Share

Bab. 2 Tawaran Gila

Author: Merisa storia
last update Last Updated: 2023-12-11 20:00:29

"Menikahlah denganku!"

Mendengar itu, Sofia tak langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia mengira suara itu hanyalah halusinasi yang mengambang di udara. Lagi pula, mana mungkin ada pria yang mengajak menikah di area pemakaman sunyi seperti ini, pikirnya.

Sofia terus menangis, seraya mengusap lembut rumput hias yang tumbuh subur berjejer rapi di atas pusara ibunya. Namun, kembali ia mendengar suara bariton itu. Kali ini nadanya terdengar begitu jelas, membelah keheningan.

"Menikahlah dengaku!" ucap lelaki tampan yang berdiri di balik tubuh Sofia.

Sofia menoleh ke arah sumber suara. Sekejap jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya terjengkang ke belakang ketika mata coklatnya menangkap sesosok laki-laki yang berdiri tegap di hadapannya.

Laki-laki itu menundukkan kepalanya. Ia mengenakan setelan serba hitam yang rapi. Separuh wajahnya terhalang oleh masker dan topi hitam, sehingga Sofia tidak dapat mengenali parasnya dengan jelas.

"Siapa kamu?" sentak Sofia, seraya memegangi dadanya dengan napas yang terengah-engah.

"Kenalkan, nama saya Reyfaldi," jawabnya sembari mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

Tentu saja wanita bertubuh gempal itu tidak membalas ajakan bersalaman pria yang menurutnya mencurigakan itu. Melihat Sofia yang tak menyambut uluran tangannya, Reyfaldi menarik kembali tangannya kemudian memasukkannya ke dalam saku celananya dengan tenang.

"Saya tidak kenal kamu. Jangan macam-macam ya! Kalau kamu berani macam-macam, saya akan berteriak!" ancam Sofia yang benar-benar diliputi ketakutan.

Sofia bangkit dari posisinya. Ia berdiri lalu mundur beberapa langkah menjauh dari sosok misterius itu. Wajahnya mengeras penuh kewaspadaan. Rentetan kekecewaan yang ia alami menjadikannya tidak mudah untuk mempercayai manusia, terlebih pada orang asing yang baru saja ditemuinya.

"Sejak kapan orang aneh ini berada di sini? Perasaan tadi tidak ada siapa-siapa di area pemakaman ini," gumamnya seraya menatap tajam ke arah Reyfaldi.

Di tengah area pemakaman yang luas dan sunyi itu, Sofia benar-benar merasa terancam. Ia berpikir, meski ia berteriak sekuat tenaga, tidak akan ada seorang pun yang mendengar suaranya. Namun, sosok kaku di hadapannya itu hanya berdiri diam, seolah patung yang menunduk dalam kebisuan.

"Kamu tidak perlu takut pada saya, kita pernah bertemu sebelumnya, ketika menjemput jenazah orang tua kita di Bandara Halim Perdanakusuma."

"Hah? Apa maksudmu?" tanya Sofia kebingungan.

"Itu adalah makam orang tua saya," terang Reyfaldi seraya menunjuk ke arah sisi kanannya.

Sofia menoleh ke arah yang ditunjuk. Matanya menangkap dua pusara yang tanggal wafatnya identik dengan tanggal wafat kedua orang tuanya.

Kedua orang tua Sofia meninggal dalam insiden kecelakaan pesawat yang naas. Kala itu, Sofia belum mengikat janji suci dengan Alvian. Reyfaldi, pria berkepribadian introvert itu, pertama kali menangkap sosok Sofia ketika mereka sama-sama menunggu kedatangan jenazah orang tua mereka di Bandara Halim Perdanakusuma.

Masih terpatri jelas dalam ingatan Reyfaldi, bagaimana ia menyaksikan Sofia menangis histeris kemudian jatuh pingsan beberapa kali karena tak kuasa menahan duka yang menghantam.

Melihat makam yang ditunjuk oleh pria itu, ketakutan Sofia perlahan memudar. Meski demikian, naluri waspada tetap menyala dalam dirinya saat berhadapan dengan orang yang baru pertama kali ia temui.

