Share

Bab.3 Bermalam Di Rumah Mewah

Sorot mata pria misterius itu seakan menghipnotis Sofia. Dibalik penampakannya yang menurut Sofia aneh, ternyata ia memiliki wajah yang sangat tampan. Manik matanya berwarna kecoklatan, hidung mancung, bibir merah alami dan garis rahang yang tegas. Setelah beberapa detik beradu pandang, pria tampan itu kembali menundukan wajahnya.

Reyfaldi merasa malu, ia langsung merebut topi dari genggaman tangan Sofia. Kemudian, menyimpanya kembali diatas pucuk kepalanya.

Sofia mematung beberapa saat, "Maaf!" ucapnya sembari memegangi masker penutup hidung milik Reyfaldi.

Pria itu tidak menjawab kata yang terlontar dari mulut Sofia. Pandangan mata wanita itu masih tertuju pada wajah yang kini terlihat bentuk bibir dan hidungnya sebelum ia kembali mengalihkan pandangan pada jendela kaca mobil di sisi kirinya.

Tanpa memberitahukan mereka akan pergi kemana. Reyfaldi menatap lurus kedepan menyalakan mesin mobilnya. Melaju menerobos hujan deras yang mengguyur kota Jakarta.

Sofia diam dan tak ingin bertanya akan dibawa kemana oleh pria misterius itu. Ia hanya duduk melamun menatap terpaan air hujan di kaca mobil Reyfaldi. Hatinya terasa sakit mengingat kejadian tadi siang di dalam kamar apartemennya.

"Apakah Alvian masih bersama wanita jalang itu? Mengapa dia begitu tega padaku? Ternyata, pengorbananku selama ini tak berarti untuknya." monolognya seraya menatap jendela samping mobil yang buram tertutupi lelehan air hujan.

Tiba-tiba, ponsel Sofia berdering. Terlihat nomor tidak dikenal di layar ponselnya. Tanpa ragu, Sofia menjawab panggilan telepon itu.

"Hallo."

"Hallo! Bibi mu kabur kemana, hah? Dia sudah tidak membayar hutang-hutangnya selama dua bulan! Jika dia tidak membayarnya, maka kamulah yang harus membayar hutang-hutang Bibimu yang kini sudah mencapai 150 juta!" sentak penelepon bersuara bariton itu.

Sofia baru ingat, jika bibi Ella pernah mengajukan pinjaman uang untuk usahanya, menggunakan data pribadi Sofia, karena KTP Bibi Ella hilang entah kemana.

Bibi Ella adalah adik dari almarhum ayah Sofia. Usaha Bibi Ella dan suaminya bangkrut. Akibatnya, mereka menjual semua asetnya hingga mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal.

Semenjak orang tuanya meninggal, Sofia tinggal bersama Bibi Ella dan suaminya, Paman Danu, dirumah peninggalan almarhum orang tua Sofia. Namun, siapa sangka, mereka malah menusuk Sofia dari belakang. Mereka merampas warisannya dan meninggalkan hutang dengan nominal yang cukup banyak.

"Saya tidak tau Bibi saya pergi kemana, jangan ganggu saya!" jawab Sofia dengan suara sedikit bergetar, lalu mengakhiri panggilanya.

Belum habis kegalauanya. Kini ia dihadapkan pada satu masalah yang sangat pelik. Mana mungkin ia bisa membayar hutang-hutang bibinya yang nominalnya sangat besar menurutnya.

Namun, Sofia berharap penelepon tadi tidak akan mengganggunya lagi, setelah ia memblokir nomornya. Dan akan segera mengganti nomor teleponya, bila perlu.

Reyfaldi diam dan fokus menyetir. Namun, ia mengetahui jika ada sesuatu yang tidak beres menimpa wanita gendut itu. Reyfaldi berpikir, Jika ia bertanya pun, pasti Sofia tidak akan menceritakan permasalahnya.

Kini, mobil mewah itu terhenti di area halaman rumah yang cukup luas. Rumah yang terdapat banyak dinding kaca seperti rumah impian Sofia.

"Rumah siapa ini?" tanya Sofia seraya menebarkan pandangan dari balik kaca mobil.

"Kamu bisa tinggal dirumah ini untuk sementara waktu." jawab pria misterius itu.

"Tidak! Aku tidak mau tinggal bersama orang yang tidak aku kenal." tolak Sofia mentah-mentah.

"Memangnya kamu mau kemana? Sebentar lagi hari akan gelap. Setidaknya, bermalam lah disini, hingga kamu dapat berfikir apa yang akan kamu lakukan besok." tawar Reyfaldi.

"Tapi--." Belum selesai wanita itu berkata.

Reyfaldi keluar dari mobilnya. Ia berjalan memutari mobil kemudian membuka pintu sebelah Sofia, membantu memapah wanita itu masuk kerumahnya.

Sofia menghentikan langkahnya tepat di hadapan pintu rumah Reyfaldi. Ia menebarkan pandangan ke seisi rumah, sesaat setelah Reyfaldi membuka pintu rumahnya.

