Alvian bergegas naik ke dalam mobil milik tetangganya yang menawarkan bantuan padanya. "Maaf, pak. Saya menjadi merepotkan," ucapnya pada Bapak pemilik mobil. "Tidak sama sekali, Pak." Ambar tidak mengetahui kejadian yang terjadi semalam pada anaknya itu. Ia mengira, selama Clara bekerja menjadi LC karaoke, rumah tangga Alvian baik-baik saja. Bagai tersambar petir, tiba-tiba saja wanita tua itu mendengar kabar jika menantu kesayangannya itu kecelakaan bersama pria lain secara mengenaskan. Dan yang paling membuatnya merasa tercengang adalah berita tentang perselingkuhannya bersama pria beristri. Tak banyak berkata. Di dalam perjalanan, mereka hanya terdiam. Ambar dan Alvian masih merasa sulit untuk memahami apa yang tengah terjadi. "Kamu harus menjelaskan banyak hal pada ibu, setelah ini!" cetus ambar. Setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Alvian dan Ambar melangkah dengan sedikit keraguan dan ketakutan. Mereka merasa tida
Pria yang menjabat sebagai CEO itu membungkuk lalu mendaratkan kedua tangannya di lengan bagian atas Alvian. Kemudian, mengangkat tubuh itu ke atas. "Jangan lakukan itu. Kamu tidak perlu bersimpuh di hadapanku!" Lagi-lagi, Alvian berucap terima kasih pada Reyfaldi. Pun juga dengan wanita tua yang sedari tadi berdiri di sana. Ia meminta maaf dan mengucapkan banyak terima kasih pada Reyfaldi. "Mulai minggu depan. Kembalilah ke perusahaan. Jadilah kepala produksi yang tidak akan mengecewakan saya lagi!" tutur pria tampan itu. Kepala yang semula menunduk, langsung terangkat wajahnya. "Apa?! Apa aku tidak salah dengar, Rey?" Reyfaldi tersenyum sekilas. "Bekerjalah lebih giat, agar kehidupan anakmu terjamin!" Alvian menyatukan kedua telapak tangannya seolah berterima kasih pada Reyfaldi. "Aku akan berusaha jadi karyawan terbaik. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kamu berikan, Rey!" Pria yang mengenakan kemeja hitam itu berpamitan. Ia berniat segera pulang karena mengingat
"Bibi Ella?" Wanita yang tengah hamil besar itu beringsut mundur kemudian berbalik badan dan pergi meninggalkan Ella di ruang tamu. Ia merasa sangat benci pada Bibinya itu. Namun, Reyfaldi langsung mencekalnya. "Ayolah, Sayang ... bukankah tadi kamu berniat akan memaafkannya," bujuk Reyfaldi. "Tuhan saja pemaaf, apagi kita yang hanya sebagai hamba," tambahnya lagi. Sofia termenung beberapa saat. "Baiklah ..., aku akan menemuinya!" Wanita bertubuh besar itu kemudian berbalik badan dan melangkah kembali ke ruang tamu. Ia menjatuhkan bokongnya dengan pelan di atas sofa. Sedangkan Reyfaldi memilih untuk menunggu di dalam kamar, tak ingin mencampuri urusan bibi dan keponakan itu. "Sofia ... akhirnya kamu mau menemuiku." Mata wanita itu berkaca-kaca. "Aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku dan Paman Danu. Kami melakukannya karena sangat terdesak. Pada saat itu, kami selalu diancam oleh debt collector. Sehingga kami merasa stress dan gelap mata. Tidak ada cara lain bagi kami selai
Sofia keluar dari ruangan tak layak huni tersebut. Ia menyeka air mata di pipi kemudian berbicara dengan Reyfaldi sambil berbisik."Sayang ..., bisa tolong Paman Danu? Aku sangat tidak tega melihatnya," ucap Sofia seraya menitikan air mata. Reyfaldi kemudian menyeka air di pipi Sofia dengan lembut. "Tentu, Sayang. Saya akan segera memanggil ambulace." Sofia mengangguk dan tersenyum haru. "Terima kasih, Sayang." Tak lama berselang, sebuah mobil ambulance tiba di depan jalan. Tim medis segera membawa Danu ke rumah sakit untuk diperiksa. Ella masuk dan duduk di dalam ambulance. Sedangkan Sofia bersama Reyfaldi mengikuti dari belakang. Setibanya di rumah sakit, Reyfaldi segera memesan kamar kelas VVIP, yaitu kamar termahal yang tersedia di rumah sakit tersebut. Danu segera ditangani oleh tim medis. Beberapa pengecekan dilakukan oleh dokter. Beruntung, bukan penyakit berbahaya yang diderita oleh Danu. Melainkan hanya asam urat namun cukup akut. "Sofia ... ruangan ini pasti sangat mah
