Sorot mata pria misterius itu seakan menghipnotis Sofia. Dibalik penampakannya yang menurut Sofia aneh, ternyata ia memiliki wajah yang sangat tampan. Manik matanya berwarna kecoklatan, hidung mancung, bibir merah alami dan garis rahang yang tegas. Setelah beberapa detik beradu pandang, pria tampan itu kembali menundukan wajahnya.
Reyfaldi merasa malu, ia langsung merebut topi dari genggaman tangan Sofia. Kemudian, menyimpanya kembali diatas pucuk kepalanya.Sofia mematung beberapa saat, "Maaf!" ucapnya sembari memegangi masker penutup hidung milik Reyfaldi.Pria itu tidak menjawab kata yang terlontar dari mulut Sofia. Pandangan mata wanita itu masih tertuju pada wajah yang kini terlihat bentuk bibir dan hidungnya sebelum ia kembali mengalihkan pandangan pada jendela kaca mobil di sisi kirinya.Tanpa memberitahukan mereka akan pergi kemana. Reyfaldi menatap lurus kedepan menyalakan mesin mobilnya. Melaju menerobos hujan deras yang mengguyur kota Jakarta.Sofia diam dan tak ingin bertanya akan dibawa kemana oleh pria misterius itu. Ia hanya duduk melamun menatap terpaan air hujan di kaca mobil Reyfaldi. Hatinya terasa sakit mengingat kejadian tadi siang di dalam kamar apartemennya."Apakah Alvian masih bersama wanita jalang itu? Mengapa dia begitu tega padaku? Ternyata, pengorbananku selama ini tak berarti untuknya." monolognya seraya menatap jendela samping mobil yang buram tertutupi lelehan air hujan.Tiba-tiba, ponsel Sofia berdering. Terlihat nomor tidak dikenal di layar ponselnya. Tanpa ragu, Sofia menjawab panggilan telepon itu."Hallo.""Hallo! Bibi mu kabur kemana, hah? Dia sudah tidak membayar hutang-hutangnya selama dua bulan! Jika dia tidak membayarnya, maka kamulah yang harus membayar hutang-hutang Bibimu yang kini sudah mencapai 150 juta!" sentak penelepon bersuara bariton itu.Sofia baru ingat, jika bibi Ella pernah mengajukan pinjaman uang untuk usahanya, menggunakan data pribadi Sofia, karena KTP Bibi Ella hilang entah kemana.Bibi Ella adalah adik dari almarhum ayah Sofia. Usaha Bibi Ella dan suaminya bangkrut. Akibatnya, mereka menjual semua asetnya hingga mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal.Semenjak orang tuanya meninggal, Sofia tinggal bersama Bibi Ella dan suaminya, Paman Danu, dirumah peninggalan almarhum orang tua Sofia. Namun, siapa sangka, mereka malah menusuk Sofia dari belakang. Mereka merampas warisannya dan meninggalkan hutang dengan nominal yang cukup banyak."Saya tidak tau Bibi saya pergi kemana, jangan ganggu saya!" jawab Sofia dengan suara sedikit bergetar, lalu mengakhiri panggilanya.Belum habis kegalauanya. Kini ia dihadapkan pada satu masalah yang sangat pelik. Mana mungkin ia bisa membayar hutang-hutang bibinya yang nominalnya sangat besar menurutnya.Namun, Sofia berharap penelepon tadi tidak akan mengganggunya lagi, setelah ia memblokir nomornya. Dan akan segera mengganti nomor teleponya, bila perlu.Reyfaldi diam dan fokus menyetir. Namun, ia mengetahui jika ada sesuatu yang tidak beres menimpa wanita gendut itu. Reyfaldi berpikir, Jika ia bertanya pun, pasti Sofia tidak akan menceritakan permasalahnya.Kini, mobil mewah itu terhenti di area halaman rumah yang cukup luas. Rumah yang terdapat banyak