Buah tak jatuh jauh dari pohonnya.
Itulah yang terjadi pada Mami Diana dan Bram.Cinta dapat membutakan mata ibu dan anak itu, seperti saat ini."Felisa?" kejut Bram menyadari wanita yang menarik hatinya sedang berada di ojek online. Dia langsung melajukan mobilnya kencang dan berhenti di depan motor Felisa.CITTT!Supir ojek pun akhirnya langsung mengerem secara mendadak."Mobil siapa sih? Bikin orang celaka saja!" gerutu Inara.Namun, perempuan itu seketika terkejut saat melihat Bram turun dari mobil menghampiri dia.Pria itu tampak arogan dan penuh kepercayaan diri.Inara menghela napas. Bram memang memiliki wajah tampan, tapi masih kalah jika dibandingkan Rizky. Kekayaan Rizky pun lebih melimpah, tetapi dia rendah hati.Inara menggelengkan kepalanya karena pikirannya terus saja ke Rizky."Hai, akhirnya kita bertemu lagi," ucap Bram yang terlihat tersenyum."Sayangnya, aku tak suka dengan pertemuan kita ini. Kamu hampir saja membuat aku kecelakaan," sahut Inara ketus.Bram tersenyum dan terkekeh melihat ekspresi wajah Inara yang begitu menggemaskan.Dia sempat merasa, seperti mengenal sosok wanita di hadapannya. Namun akhirnya, dia memilih mengabaikannya. Dia mengira, kalau itu hanya perasaannya saja."Ya sudah, aku mau kerja. Nanti aku kesiangan," ucap Inara."Ayo, aku antar! Kamu pindah ke mobil aku ya. Aku tak tega melihat kamu kepanasan seperti ini."Rasanya begitu muak mendengarnya! Dasar buaya darat! Giliran dengan orang yang dia suka, Bram terlihat begitu manis. Perlakuannya dulu sangat berbeda kepada Inara."Lepas, jangan pegang-pegang aku!""Ok—ok, aku minta maaf. Tapi, kamu mau ya pergi bersama aku?" Rayu Bram.Ini kesempatan untuk Inara menjerat Bram!Inara tersenyum licik. Kini Bram sudah dalam jeratannya.Mereka sudah dalam perjalanan menuju perusahaan Rizky, tempat Inara bekerja."Sejak awal aku bertemu kamu. Aku sudah jatuh cinta padamu," ungkap Bram.Inara langsung tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Bram."Loh, kamu kenapa tertawa? Aku serius mengatakannya," Bram mencoba meyakinkan Inara."Kita ini baru bertemu kedua kalinya. Bisa-bisanya kamu mengatakan cinta. Mau kamu kemanakan kekasihmu itu? Dia pasti akan sangat marah, jika mengetahui kekasihnya sedang merayu wanita lain," sahut Inara."Aku akan menikahi dia, hanya untuk menuruti keinginan dia saja. Setelah aku menikahinya, aku akan menikahi kamu. Aku akan memberikan fasilitas mewah kepada kamu, asalkan kamu mau menikah denganku. Gimana? Suatu tawaran yang menarik bukan?"Bram mengerlingkan matanya, menggoda Inara.Hal ini, sama seperti yang Bram lakukan kepadanya dulu. Dia menikahi Inara, hanya untuk menuruti keinginan sang papi. Kini berbalik, Bram akan melakukan itu kepada Monika. Kemudian menikahi Inara.Inara tersenyum licik. Dia akan merusak hubungan Bram, dan menguras harta Bram. Disaat semua sudah tercapai, dia akan membuang Bram ke jalan menjadi gembel. Membalas rasa sakitnya."Ya, cukup menarik. Tapi, aku gak mau menikah sama kamu. Jika kamu masih berstatus dengannya. Kamu selesaikan saja dulu dengannya! Ya sudah, aku turun dulu ya! Sudah sampai di kantorku."Bram langsung menarik tangan Inara. Membuat netra mereka bertemu. Inara tak ingin terikat dalam sebuah pernikahan dengan Bram. Tujuan dia hanya ingin menghancurkan Bram saja."Mengapa, setiap menatap kamu lekat. Aku selalu merasa sudah mengenal dekat dengan kamu ya?" ucap Bram pelan. Namun, masih bisa terdengar Inara."Siapa yang kamu maksud?"Wajah Bram langsung berubah panik. Jantungnya