"Maaf. Secara tidak sengaja, saya mendengarkan percakapanmu barusan. Jika kamu merasa tidak memiliki siapa-siapa lagi, kamu bisa menikah dengan saya," ucap pria berpakaian serba hitam itu.

Mendengar itu, Sofia terkesiap. Matanya membulat sempurna. Bagaimana mungkin, pria yang baru ditemuinya berani mengutarakan ajakan menikah dengan begitu enteng? Sungguh tidak masuk akal.

Sofia tersenyum getir. Tanpa pikir panjang, ia langsung menolak mentah-mentah. Jangankan menikah dengan orang asing, menikah dengan lelaki yang telah dikenalnya selama bertahun-tahun pun pada akhirnya hanya menghadiahkan luka yang menganga.

"Tidak! Saya tidak kenal kamu. Tentu saja saya tidak mau menikah dengan kamu!" sentak Sofia, menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Baiklah kalau begitu. Tapi setelah ini, kamu akan pergi ke mana? Bukankah suamimu telah mencampakanmu dan kamu sudah tidak mempunyai tempat tinggal?" tanya Reyfaldi.

Sofia bagai tersambar petir mendengar ucapan Reyfaldi. Begitu tenggelam dalam kesedihannya hingga ia tidak menyadari bahwa lelaki misterius itu sedari tadi berdiri di belakangnya, mencuri dengar semua keluh kesah yang ia tuangkan pada pusara ibunda tercinta.

"Apa pedulimu? Toh kamu juga tidak kenal dengan saya, kan!" jawab Sofia ketus.

"Saya tau kamu. Kamu adalah istrinya Alvian," ucap Reyfaldi tenang.

"Hah?" Sofia terbelalak, ternyata lelaki misterius itu telah mengetahui banyak hal tentang kehidupannya.

"Meski begitu, tetap saja saya tidak mau menikah denganmu!" sentak Sofia padanya.

Mendengar itu, Reyfaldi yang sedari tadi menundukkan kepalanya, kini perlahan mengangkat wajahnya. Tatapannya tajam menembus ke arah Sofia.

Melihat sorot mata pria asing itu, bulu kuduk Sofia meremang. Perlahan ia melangkah mundur, kemudian berbalik badan dan bergegas meninggalkan area pemakaman dengan langkah tergesa.

Namun, pria misterius itu mengikuti jejaknya. Sesekali Sofia melirik ke belakang. Menyadari bahwa pria itu masih mengejarnya, ia mempercepat langkah hingga akhirnya berlari kencang dengan panik. Namun, takdir berkata lain.

"Awww...!" teriak Sofia membelah kesunyian.

Kakinya tergelincir. Tubuh gempal itu terhempas ke atas batu nisan. Darah segar merembes dari luka di kakinya setelah terkena ujung tembok nisan yang tajam. Tangannya pun ikut tergores, menambah perih.

Sofia terduduk seraya merintih kesakitan. Berkali-kali ia berusaha bangkit. Namun, tubuhnya seakan menolak perintah. Kaki kirinya terkilir, membuatnya kesulitan untuk berdiri tegak dan melangkah.

Awan kelabu menyelimuti langit semakin pekat. Gemuruh guntur yang awalnya terdengar samar kini bergema jelas membelah angkasa. Kilatan petir berpendar, cahayanya menyilaukan mata. Titik-titik hujan mulai turun, membasahi area pemakaman yang sunyi.

Melihat kondisi Sofia, Reyfaldi mencoba mengulurkan bantuan. Namun, Sofia menolak dengan kasar, tangannya menepis uluran tangan Reyfaldi.

"Tidak! Jangan sentuh saya," sentaknya pada laki-laki asing itu.

"Izinkan saya membantumu, Sofia. Kamu tidak akan bisa berjalan jika kondisimu seperti ini," ujar Reyfaldi seraya mencoba melingkarkan lengan Sofia ke belakang lehernya, kemudian berusaha mengangkat tubuh gempalnya dengan hati-hati.

Namun, Sofia terus meronta, menolak sentuhan Reyfaldi sekecil apa pun.

"Darimana kamu tau namaku?" tanya Sofia dengan nada penuh keheranan.

"Sekarang, itu tidak penting. Yang terpenting adalah saya harus segera menolongmu, sebelum hujan turun dengan deras," ucap lelaki misterius itu dengan nada tegas namun lembut.