dinding kaca seperti rumah impian Sofia."Rumah siapa ini?" tanya Sofia seraya menebarkan pandangan dari balik kaca mobil."Kamu bisa tinggal dirumah ini untuk sementara waktu." jawab pria misterius itu."Tidak! Aku tidak mau tinggal bersama orang yang tidak aku kenal." tolak Sofia mentah-mentah."Memangnya kamu mau kemana? Sebentar lagi hari akan gelap. Setidaknya, bermalam lah disini, hingga kamu dapat berfikir apa yang akan kamu lakukan besok." tawar Reyfaldi."Tapi--." Belum selesai wanita itu berkata.Reyfaldi keluar dari mobilnya. Ia berjalan memutari mobil kemudian membuka pintu sebelah Sofia, membantu memapah wanita itu masuk kerumahnya.Sofia menghentikan langkahnya tepat di hadapan pintu rumah Reyfaldi. Ia menebarkan pandangan ke seisi rumah, sesaat setelah Reyfaldi membuka pintu rumahnya.Tampak ruangan yang luas dengan interior minimalis namun mewah terpampang di hadapanya. Sepertinya, Reyfaldi bukan orang biasa-biasa. Belum habis rasa penasaranya, pria aneh itu berkata,"Ayo masuk! Ada Mbok Nah yang akan menemanimu disini. Saya akan bermalam dirumah kakek saya!" ucap Reyfaldi dengan cepat."Oiyaa..., nanti saya akan memerintahkan sopir saya untuk mengambilkan mobilmu. Berikan kunci mobilnya!" pinta Reyfaldi sembari menandahkan tanganya."Tidak! Saya belum mengenal siapa kamu. Saya akan pergi dari sini!" bantah Sofia membalikan badanya melangkah tertatih ke arah luar rumah."Lantas, kamu akan pergi kemana? Kembali ke apartemen suamimu?" tanya Reyfaldi.Mendengar itu, Sofia menghentikan langkahnya. Kemudian, berpikir sejenak. Ada benarnya juga omongan pria aneh itu. Sofia tak mungkin kembali ke apartemen Alvian malam ini. Lagi pula, ia merasa tidak punya harga diri jika ia kembali ke apartemen itu.Namun, Sofia tidak ingin merepotkan orang lain, terlebih lagi, ia belum mengenal siapa pria aneh yang tengah bersamanya itu."Sudah saya katakan, menginaplah disini! Setidaknya hanya malam ini, hingga kamu dapat berpikir akan kemana besok," tutur pria tampan itu.Sofia membalikan badanya pelan. Kemudian, berjalan tertatih mendekati Reyfaldi yang sedari tadi berdiri di pintu masuk menatap ke arahnya."Berikan kunci mobilmu!" pinta Reyfaldi kembali menadahkan tanganya.Sofia merogoh saku celananya yang lusuh itu. Kemudian, menaruh kunci mobilnya diatas telapak tangan pria misterius itu."Mboook ...," panggil Reyfaldi.Datang seorang pelayan wanita berumur sekitar 45 tahun memakai pakaian khas pelayan berwarna hitam. pelayan wanita itu biasa dipanggil dengan sebutan, Mbok Nah."Iya Tuan," jawabnya dengan membungkukan badan."Tolong siapkan kamar untuknya. Kemudian, berikan ia makan." perintah Reyfaldi pada pelayan wanita itu.Tanpa berlama-lama, pria misterius itu berbalik badan, berjalan menjauhi Sofia. Ia masuk kedalam mobilnya. Kemudian, pergi entah kemana."Mari silahkan ikut saya, Nona," ucap wanita itu membuyarkan fokus pandangan Sofia yang sedari tadi menatap ke arah Reyfaldi.Wanita bertubuh gempal itu mengedarkan pandanganya ke segala arah. Ia menatap interior rumah itu dengan perasaan kagum. Kakinya melangkah sambil tertatih-tatih mengikuti arah langkah pelayan wanita itu."Silahkan, Nona. Ini kamar anda," persila wanita itu membuka pintu kamar untuk Sofia, lalu