"Menikahlah denganku!"
Mendengar itu, Sofia tak langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia mengira suara itu hanya halusinasinya saja. Lagi pula, mana ada pria mengajak menikah di area makam seperti ini, pikirnya.Wanita itu terus menangis, mengusap rumput hias yang tumbuh subur berjejer diatas pusara ibunya. Namun, lagi-lagi ia mendengar suara bariton itu. Kali ini, suaranya terdengar sangat jelas."Menikahlah denganku!" ucap pria misterius yang berdiri dibalik tubuhnya.Wanita itu menoleh ke arah sumber suara. Ia terkejut. Badanya terjengkang kebelakang. Jantungnya hampir saja melompat keluar dari tempatnya, setelah ia melihat sesosok yang berdiri dihadapanya.Pria itu menundukan wajahnya. Mengenakan setelan serba hitam. Setengah wajahnya tertutupi oleh masker dan topi hitam. Sehingga, Sofia tidak dapat mengenali rupanya dengan jelas."Siapa kamu?" sentak Sofia seraya memegangi dadanya yang berdebar kencang."Kenalkan, nama saya Reyfaldi." jawabnya sembari mengulurkan tangan mengajak bersalaman.Wanita bertubuh gempal itu diam membatu, tidak membalas ajakan bersalaman pria berpenampilan aneh itu. Melihat Sofia yang tak menyambut uluran tanganya, Reyfaldi menarik kembali tanganya, memasukan ke dalam saku celananya."Saya tidak kenal kamu. Jangan macam-macam ya! Kalau kamu berani macam-macam, saya akan berteriak!" ancam Sofia yang benar-benar merasa ketakutan.wanita berkemeja putih itu bangkit dari posisi duduknya. Ia berdiri, beringsut mundur beberapa langkah menjauh dari sosok misterius itu. Wajahnya terlihat sangat tegang. Rasa kecewa yang bertubi-tubi, menjadikannya tidak mudah untuk mempercayai manusia. Apalagi pada orang yang baru dilihatnya."Sejak kapan orang aneh ini ada disini? Perasaan tadi tidak ada siapa-siapa di area makam ini." monolognya seraya menatap tajam ke arah Reyfaldi.Di area makam yang luas dan sangat sepi itu, Sofia benar-benar merasa ketakutan, ia takut pria yang saat ini berdiri di hadapannya akan berbuat jahat padanya. pikirnya, jika ia berteriak pun, tidak akan ada orang yang akan mendengarkan teriakannya. Namun, sosok kaku itu hanya berdiri, mematung dan menunduk."Kamu tidak perlu takut pada saya, kita pernah bertemu sebelumnya, ketika menjemput jenazah orang tua kita di bandara halim perdana kusuma," ujarnya."Hah. Apa maksudmu?" tanya Sofia kebingungan."Ini adalah makam orang tua saya," terang pria itu menunjuk ke sebelahnya.Sofia menoleh ke arah telunjuk itu mengarah. Ia melihat dua makam yang tanggal wafatnya sama dengan tanggal wafat ayah dan ibunya.Kedua orang tua Sofia meninggal dalam insiden kecelakaan pesawat. Kala itu, ia belum menikah dengan Alvian. Reyfaldi, yang berkepribadian introvert itu, pertama kali melihat Sofia ketika menunggu kedatangan jenazah orang tua mereka di bandara.Masih teringat jelas di ingatan Reyfaldi, ketika ia melihat wanita itu meraung menangis memanngil-manggil ayah dan ibunya, kemudian ambruk terkulai lemas tak sadarkan diri di atas lantai.Melihat makam yang ditunjuk oleh pria itu, ketakutan Sofia menjadi sedikit berkurang. Namun, tetap saja ia harus waspada pada orang yang baru pertama kali dilihatnya itu."Maaf. Secara tidak sengaja, saya mendengarkan percakapanmu barusan. Jika kamu sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Kamu bisa menikah dan tinggal bersama saya," ucap pria berpakaian serba hitam itu.Mendengar