"Mbooook ...!" Teriak Ella memecah keheningan. Mbok Nah segera berlari menghampiri Ella. Ia kaget melihat cairan yang sudah tergenang di kaki Sofia. "Nona ... Anda akan melahirkan?!" "Segera hubungi Reyfaldi! Aku akan membawa Sofia kerumah sakit bersalin!" titah Ella panik. Dengan panik. Wanita itu segera memboyong Sofia masuk ke dalam mobil peninggalan orang tua Sofia yang terparkir di halaman rumah Reyfaldi. Kemudian, Ella menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit bersalin tempat Sofia memeriksakan kehamilannya. Untungnya, wanita yang sempat menjadi pengemis itu sudah ahli dalam mengemudikan mobil. Sehingga, tak membutuhkan waktu yang lama untuk Sofia bisa tiba di Rumah sakit. Ella berlari ke bagian administrasi. Untung saja saldo di rekeningnya terisi uang hasil penjualan beberapa hari kebelakang. Sekitar 10 juta Ella melakukan deposit di rumah sakit tersebut. Tim medis segera bertindak dengan cepat. Sofia ditangani dengan sangat baik di rumah sakit
"Hari ini, kamu boleh pulang ke Jakarta," ucap Renata pemilik perusahaan tempat Sofia bekerja. Sofia Storia, atau biasa dipanggil dengan nama Sofia. Bekerja di salah satu perusahaan distributor makanan ringan ternama di kota Jakarta. Ia menjabat sebagai admin di perusahaan tersebut."Baik bu," jawabnya dengan hati riang.Mendengar itu, tentu saja ia merasa senang. Karena sudah tiga hari ini Sofia tidak bertemu dengan Alvian, suami yang sangat ia cintai. Karena kesibukanya yang harus mengurusi pekerjaan pembukaan toko cabang baru di kota Bandung. Sofia berniat memberikan kejutan pada suaminya. Maka, dengan sengaja, ia tak memberi kabar pada Alvian jika ia akan kembali lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya."Bu, saya pamit yaa ...," ucap Sofia pada Renata yang tengah duduk di kusi kerjanya. "Oke hati-hati ya, Sofia!" jawab perempuan berumur 40 tahun itu.Dengan ditemani lagu-lagu favoritnya. Sofia, wanita yang sangat mandiri itu mengendarai mobilnya sembari bernyanyi
"Menikahlah denganku!" Mendengar itu, Sofia tak langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia mengira suara itu hanya halusinasinya saja. Lagi pula, mana ada pria mengajak menikah di area makam seperti ini, pikirnya.Wanita itu terus menangis, mengusap rumput hias yang tumbuh subur berjejer diatas pusara ibunya. Namun, lagi-lagi ia mendengar suara bariton itu. Kali ini, suaranya terdengar sangat jelas. "Menikahlah denganku!" ucap pria misterius yang berdiri dibalik tubuhnya.Wanita itu menoleh ke arah sumber suara. Ia terkejut. Badanya terjengkang kebelakang. Jantungnya hampir saja melompat keluar dari tempatnya, setelah ia melihat sesosok yang berdiri dihadapanya. Pria itu menundukan wajahnya. Mengenakan setelan serba hitam. Setengah wajahnya tertutupi oleh masker dan topi hitam. Sehingga, Sofia tidak dapat mengenali rupanya dengan jelas. "Siapa kamu?" sentak Sofia seraya memegangi dadanya yang berdebar kencang. "Kenalkan, nama saya Reyfaldi." jawabnya sembari mengulurkan tangan meng
Sorot mata pria misterius itu seakan menghipnotis Sofia. Dibalik penampakannya yang menurut Sofia aneh, ternyata ia memiliki wajah yang sangat tampan. Manik matanya berwarna kecoklatan, hidung mancung, bibir merah alami dan garis rahang yang tegas. Setelah beberapa detik beradu pandang, pria tampan itu kembali menundukan wajahnya.Reyfaldi merasa malu, ia langsung merebut topi dari genggaman tangan Sofia. Kemudian, menyimpanya kembali diatas pucuk kepalanya. Sofia mematung beberapa saat, "Maaf!" ucapnya sembari memegangi masker penutup hidung milik Reyfaldi. Pria itu tidak menjawab kata yang terlontar dari mulut Sofia. Pandangan mata wanita itu masih tertuju pada wajah yang kini terlihat bentuk bibir dan hidungnya sebelum ia kembali mengalihkan pandangan pada jendela kaca mobil di sisi kirinya. Tanpa memberitahukan mereka akan pergi kemana. Reyfaldi menatap lurus kedepan menyalakan mesin mobilnya. Melaju menerobos hujan deras yang mengguyur kota Jakarta.Sofia diam dan tak ingin ber