kembali ke tempatnya semula.Sofia masuk ke kamar itu. Ia memperhatikan seluruh isi kamar tersebut. Mulai dari tembok yang dihiasi interior elegan hingga ranjang berukuran besar yang setara dengan hotel berbintang lima."Waaah ... Siapa dia sebenarnya?" gumam Sofia.Tak lama berselang, terdengar suara ketukan pintu. Diiringi dengan panggilan, "Permisi, Nona. saya mau mengantarkan pakaian.""Masuk!" sahut Sofia.Pelayan itu membuka pintu kamar. Kemudian, menyimpan beberapa helai pakaian dan handuk diatas tempat tidur."Terimakasih, Mbok." ucap Sofia tersenyum ramah.Setelah pelayan itu pergi dari kamarnya. Sofia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. "Ck ... wah, keren sekali kamar mandinya!" ia berdecak kagum melihat bathub mewah berwarna putih yang dilengkapi dengan jacuzzi.wanita itu melangkah masuk. Mengusap dinding bathub tersebut dengan halus, dan melihat ke sekelilingnya. Terdapat ruangan bilas dengan tiang shower berbentuk kotak besar. Apa yang ia lihat, sungguh sangat jauh berbeda dengan kamar mandi yang ada di apartemenya.Wanita itu membersihkan diri. Kemudian, mengganti pakaian lusuhnya dengan pakaian yang diberikan oleh pelayan tadi.Sofia memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Rambutnya terlihat sedikit acak-acakan. Tetapi, pelayan tadi tidak memberinya sisir. Sofia mencoba mencarinya sendiri dengan membuka laci meja rias yang ada dikamar tersebut. Namun, ketika tangannya berhasil menarik tuas laci dan membukanya, sontak ia kaget. Matanya terbelalak, ketika melihat sebuah foto dari dalam laci tersebut."Hah. Ternyata pria itu ....""Mas Alvian?" Manik mata Sofia membola sempurna, ketika membalikan dan melihat foto yang tersimpan tertelungkup di dalam laci meja di kamar tersebut."Hah. Ini kan mas Alvian sewaktu SMP. Mengapa ia berfoto dengan si pria aneh itu? Siapa dia sebenarnya ?" monolognya sembari memandangi foto klasik itu. Melihat itu, rasa penasaran Sofia semakin menjadi. Tanganya terus merogoh isi laci tersebut untuk mencari tau lebih banyak. Namun, ia tak menemukan apapun lagi disana, kecuali beberapa barang seperti jam tangan, sisir dan lain-lain. Belum habis rasa penasaranya, tiba-tiba terdengar suara deru mesin mobil yang sudah tidak asing lagi di telinganya. Suara yang berasal dari arah halaman depan rumah itu. "Apakah itu mobilku?" gumamnya. Sofia menyingkap kain penutup jendela yang ada di kamar itu. Kemudian, melihat ke arah sumber suara. Benar saja. Mobilnya sudah terparkir disana. Pria tinggi berbadan tegap terlihat keluar dari pintu mobilnya. Pria itu melangkahkan kakinya menuju pintu mas
"Hah, kamu ada disini? ucap Sofia ketika melihat sosok pria misterius itu duduk membelakangi Sofia. "Silahkan, Nona." pelayan ramah itu mempersilahkan Sofia untuk duduk disebelah pria aneh itu. Sofia menjatuhkan bokongnya pelan diatas kursi makan. Selera makanya menjadi berkurang, setelah melihat Reyfaldi duduk disana. Kali ini, pria aneh itu tak memakai topi hitamnya. Sehingga wajahnya terlihat dengan sangat jelas. Tanpa berkata apapun, pria itu melahap sesuap demi sesuap makanan yang tersaji di atas piring dihadapanya. Sofia menelan salivanya, setelah melihat beberapa menu makanan yang tersaji diatas meja makan itu. Sepertinya semuanya sangat lezat. Aroma nya pun tercium hingga membuat perutnya meronta meminta segera diisi. "Makanlah!" ucap pria aneh itu tanpa melihat ke arahnya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Wanita bertubuh gendut itu pun langsung mengambil beberapa sendok nasi dan lauk pauk yang tersaji. Kemudian, memindahkanya ke atas piring makannya. Tanpa