itu, Sofia tercengang, matanya membola seketika. Bagaimana bisa, pria yang baru saja dilihatnya mengajaknya menikah dengan mudahnya. Benar-benar tidak masuk akal!Sofia mendengus tersenyum getir. Tentu saja ia langsung menolaknya. Jangankan menikah dengan orang yang baru ia lihat. Menikah dengan orang yang sudah ia kenal bertahun-tahun pun bisa tega menyakitinya."Tidak! aku tidak kenal kamu. Tentu saja aku tidak mau menikah dengan kamu!" sentak Sofia menggelengkan kepalanya cepat."Baiklah kalau begitu. Tapi setelah ini, kamu akan pergi kemana? Bukankah suamimu telah mencampakanmu dan kamu sudah tidak mempunyai tempat tinggal?" tanya Reyfaldi.Perkataan pria aneh itu cukup membuatnya kaget. Saking sedihnya, ia sampai tidak menyadari jika pria itu sedari tadi berada di belakangnya, mendengar semua percakapan dirinya dengan almarhum ibunya."Apa pedulimu? Toh kamu juga tidak kenal dengan aku, kan!" jawab Sofia."Saya tau kamu. Kamu adalah istrinya Alvian." ucap Reyfaldi."Hah?" Sofia terbelalak, rupanya lelaki misterius itu sudah banyak mengetahui tentang dirinya."Meski begitu, tetap saja aku tidak mau menikah denganmu!" sentak Sofia padanya.Mendengar itu, Reyfaldi yang sedaritadi menundukkan kepalanya, kini sedikit mengangkat wajahnya. Ia menatap tajam ke arah Sofia.Melihat sorot mata pria aneh itu. Sofia menjadi ketakutan. Perlahan ia melangkah mundur. Kemudian, berbalik badan dan berjalan cepat meninggalkan area makam itu.Namun, pria itu berusaha mengejar langkahnya. Sesekali Sofia menoleh kebelakang. Ternyata, pria itu mengikutinya. Sofia terus mempercepat langkah kakinya. Lalu, berlari kencang dengan panik. Tiba-tiba saja,"Awww...!" Sofia memekik.Kakinya tergelincir. Tubuh gempal itu ambruk diatas batu nisan. Darah segar merembes keluar dari kakinya, setelah terkena ujung tembok nisan yang tajam. Tanganya pun ikut tergores.Sofia terduduk seraya merintih kesakitan. Ia berusaha bangkit. Namun, ia kesulitan mengangkat tubunya sendiri. Kaki kirinya seperti terkilir, ia tidak bisa berdiri dan berjalan.Awan hitam terlihat sudah semakin pekat. Suara guntur yang mulanya terdengar samar saling bersahutan, kini terdengar sangat jelas. Kilatan cahaya nya pun terasa dekat berkilau menembus tanah. Tetesan air hujan mulai turun membasahi area makam itu.Melihat itu, Reyfaldi mencoba membantu Sofia berdiri. Namun, Sofia menolak dan mengehempaskan pegangan tangan pria itu dengan kasar."Tidak! Jangan sentuh saya." sentaknya."Izinkan saya membantumu, Sofia. kamu tidak akan bisa berjalan jika kondisimu seperti ini." jawab Reyfaldi seraya melingkarkan lengan Sofia ke belakang lehernya. Kemudian, berusaha mengangkat tubuh gempalnya.Namun, lagi-lagi Sofia meronta dan tak ingin Reyfaldi menyentuhnya."Darimana kamu tau namaku?" tanya Sofia keheranan."Sekarang, Itu tidak penting. Yang terpenting adalah saya harus segera menolongmu. Sebelum hujan turun dengan deras." ucap pria misterius itu.Melihat darah yang merembes keluar dari kaki cukup banyak. Reyfaldi tiba-tiba saja membuka bajunya. Sofia berteriak ketakutan. Ia mengira pria itu akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Namun, dengan cepat Reyfaldi mengikatkan bajunya ke kaki Sofia, agar darahnya terhenti.Reyfaldi membantu mengangkat dan menopang tubuh Sofia. Kini, wanita itu pun merasa tak punya pilihan lain, selain membiarkan pria misterius itu