Melihat darah yang mengalir deras dari kaki Sofia, Reyfaldi tanpa ragu membuka kemejanya. Sofia berteriak ketakutan, membayangkan kemungkinan terburuk. Namun, dengan gesit Reyfaldi melilitkan kemejanya ke kaki Sofia, membuat torniket sederhana untuk menghentikan pendarahan.

Reyfaldi dengan telaten membantu Sofia berdiri. Pada akhirnya, wanita itu menyadari bahwa ia tak punya pilihan selain menerima uluran tangan si pria misterius. Hujan semakin deras mengguyur tubuh mereka. Reyfaldi dengan hati-hati memapah Sofia menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana.

"Mengapa kamu malah membawa saya masuk ke mobilmu? Mobilku berada di sana," tunjuk Sofia ke arah kanan dengan lemah.

Reyfaldi tidak menggubris pertanyaan itu. Ia meraih jaket yang tergeletak di jok belakang, kemudian mengenakannya untuk menutupi tubuh bagian atasnya yang telanjang. Dengan cekatan, ia menyalakan mesin mobil dan segera melaju membelah jalanan ibukota yang lengang.

Sofia dihantui rasa takut melihat perilaku Reyfaldi yang sulit ditebak. Dalam benaknya berkecamuk pikiran bahwa pria di sampingnya mungkin seorang psikopat atau penjahat yang berniat buruk.

"Kamu akan membawaku ke mana?" tanya Sofia dengan suara bergetar penuh kecemasan.

Masih fokus pada kemudi, Reyfaldi tidak menjawab. Ia hanya menoleh sekilas ke arah Sofia yang tampak pucat pasi. Raut ketakutan terpancar jelas dari wajah bulat Sofia. Gerak-geriknya pun mengisyaratkan ketidaknyamanan yang amat sangat.

"Tenang saja Sofia. Saya tidak akan menyakitimu," terang lelaki bertopi hitam itu, berusaha menenangkan.

Sofia yang sudah tidak berdaya akhirnya menyerah pada keadaan. Ia membiarkan pria misterius itu membawanya entah ke mana, pasrah pada takdir yang mengalir.

Mobil mewah itu akhirnya berhenti di area parkir sebuah klinik. Reyfaldi bergegas turun, lalu memutari mobil untuk membukakan pintu bagi Sofia. Dengan sigap ia memapah wanita itu masuk ke dalam klinik untuk mendapatkan pertolongan medis.

Setelah Sofia ditangani oleh dokter dan mendapatkan dua jahitan di betisnya, Reyfaldi kembali memapahnya menuju mobil. Air hujan masih turun dengan deras, menciptakan suasana sendu yang menyelimuti keduanya.

Sofia duduk termenung, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Tatapannya kosong, menerawang pada butiran hujan yang mengalir di kaca mobil, seolah menggambarkan air mata yang tak lagi sanggup ia tumpahkan.

"Maafkan saya Sofia. Karena saya, kamu menjadi terluka seperti ini," ucap Reyfaldi dengan nada penuh penyesalan, kepala tertunduk di balik kemudi.

Sofia perlahan menoleh ke arah pria itu. Rasa penasaran menguasai dirinya, ingin melihat wajah yang sedari tadi tersembunyi di balik topi dan masker. Dengan gerakan kilat, tangannya menarik masker dan melepaskan topi hitam yang menutupi separuh wajah Reyfaldi.

Melihat wajah itu terungkap, Sofia terkesiap. Matanya membulat tak percaya. Seakan terhipnotis, ia terperangkap dalam pesona raut wajah misterius yang kini terpampang nyata di hadapannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 114

    "Mbooook ...!" Teriak Ella memecah keheningan. Mbok Nah segera berlari menghampiri Ella. Ia kaget melihat cairan yang sudah tergenang di kaki Sofia. "Nona ... Anda akan melahirkan?!" "Segera hubungi Reyfaldi! Aku akan membawa Sofia kerumah sakit bersalin!" titah Ella panik. Dengan panik. Wanita itu segera memboyong Sofia masuk ke dalam mobil peninggalan orang tua Sofia yang terparkir di halaman rumah Reyfaldi. Kemudian, Ella menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit bersalin tempat Sofia memeriksakan kehamilannya. Untungnya, wanita yang sempat menjadi pengemis itu sudah ahli dalam mengemudikan mobil. Sehingga, tak membutuhkan waktu yang lama untuk Sofia bisa tiba di Rumah sakit. Ella berlari ke bagian administrasi. Untung saja saldo di rekeningnya terisi uang hasil penjualan beberapa hari kebelakang. Sekitar 10 juta Ella melakukan deposit di rumah sakit tersebut. Tim medis segera bertindak dengan cepat. Sofia ditangani dengan sangat baik di rumah sakit