pun langsung berpacu cepat."Ah, tidak! Tak usah dibicarakan lagi. Ini tak penting. Ya sudah, kalau kamu mau turun. Apa nanti selepas pulang kerja, aku bisa menjemput kamu? Aku ingin mengajak kamu makan malam berdua," Bram berkata."Aku minta nomor telepon kamu! Agar kita memudahkan berkomunikasi," pinta Bram.Inara akhirnya bertukar nomor telepon dengan Bram. Hal ini dia lakukan demi memudahkan dia merayu Bram.Setelah menurunkan Inara. Bram langsung melajukan mobilnya menuju perusahaannya."Bram sudah masuk perangkapku. Kamu tahu tidak, dia mengajak aku menikah, dan akan menfasilitasi aku dengan kemewahan?" tulis Inara di pesan chatnya kepada Rizky."Ke ruangan aku sekarang!" perintah Rizky tiba-tiba.Inara tampak mengerutkan keningnya. Dia bingung, mengapa Rizky terkesan dingin?Bahkan sejak datang, wajah Rizky membuat Inara merasa tegang.Mungkinkah Rizky takut, kalau Inara akhirnya tergoda kembali dengan Bram, dan meninggalkan dia?"Lantas, tadi kamu jawab apa kepadanya? Jangan sampai kamu tergoda dengan rayuannya, dan akhirnya kamu melupakan rencana awal kamu untuk membalaskan dendam kamu!"Baru saja Inara masuk, Rizky langsung berbicara demikian.Inara sontak mengerutkan kening, sedikit bingung. "Tentu saja, aku tak lupa. Kamu tak usah mengkhawatirkan aku! Aku tak mungkin kembali kepadanya, sekalipun dia menangis darah.""Syukurlah, aku kira kamu akan kembali kepadanya," ucap Rizky yang terlihat tersenyum.Inara merasa kikuk, karena Rizky menatapnya, dan memperlakukan dia begitu manis. Wajahnya tersipu malu."Maaf!"Rizky menahan senyum. Namun, dia sebenarnya malu karena spontan melakukan itu kepada Inara.Padahal, keduanya belum memiliki status lagi."Nanti, pulang kerja. Bram ingin menjemput aku, dan mengajakku makan malam. Boleh 'kan?"Pertanyaan Inara memecah keheningan di antara keduanya."Apakah harus?" tanya Rizky serius.Inara menganggukkan kepalanya membuat Rizky menghela napas panjang. Rasanya, dia tak rela melihat Inara bersama laki-laki lain meskipun untuk tujuan balas dendam."Baiklah. Tolong jaga dirimu," pesannya.Hanya saja, tanpa Inara tahu, Rizky tak diam begitu saja.Diam-diam dia mengikuti Inara pergi. Dia tak rela Bram menyentuh Inara.Rizky sengaja memakai kaca mata hitam, dan mengambil tempat duduk yang menghadap Inara.Semua berjalan lancar sampai Bram tiba-tiba hendak meraih tangan Inara.Dia gegas beranjak bangkit dari tempat duduk dan langsung menghempaskan tangan Bram."Jangan sentuh dia!"Bram dan Inara tampak terkejut.Pria itu bahkan seketika marah. "Anda itu hanya bosnya, tak ada hak akan hidupnya! Saya akan menikahi Felisa, dan menyuruh dia berhenti dari perusahaan Anda. Saya akan memberikan dia fasilitas mewah. Membayar berkali-kali lipat gajinya di perusahaan Anda!" ucap Bram dengan sombongnya."Selama Anda belum meninggalkan kekasih Anda, Saya tak akan mengizinkan sekretaris saya bersama Anda! Felisa wanita baik-baik. Bukan wanita murahan yang hanya Anda jadikan tempat pelampiasan nafsu saja!"Ucapan Rizky yang tepat sasaran membuat wajah Bram terlihat memerah. Dia juga tampak mengepalkan tangannya."Tak perlu marah seperti itu! Ada harga yang harus terbayar. Jangan menganggap wanita bisa dibayar dengan uang, yang rela menyerahkan tubuhnya semudah itu," sindir Rizky. Rizky langsung menarik tangan Inara meninggalkan restoran itu. "Brengsek!"Bram tak terima. Dia berniat untuk bertindak nekat memaksa Inara menikah dengannya. Di dalam mobil Inara tampak bertengka