menolongnya. Tetesan air hujan sudah semakin membasahi tubuh mereka berdua. Reyfaldi memapah wanita bertubuh gempal itu hingga masuk ke dalam mobilnya."Mengapa kamu malah membawa saya masuk ke dalam mobilmu? Mobilku berada disana." tunjuk wanita itu ke lawan arah.Mendengar itu, Reyfaldi tak menjawabnya. Ia menoleh kebelakang meraih jaket yang tergeletak di kursi belakang mobilnya. Lalu, mengenakanya. Ia segera menyalakan mesin mobilnya. Melaju membelah jalanan ibu kota yang tidak terlalu padat.Sofia merasa ketakutan dengan sikap Reyfaldi yang menurutnya aneh itu. Ia mengira, Reyfaldi adalah seorang psikopat atau penculik yang jahat."kamu akan membawaku kemana?" tanya Sofia dengan suara sedikit bergetar.Masih dibalik kemudi mobilnya. Sembari menatap lurus kedepan. Lagi-lagi pria itu tak menjawab pertanyaannya. Ia malah menoleh ke arah Sofia. tergurat raut ketakutan dari wajah chubynya. Tingkahnya pun memperlihatkan jika ia merasa sangat tidak nyaman."Tenang saja Sofia. Saya tidak akan menyakitimu!" terang lelaki bertopi hitam itu.Sofia yang sudah tidak mampu berjalan sendiri itu akhirnya pasrah. Ia membiarkan pria misterius itu membawanya pergi entah kemana.Kini mobilnya terhenti di area parkir klinik rumah sakit. Reyfaldi turun dari mobil mewahnya, berjalan memutar membukakan pintu sebelah Sofia. Kemudian, membantu memapahnya masuk kedalam klinik tersebut.Setelah Sofia selesai diobati dan mendapatkan dua jahitan di betisnya. Reyfaldi kembali memapah wanita itu masuk kedalam mobilnya.Sofia duduk dan tak bicara sepatah katapun. Ia hanya melamun memandangi rintikan air hujan yang mengalir dibalik kaca mobil Reyfaldi."Maafkan saya Sofia. Karena saya, kamu menjadi terluka seperti ini," ucap pria yang duduk dibalik kemudi mobilnya.Sofia menoleh pelan ke arah pria aneh itu. Ia sangat penasaran dengan wajah yang sedari tadi tertutupi oleh masker dan topi hitam. Secepat kilat, tangan wanita itu menarik masker dan topi yang menutupi setengah wajahnya.Namun, mata wanita itu sedikit membola, Ia merasa terhipnotis oleh raut wajah misterius itu.Sorot mata pria misterius itu seakan menghipnotis Sofia. Dibalik penampakannya yang menurut Sofia aneh, ternyata ia memiliki wajah yang sangat tampan. Manik matanya berwarna kecoklatan, hidung mancung, bibir merah alami dan garis rahang yang tegas. Setelah beberapa detik beradu pandang, pria tampan itu kembali menundukan wajahnya.Reyfaldi merasa malu, ia langsung merebut topi dari genggaman tangan Sofia. Kemudian, menyimpanya kembali diatas pucuk kepalanya. Sofia mematung beberapa saat, "Maaf!" ucapnya sembari memegangi masker penutup hidung milik Reyfaldi. Pria itu tidak menjawab kata yang terlontar dari mulut Sofia. Pandangan mata wanita itu masih tertuju pada wajah yang kini terlihat bentuk bibir dan hidungnya sebelum ia kembali mengalihkan pandangan pada jendela kaca mobil di sisi kirinya. Tanpa memberitahukan mereka akan pergi kemana. Reyfaldi menatap lurus kedepan menyalakan mesin mobilnya. Melaju menerobos hujan deras yang mengguyur kota Jakarta.Sofia diam dan tak ingin ber
