat kejadian waktu itu.

Melihat itu, Rizky menjadi tak tega. Namun, dia belum bisa mempertemukan Inara dengan ibunya untuk saat ini.

"Bunda tenang dulu, ya! Berdoa saja, semoga Inara segera ditemukan dalam keadaan selamat dan sehat. Sehingga, Bunda bisa berkumpul kembali dengan Inara." Rizky mencoba menenangkan.

Annisa pun akhirnya menganggukkan kepalanya.

Rizky adalah pahlawan bagi Inara. Entahlah, bagaimana nasib Inara dan keluarganya jika tak mendapatkan pertolongan dari Rizky.

Di tempat berbeda, Monika dan Bram terlihat sudah bersiap-siap.

Dia akan mulai melakukan persiapan pernikahan mereka.

Rencananya, resepsi akan diadakan di Pulau Dewata Bali, sesuai permintaan Monika.

Memang, Ssmenjak Bram yang memegang kendali keuangan papinya, Monika semakin menjadi-jadi.

Namun, Bram masih tak menyadarinya. Lambat laun perusahaan bisa hancur, jika uangnya dipakai untuk kepentingan pribadi. Bram kerap memanjakan Monika.

"Kenapa?" tanya Monika, saat melihat wajah kekasihnya gusar.

"Ekhm, biasa. Mami minta aku transfer uang ke rekeningnya," jawab Bram.

"Kamu jangan terus menerus memanjakan mami kamu! Uang kita bisa habis, kalau terus seperti ini. Aku yakin, pasti dia ingin memberikan uang itu untuk berondongnya." Monika tampak memanas-manasi Bram.

Padahal, kelakuan dia dengan Mami Diana sama saja. Tanpa sepengetahuan Bram, dia sebenarnya sudah berselingkuh dengan laki-laki lain.

Bram benar-benar bodoh!

Diperalat dua orang wanita yang kelak akan menjerumuskannya dan menghancurkan dia.

Di sisi lain, Papi Susilo tampak menatap sang istri yang saat itu sedang berdandan dan sudah berpakaian rapih. Wajahnya menunjukkan kemarahan.

'Kamu benar-benar keterlaluan! Aku sakit, kamu justru malah enak-enakan di luar sana,' ucap pria tua dalam hati.

Mami Diana yang baru saja selesai berdandan sontak terkejut, karena sang suami menatapnya dengan tatapan tak biasa.

"Mengapa ekspresi kamu seperti itu? Pasti, kamu tak suka ya melihat aku seperti ini? Tapi, kamu bisa apa? Lihatlah kondisi kamu saat ini. Kamu itu sudah tak berdaya. Wajar dong jika aku menjalin hubungan dengan Laki-laki lain dan melampiaskan nafsuku," hina Diana kejam.

Dia bahkan tak menyadari, kalau yang dia lakukan sangat salah.

"Kamu tak perlu khawatir. Hal ini tak akan lama, karena aku akan membuang kamu ke jalan. Seperti yang aku dan Bram lakukan kepada menantu kesayangan kamu itu. Hahahaha."

Dia terlihat begitu bahagia. Berbeda halnya dengan Papi Susilo yang begitu terkejut mendengarnya. Hatinya terasa panas. Namun sayangnya, dia tak memiliki kekuatan untuk menceraikan istrinya, dan melaporkan wanita yang masih berstatus istrinya ke polisi.

Dia akhirnya tahu. Kalau semua ini adalah rekayasa istri dan anaknya. Dia berharap, suatu saat nanti bisa bertemu dengan Inara kembali.

"Aku akan membalas semua yang kamu dan Bram lakukan kepadaku! Biar kalian merasakan, dinginnya lantai jeruji!"

Rasa cintanya kepada sang istri, telah hilang. Berganti rasa benci yang membara.

Mami Diana pergi meninggalkan Papi Susilo begitu saja. Dia sudah berjanji dengan berondongnya, akan bertemu sekarang.

"Ya Tuhan, aku mohon padamu! Sembuhkan penyakitku. Agar mereka tak lagi bersikap semena-mena kepadaku," ucap Papi Susilo dalam hati.

Diana wanita yang tak tahu diri. Dalam kondisi suaminya seperti saat ini, dia justru menghambur-hamburkan uang demi mencari kepuasan semata.

Mami Diana tak menyadari, kalau Romeo kelak akan menghancurkan dia dan hanya menginginkan uang saja.

"Sayang, apa kamu mau menikah denganku?" goda Romeo sambil memainkan alisnya.

Diana tampak tersipu malu, wajahnya memerah. Dia seperti anak muda yang baru merasakan jatuh cinta. Saat ini Romeo masih duduk di bangku kuliah. Dia memang kerap bermain dengan Tante-tante yang kesepian.

"Tapi, ada syaratnya!"

Mami Diana tampak mengerutkan keningnya.

"Aku tak ingin melihat wajah suamimu di rumah itu. Hal itu dapat merusak moodku," ucap Romeo dengan tak tahu malunya.

Mami Diana tampak terkejut mendengar penuturan Romeo. Sungguh, dia bingung.

Siapakah yang dia pilih? Mungkinkah dia tega membuang suaminya ke jalan?

"Aku...."

Comments (11)
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
pak Susilo sabar ya pak,pasti bapak sembuh
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
wah Romeo pemain bangett yaaaa
goodnovel comment avatar
Risty Hamzah
Nasib pak susilo kasian juga ya punya anak bini lucnut semua
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status