"Sayang, sepertinya aku butuh liburan. Apa kamu bisa memberikan aku uang?" rayu Monika. Ide yang bagus bagi Bram. Dengan seperti ini, dia bisa dekat dengan Inara. "Ya, pergilah! Kamu butuh liburan menjelang pernikahan kita. Apa 10 juta cukup?" ujar Bram. "20 juta. 10 juga tak akan cukup," sahut Monika. Bram tak ingin berdebat. Dia langsung transfer sejumlah uang yang Monika inginkan. Monika tampak tersenyum bahagia. Akhirnya dia bisa pergi berlibur dengan selingkuhannya. Hubungannya dengan Bram akhir-akhir ini begitu menjenuhkan. Dia membutuhkan liburan. Monika tampak sudah bersiap-siap. Dia tak peduli pada Bram yang terlihat cuek kepadanya. Bagi Monika yang terpenting, Bram masih terus memberikan dia uang. Memenuhi keinginannya. "Sayang, apa kamu tak ingin mengantarkan aku ke bandara?" Monika tampak berbasa-basi. Dia yakin, Bram tak akan mau. "Maaf, aku tak bisa mengantarkan kamu! Aku harus segera sampai di kantor secepatnya. Have fun ya liburannya. Kabari aku, jika kamu mau
"Yeay!" teriak Bram dan Diana bahagia.Rencana mereka berhasil! Meskipun perbuatan yang mereka lakukan salah, keduanya sudah gelap mata. Mami Diana bahkan bersedia membantu Bram terlepas dari Monika. Jadi, di sinilah Bram berniat menemui Felisa, dan menunjukkan keseriusannya. Bram memang seperti tak waras, jika sudah jatuh cinta dengan wanita. Padahal dulu, dia begitu mencintai Monika, dan kini kedudukannya sudah di ganti Felisa. "Biarkan saja dia senang-senang dulu Bram. Setelah dia pulang, Mami baru akan menemui dia. Coba kamu ajak wanita itu ke rumah! Mami ingin mengenal, wanita yang membuat kamu begitu tergila-gila," Mami Diana berkata kepada sang anak.Susilo kini hanya bisa diam tak berdaya. Berharap ada orang iba kepadanya, dan menyelamatkan dia. Jika Allah mengizinkan dan memberikan dia kesempatan hidup. Dia ingin membalas semua perbuatan anak dan istrinya. Dia tak rela perusahaan miliknya bangkrut, karena anaknya. Rizky mengerem mobilnya secara mendadak, membuat Inara ka
Mami Diana menyambut "Felisa" dengan baik, seperti yang dilakukan kepada Inara dulu di awal pertemuan. Dia terlihat seperti sosok wanita yang lembut, dan ramah.Terkadang, Inara masih merasa seperti mimpi. Bagaimana bisa wanita yang awalnya terlihat baik itu, bisa begitu jahat. "Ternyata, benar apa yang dikatakan Bram. Kamu sangat cantik dan seksi, Fel. Pantas saja anak Mami begitu tergila-gila sama kamu. Semoga saja, kamu mau menikah dengan Bram," ucap Mami Diana bersikap manis ketika mereka berada di meja makan untuk dinner.Inara pun mengangguk dan tersenyum manis. " Terima kasih, Tante. Ehm, tapi maaf. Aku tak bisa jika Bram masih menjalin hubungan dengan kekasihnya. Aku tak ingin disebut perebut kekasih orang karena aku paling tak suka perselingkuhan," sahutnya.Bram menjadi tersedak. Dia merasa tertampar dengan ucapan perempuan itu.Untungnya, sang mami langsung sigap memberikan Bram air putih. "Terima kasih, Mi."Inara tersenyum dalam hati melihat itu.Dia pun memulai seranga
Bram hanya bisa menatap kepergian Inara bersama kedua laki-laki berbadan besar-yang mengaku bodyguardnya. Dia masih dibuat tercengang-tak percaya. "Aku ingin tahu, siapa sebenarnya kamu?"Bram melajukan kendaraan menuju apartemen tempat dia tinggal bersama Monika. Tak butuh waktu lama, dia sudah sampai. Dia langsung menuju unit apartemennya. Suasana tampak sepi, karena Monika belum kembali dari berlibur. "Menjenuhkan sekali! Andai Felisa menjadi istriku, pasti aku tak kesepian seperti ini," ucap Bram sambil melempar jas yang dia kenakan ke sofa yang berada di ruang TV. Dia pun akhirnya memilih untuk mandi. "Apa Felisa wanita simpanan CEO perusahaan Aditama? Rasanya tak mungkin, jika dia hanya seorang sekretaris biasa. Huhf, selalu gagal aku mendekatinya!" Bram masih terus bertanya-tanya. Apa yang terjadi tadi, sungguh di luar nalarnya. Pikirannya menjadi kacau. Lamunannya terhenti, karena ponselnya berdering. Dia raih benda pipi itu di atas nakasnya. Ternyata, Monika yang mengh