"Mas Alvian?" Manik mata Sofia membola sempurna, ketika membalikan dan melihat foto yang tersimpan tertelungkup di dalam laci meja di kamar tersebut."Hah. Ini kan mas Alvian sewaktu SMP. Mengapa ia berfoto dengan si pria aneh itu? Siapa dia sebenarnya ?" monolognya sembari memandangi foto klasik itu. Melihat itu, rasa penasaran Sofia semakin menjadi. Tanganya terus merogoh isi laci tersebut untuk mencari tau lebih banyak. Namun, ia tak menemukan apapun lagi disana, kecuali beberapa barang seperti jam tangan, sisir dan lain-lain. Belum habis rasa penasaranya, tiba-tiba terdengar suara deru mesin mobil yang sudah tidak asing lagi di telinganya. Suara yang berasal dari arah halaman depan rumah itu. "Apakah itu mobilku?" gumamnya. Sofia menyingkap kain penutup jendela yang ada di kamar itu. Kemudian, melihat ke arah sumber suara. Benar saja. Mobilnya sudah terparkir disana. Pria tinggi berbadan tegap terlihat keluar dari pintu mobilnya. Pria itu melangkahkan kakinya menuju pintu mas
"Hah, kamu ada disini? ucap Sofia ketika melihat sosok pria misterius itu duduk membelakangi Sofia. "Silahkan, Nona." pelayan ramah itu mempersilahkan Sofia untuk duduk disebelah pria aneh itu. Sofia menjatuhkan bokongnya pelan diatas kursi makan. Selera makanya menjadi berkurang, setelah melihat Reyfaldi duduk disana. Kali ini, pria aneh itu tak memakai topi hitamnya. Sehingga wajahnya terlihat dengan sangat jelas. Tanpa berkata apapun, pria itu melahap sesuap demi sesuap makanan yang tersaji di atas piring dihadapanya. Sofia menelan salivanya, setelah melihat beberapa menu makanan yang tersaji diatas meja makan itu. Sepertinya semuanya sangat lezat. Aroma nya pun tercium hingga membuat perutnya meronta meminta segera diisi. "Makanlah!" ucap pria aneh itu tanpa melihat ke arahnya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Wanita bertubuh gendut itu pun langsung mengambil beberapa sendok nasi dan lauk pauk yang tersaji. Kemudian, memindahkanya ke atas piring makannya. Tanpa
Di makam yang sunyi itu, Sofia menoleh ke arah dimana sosok bayangan itu berdiri. Ia mendekatinya sembari terisak."Reyfaldi, aku bersedia menikah denganmu. Masih berlakukah tawaran itu?"Tiba-tiba saja wanita gendut itu memeluk Reyfaldi dengan erat. Ia menangis terisak di bahunya. Reyfaldi membeku, diam mematung membiarkan tubuhnya berada di dalam dekapan wanita itu beberapa saat. pria pemilik mata cokelat itu benar-benar merasa iba.Saat ini, Sofia merasa sedang berada dititik terendah hidupnya. Selain hatinya yang telah hancur lebur, hidupnya pun menjadi berantakan. "Andai saja bunuh diri itu tidak dosa, mungkin sudah aku lakukan.""Menangislah sepuasnya. Hingga kau tak akan pernah menangisi hal yang sama untuk yang kedua kalinya." ucap pria aneh itu. Reyfaldi merasakan sesuatu yang dingin di area bahunya. kemeja putih yang ia kenakan telah basah oleh air yang merembes keluar dari mata cantik wanita itu. Tanpa ingin berlama-lama di area makam, Pria itu menuntun Sofia berjalan hing
Mata Sofia membola, ketika ia mendengar pria aneh itu berkata, "Bunuh saja, itu sudah membahayakan!" "Apaaa?" Sofia memekik. Reyfaldi langsung memutar badanya, menoleh ke arah wanita itu dengan posisi ponsel masih menempel di telinganya. Sofia menatapnya dengan wajah ketakutan. "Nanti saya hubungi lagi!" ucap Reyfaldi mengakhiri panggilan teleponya. Sofia mundur beberapa langkah, matanya menatap tajam. Ia mengira Reyfaldi adalah seorang psikopat atau sejenisnya. Mengingat kepribadianya yang menurut Sofia sangatlah aneh. "Apa yang kamu dengar barusan?" tanya Reyfaldi. "Tidak, Hentikan! Jangan mendekat!" sentaknya, ketika pria itu melangkah mendekati dirinya. "Kamu akan membunuh siapa, hah?" tanyanya lagi, dengan wajah ketakutan. "Barusan saya berbicara dengan perawat kakek saya. Ia bilang ada ular di halaman belakang. Jadi, saya perintahkan untuk membunuh ular itu. Apakah saya salah?" jawab pria misterius itu."Jangan bohong kamu!" sentak Sofia."Untuk apa saya berbohong? jika k