Tampak ruangan yang luas dengan interior minimalis namun mewah terpampang di hadapanya. Sepertinya, Reyfaldi bukan orang biasa-biasa. Belum habis rasa penasaranya, pria aneh itu berkata,

"Ayo masuk! Ada Mbok Nah yang akan menemanimu disini. Saya akan bermalam dirumah kakek saya!" ucap Reyfaldi dengan cepat.

"Oiyaa..., nanti saya akan memerintahkan sopir saya untuk mengambilkan mobilmu. Berikan kunci mobilnya!" pinta Reyfaldi sembari menandahkan tanganya.

"Tidak! Saya belum mengenal siapa kamu. Saya akan pergi dari sini!" bantah Sofia membalikan badanya melangkah tertatih ke arah luar rumah.

"Lantas, kamu akan pergi kemana? Kembali ke apartemen suamimu?" tanya Reyfaldi.

Mendengar itu, Sofia menghentikan langkahnya. Kemudian, berpikir sejenak. Ada benarnya juga omongan pria aneh itu. Sofia tak mungkin kembali ke apartemen Alvian malam ini. Lagi pula, ia merasa tidak punya harga diri jika ia kembali ke apartemen itu.

Namun, Sofia tidak ingin merepotkan orang lain, terlebih lagi, ia belum mengenal siapa pria aneh yang tengah bersamanya itu.

"Sudah saya katakan, menginaplah disini! Setidaknya hanya malam ini, hingga kamu dapat berpikir akan kemana besok," tutur pria tampan itu.

Sofia membalikan badanya pelan. Kemudian, berjalan tertatih mendekati Reyfaldi yang sedari tadi berdiri di pintu masuk menatap ke arahnya.

"Berikan kunci mobilmu!" pinta Reyfaldi kembali menadahkan tanganya.

Sofia merogoh saku celananya yang lusuh itu. Kemudian, menaruh kunci mobilnya diatas telapak tangan pria misterius itu.

"Mboook ...," panggil Reyfaldi.

Datang seorang pelayan wanita berumur sekitar 45 tahun memakai pakaian khas pelayan berwarna hitam. pelayan wanita itu biasa dipanggil dengan sebutan, Mbok Nah.

"Iya Tuan," jawabnya dengan membungkukan badan.

"Tolong siapkan kamar untuknya. Kemudian, berikan ia makan." perintah Reyfaldi pada pelayan wanita itu.

Tanpa berlama-lama, pria misterius itu berbalik badan, berjalan menjauhi Sofia. Ia masuk kedalam mobilnya. Kemudian, pergi entah kemana.

"Mari silahkan ikut saya, Nona," ucap wanita itu membuyarkan fokus pandangan Sofia yang sedari tadi menatap ke arah Reyfaldi.

Wanita bertubuh gempal itu mengedarkan pandanganya ke segala arah. Ia menatap interior rumah itu dengan perasaan kagum. Kakinya melangkah sambil tertatih-tatih mengikuti arah langkah pelayan wanita itu.

"Silahkan, Nona. Ini kamar anda," persila wanita itu membuka pintu kamar untuk Sofia, lalu kembali ke tempatnya semula.

Sofia masuk ke kamar itu. Ia memperhatikan seluruh isi kamar tersebut. Mulai dari tembok yang dihiasi interior elegan hingga ranjang berukuran besar yang setara dengan hotel berbintang lima.

"Waaah ... Siapa dia sebenarnya?" gumam Sofia.

Tak lama berselang, terdengar suara ketukan pintu. Diiringi dengan panggilan, "Permisi, Nona. saya mau mengantarkan pakaian."

"Masuk!" sahut Sofia.

Pelayan itu membuka pintu kamar. Kemudian, menyimpan beberapa helai pakaian dan handuk diatas tempat tidur.

"Terimakasih, Mbok." ucap Sofia tersenyum ramah.

Setelah pelayan itu pergi dari kamarnya. Sofia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. "Ck ... wah, keren sekali kamar mandinya!" ia berdecak kagum melihat bathub mewah berwarna putih yang dilengkapi dengan jacuzzi.

wanita itu melangkah masuk. Mengusap dinding bathub tersebut dengan halus, dan melihat ke sekelilingnya. Terdapat ruangan bilas dengan tiang shower berbentuk kotak besar. Apa yang ia lihat, sungguh sangat jauh berbeda dengan kamar mandi yang ada di apartemenya.

Wanita itu membersihkan diri. Kemudian, mengganti pakaian lusuhnya dengan pakaian yang diberikan oleh pelayan tadi.

Sofia memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Rambutnya terlihat sedikit acak-acakan. Tetapi, pelayan tadi tidak memberinya sisir. Sofia mencoba mencarinya sendiri dengan membuka laci meja rias yang ada dikamar tersebut. Namun, ketika tangannya berhasil menarik tuas laci dan membukanya, sontak ia kaget. Matanya terbelalak, ketika melihat sebuah foto dari dalam laci tersebut.

"Hah. Ternyata pria itu ...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status