Di makam yang sunyi itu, Sofia menoleh ke arah dimana sosok bayangan itu berdiri. Ia mendekatinya sembari terisak."Reyfaldi, aku bersedia menikah denganmu. Masih berlakukah tawaran itu?"Tiba-tiba saja wanita gendut itu memeluk Reyfaldi dengan erat. Ia menangis terisak di bahunya. Reyfaldi membeku, diam mematung membiarkan tubuhnya berada di dalam dekapan wanita itu beberapa saat. pria pemilik mata cokelat itu benar-benar merasa iba.Saat ini, Sofia merasa sedang berada dititik terendah hidupnya. Selain hatinya yang telah hancur lebur, hidupnya pun menjadi berantakan. "Andai saja bunuh diri itu tidak dosa, mungkin sudah aku lakukan.""Menangislah sepuasnya. Hingga kau tak akan pernah menangisi hal yang sama untuk yang kedua kalinya." ucap pria aneh itu. Reyfaldi merasakan sesuatu yang dingin di area bahunya. kemeja putih yang ia kenakan telah basah oleh air yang merembes keluar dari mata cantik wanita itu. Tanpa ingin berlama-lama di area makam, Pria itu menuntun Sofia berjalan hing
Mata Sofia membola, ketika ia mendengar pria aneh itu berkata, "Bunuh saja, itu sudah membahayakan!" "Apaaa?" Sofia memekik. Reyfaldi langsung memutar badanya, menoleh ke arah wanita itu dengan posisi ponsel masih menempel di telinganya. Sofia menatapnya dengan wajah ketakutan. "Nanti saya hubungi lagi!" ucap Reyfaldi mengakhiri panggilan teleponya. Sofia mundur beberapa langkah, matanya menatap tajam. Ia mengira Reyfaldi adalah seorang psikopat atau sejenisnya. Mengingat kepribadianya yang menurut Sofia sangatlah aneh. "Apa yang kamu dengar barusan?" tanya Reyfaldi. "Tidak, Hentikan! Jangan mendekat!" sentaknya, ketika pria itu melangkah mendekati dirinya. "Kamu akan membunuh siapa, hah?" tanyanya lagi, dengan wajah ketakutan. "Barusan saya berbicara dengan perawat kakek saya. Ia bilang ada ular di halaman belakang. Jadi, saya perintahkan untuk membunuh ular itu. Apakah saya salah?" jawab pria misterius itu."Jangan bohong kamu!" sentak Sofia."Untuk apa saya berbohong? jika k
Tiba-tiba, ponsel di genggaman tangan Sofia berdering. Terlihat nama Renata di layar ponselnya. Dengan cepat, wanita itu menjawab panggilanya."Sofia, cepat kamu kesini." ucap Renata dengan suara bergetar. Tanpa membuang waktu, Sofia langsung berbalik badan, berlari menuju lokasi tempat Sofia bekerja yang jaraknya tidak begitu jauh dari kosan, diikuti langkah kaki Reyfaldi."Hentikan!" teriak Sofia dengan nafas terengah-engah. Mendengar itu, dua pria berpostur tinggi besar yang tengah melempar beberapa barang di gudang distributor milik Renata langsung terdiam seketika. Masih dengan orang yang sama, yang merampas paksa mobil Sofia kemarin. Dua pria itu menoleh ke arah Sofia. Kemudian, tersenyum miring, seolah senang telah berhasil menemukan targetnya. Dua pria itu langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, dengan cepat Reyfaldi langsung menghadangnya. berdiri tegap didepan pria berwajah kasar itu seraya menatap tajam padanya. "Sebutkan, berapa total utang-utangnya?" tanya Reyfaldi d