"Kamu jangan salah paham dulu! Aku ini sedang berbicara dengan teman kuliahku. Ada masalah akademik yang harus aku selesaikan. Setelah kita pulang berlibur, aku harus segera mengurusnya," jelas Romeo bohong. Tentu saja dia memilih berbohong. Apa jadinya nanti, jika Monika tahu? Kalau dia selama ini menjalin hubungan dengan seorang nenek-nenek. Dia lakukan demi uang. "Ayo kita ke kamar! Kita lanjutkan yang tadi sempat tertunda. Maaf, sudah membuat kamu kesal. Makanya sekarang, aku ingin membuat kamu senang," rayu Romeo yang langsung menarik tangan Monika- mengajaknya ke kamar. Tanpa basa-basi terlebih dahulu, Romeo sudah langsung melucuti pakaian Monika. Membuat tubuh Monika dalam keadaan polos. Setelah itu, dia pun melakukan hal yang sama. Kini tubuh mereka berdua sudah sama-sama polos. Berbeda halnya dengan mereka yang sedang melambung tinggi ke angkasa, Mami Diana justru merasa kesal. Merasa diabaikan. Padahal dia kerap memberikan uang yang banyak kepada Romeo. "Aku tak akan mel
Monika sudah sampai di Jakarta, dia langsung berpisah di bandara dengan Romeo. Mereka akan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. "Sayang, aku sudah kembali. Sekarang, aku sudah sampai di apartemen. Aku tunggu ya! I love you," Monika menuliskan pesan chat kepada Bram. Sambil menunggu Bram kembali, Monika memutuskan untuk berendam di bathtub untuk merilekskan tubuhnya. Tubuhnya terasa remuk, karena ulah Romeo. Hal yang sama dilakukan Romeo. Sesampainya di kosannya. Romeo pun langsung menghubungi Mami Diana. Mendengar kekasihnya sudah kembali, dia merasa begitu senang. Diana mengajak Romeo ke rumah, untuk makan malam bersama. Sekaligus dia ingin mengenalkan Romeo kepada anaknya. Romeo menyambutnya dengan senang hati. Namun sebelumnya, dia meminta Mami Diana mengirimkan uang sebanyak 5 juta ke rekeningnya. Dengan alasan, dia ingin pulang kampung menemui orang tuanya untuk membicarakan tentang pernikahannya kepada orang tuanya. "Benar 'kah, kamu akan melakukan hal itu? Kamu yakin
"Mampus gue! Ternyata dia anak Diana. Gue harus hati-hati ini. Kalau tidak, bisa gagal rencana gue untuk mengeruk harta nenek-nenek ini," Romeo bermonolog dalam hati. "Kamu kenapa Bram?" tanya sang mami. Perasaan Romeo kala itu menjadi tegang. Terlebih ekspresi wajah Bram, penuh tanda tanya menatap ke arahnya. "Sebelumnya, apa kita pernah bertemu? Melihat lo, rasanya gue gak aneh. Jangan bilang, lo mau mainin mami gue ya! Kalau sampai hal itu terjadi, lo akan berhadapan sama gue!" Bram berucap to the point kepada Romeo. Melihat ketegangan anaknya dengan kekasihnya, Mami Diana mencoba mencairkannya. Dia mengajak mereka untuk makan malam dulu. Kini mereka sudah di meja makan. Bram terlihat hanya diam. Dia merasa tak suka melihat kemesraan maminya dengan berondongnya. Dia pun dengan Monika tak seperti itu. Prang!Bram membanting sendok dan garpunya dengan kasar, dan beranjak bangkit. Membuat Mami Diana dan Romeo terperanjat kaget, dan menatap ke arah Bram. "Kamu ini kenapa sih?" pe