Tiba-tiba, ponsel di genggaman tangan Sofia berdering. Terlihat nama Renata di layar ponselnya. Dengan cepat, wanita itu menjawab panggilanya."Sofia, cepat kamu kesini." ucap Renata dengan suara bergetar. Tanpa membuang waktu, Sofia langsung berbalik badan, berlari menuju lokasi tempat Sofia bekerja yang jaraknya tidak begitu jauh dari kosan, diikuti langkah kaki Reyfaldi."Hentikan!" teriak Sofia dengan nafas terengah-engah. Mendengar itu, dua pria berpostur tinggi besar yang tengah melempar beberapa barang di gudang distributor milik Renata langsung terdiam seketika. Masih dengan orang yang sama, yang merampas paksa mobil Sofia kemarin. Dua pria itu menoleh ke arah Sofia. Kemudian, tersenyum miring, seolah senang telah berhasil menemukan targetnya. Dua pria itu langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, dengan cepat Reyfaldi langsung menghadangnya. berdiri tegap didepan pria berwajah kasar itu seraya menatap tajam padanya. "Sebutkan, berapa total utang-utangnya?" tanya Reyfaldi d
"Menikah resmi?""Ya! Saya tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Namun, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika kamu tidak mengizinkan saya untuk menyentuhmu, maka sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menyentuhmu," ujar pria tampan itu sembari menatap layar ponselnya. Sofia tersenyum miring mendengarnya, "Tentu saja aku tidak akan mau menyerahkan tubuhku pada laki-laki yang tidak aku cintai," monolognya seraya mendelikan mata. Reyfaldi menoleh ke arah wanita gendut itu, "Bagimana? Bukankah sebelumnya kamu sudah setuju! Atau--, apakah kamu berubah pikiran?" "Tidak! Aku tidak berubah pikiran." jawab Sofia menggeleng cepat Wanita gendut itu tau diri, jika ia sampai membatalkan kesepakatan yang sudah ia buat, pria misterius itu pasti akan meminta kembali uang yang telah ia keluarkan untuk rentenir itu. Lagipula, jika Sofia sampai membatalkan perjanjianya. Tentu ia tidak akan bisa membalaskan dendamnya pada Alvian. Sofia tidak akan merasa puas sebelum melihat laki-la
"Hah. Mas Alvian?" Matanya menangkap sebuah pemandangan yang tak mengenakan. Sepasang pria dan wanita yang telah mengahancurkan hatinya itu melintas di hadapanya sembari bergandengan tangan dengan mesra. Melihat itu, hatinya bagai tersayat belati. Hingga saat ini, ia masih tak menyangka jika Alvian akan tega menyakitinya. Namun, inilah kehidupan. Terkadang, kita tidak dapat menebak apa yang akan terjadi di kemudian hari. Untungnya, sepasang manusia jahat itu tak melihat ke arahnya. Mereka berjalan dan berbincang seru dengan wajah yang berseri-seri. Tanpa ada rasa berdosa sedikitpun. "Dasar jahat! Lihat saja, suatu hari nanti aku akan membalas perbuatan kalian!" gumamnya."Sebaiknya, alihkan pandanganmu. Tak ada gunanya kamu terus memandanginya. Itu hanya akan membuat hatimu semakin hancur!" Tutur pria yang duduk dihadapan Sofia seraya menyantap menu sushi yang sedari tadi belum habis. "Aku benar-benar tidak menyangka, jika suamiku akan tega mengkhianatiku hanya karena perubahan be