"Menikah resmi?""Ya! Saya tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Namun, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika kamu tidak mengizinkan saya untuk menyentuhmu, maka sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menyentuhmu," ujar pria tampan itu sembari menatap layar ponselnya. Sofia tersenyum miring mendengarnya, "Tentu saja aku tidak akan mau menyerahkan tubuhku pada laki-laki yang tidak aku cintai," monolognya seraya mendelikan mata. Reyfaldi menoleh ke arah wanita gendut itu, "Bagimana? Bukankah sebelumnya kamu sudah setuju! Atau--, apakah kamu berubah pikiran?" "Tidak! Aku tidak berubah pikiran." jawab Sofia menggeleng cepat Wanita gendut itu tau diri, jika ia sampai membatalkan kesepakatan yang sudah ia buat, pria misterius itu pasti akan meminta kembali uang yang telah ia keluarkan untuk rentenir itu. Lagipula, jika Sofia sampai membatalkan perjanjianya. Tentu ia tidak akan bisa membalaskan dendamnya pada Alvian. Sofia tidak akan merasa puas sebelum melihat laki-la
"Hah. Mas Alvian?" Matanya menangkap sebuah pemandangan yang tak mengenakan. Sepasang pria dan wanita yang telah mengahancurkan hatinya itu melintas di hadapanya sembari bergandengan tangan dengan mesra. Melihat itu, hatinya bagai tersayat belati. Hingga saat ini, ia masih tak menyangka jika Alvian akan tega menyakitinya. Namun, inilah kehidupan. Terkadang, kita tidak dapat menebak apa yang akan terjadi di kemudian hari. Untungnya, sepasang manusia jahat itu tak melihat ke arahnya. Mereka berjalan dan berbincang seru dengan wajah yang berseri-seri. Tanpa ada rasa berdosa sedikitpun. "Dasar jahat! Lihat saja, suatu hari nanti aku akan membalas perbuatan kalian!" gumamnya."Sebaiknya, alihkan pandanganmu. Tak ada gunanya kamu terus memandanginya. Itu hanya akan membuat hatimu semakin hancur!" Tutur pria yang duduk dihadapan Sofia seraya menyantap menu sushi yang sedari tadi belum habis. "Aku benar-benar tidak menyangka, jika suamiku akan tega mengkhianatiku hanya karena perubahan be
Sesaat, setelah pintu dibuka oleh pelayan wanita yang sedari tadi berdiri di samping pintu. Terlihat sebuah ruangan dengan alat-alat canggih dan tempat tidur pasien di dalamnya. "Reyfaldi?!" sapa wanita cantik yang duduk di kursi kejayaanya memakai jas berwarna putih. "Hai, Tamara," sahut pria tampan itu melempar senyum. Pria dan wanita cantik itu bersalaman. Ada sesuatu yang lain di wajah pria itu. Tidak biasanya ia tersenyum dengan ramah. Namun, kali ini ia mengembangkan senyumnya dengan sangat manis pada wanita dihadapanya. Siapa wanita itu? "Oya. kenalkan, Teman saya," ucap Reyfaldi sembari mengarahkan tanganya pada Sofia. "Sofia!" "Hai, Sofia. Saya Tamara. Tetangga Reyfaldi, ketika kami tinggal di Amerika. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita cantik itu dengan ramah."Buatlah dia menjadi langsing dan lebih cantik lagi " pinta Reyfaldi pada Tamara. "Oh, gampang! Itu hal yang sangat mudah," jawab Dokter cantik itu tersenyum.Setelah berbincang, berkonsultasi dan melakukan