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 113

    Sofia keluar dari ruangan tak layak huni tersebut. Ia menyeka air mata di pipi kemudian berbicara dengan Reyfaldi sambil berbisik."Sayang ..., bisa tolong Paman Danu? Aku sangat tidak tega melihatnya," ucap Sofia seraya menitikan air mata. Reyfaldi kemudian menyeka air di pipi Sofia dengan lembut. "Tentu, Sayang. Saya akan segera memanggil ambulace." Sofia mengangguk dan tersenyum haru. "Terima kasih, Sayang." Tak lama berselang, sebuah mobil ambulance tiba di depan jalan. Tim medis segera membawa Danu ke rumah sakit untuk diperiksa. Ella masuk dan duduk di dalam ambulance. Sedangkan Sofia bersama Reyfaldi mengikuti dari belakang. Setibanya di rumah sakit, Reyfaldi segera memesan kamar kelas VVIP, yaitu kamar termahal yang tersedia di rumah sakit tersebut. Danu segera ditangani oleh tim medis. Beberapa pengecekan dilakukan oleh dokter. Beruntung, bukan penyakit berbahaya yang diderita oleh Danu. Melainkan hanya asam urat namun cukup akut. "Sofia ... ruangan ini pasti sangat mah

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 112

    "Bibi Ella?" Wanita yang tengah hamil besar itu beringsut mundur kemudian berbalik badan dan pergi meninggalkan Ella di ruang tamu. Ia merasa sangat benci pada Bibinya itu. Namun, Reyfaldi langsung mencekalnya. "Ayolah, Sayang ... bukankah tadi kamu berniat akan memaafkannya," bujuk Reyfaldi. "Tuhan saja pemaaf, apagi kita yang hanya sebagai hamba," tambahnya lagi. Sofia termenung beberapa saat. "Baiklah ..., aku akan menemuinya!" Wanita bertubuh besar itu kemudian berbalik badan dan melangkah kembali ke ruang tamu. Ia menjatuhkan bokongnya dengan pelan di atas sofa. Sedangkan Reyfaldi memilih untuk menunggu di dalam kamar, tak ingin mencampuri urusan bibi dan keponakan itu. "Sofia ... akhirnya kamu mau menemuiku." Mata wanita itu berkaca-kaca. "Aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku dan Paman Danu. Kami melakukannya karena sangat terdesak. Pada saat itu, kami selalu diancam oleh debt collector. Sehingga kami merasa stress dan gelap mata. Tidak ada cara lain bagi kami selai

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 111

    Pria yang menjabat sebagai CEO itu membungkuk lalu mendaratkan kedua tangannya di lengan bagian atas Alvian. Kemudian, mengangkat tubuh itu ke atas. "Jangan lakukan itu. Kamu tidak perlu bersimpuh di hadapanku!" Lagi-lagi, Alvian berucap terima kasih pada Reyfaldi. Pun juga dengan wanita tua yang sedari tadi berdiri di sana. Ia meminta maaf dan mengucapkan banyak terima kasih pada Reyfaldi. "Mulai minggu depan. Kembalilah ke perusahaan. Jadilah kepala produksi yang tidak akan mengecewakan saya lagi!" tutur pria tampan itu. Kepala yang semula menunduk, langsung terangkat wajahnya. "Apa?! Apa aku tidak salah dengar, Rey?" Reyfaldi tersenyum sekilas. "Bekerjalah lebih giat, agar kehidupan anakmu terjamin!" Alvian menyatukan kedua telapak tangannya seolah berterima kasih pada Reyfaldi. "Aku akan berusaha jadi karyawan terbaik. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kamu berikan, Rey!" Pria yang mengenakan kemeja hitam itu berpamitan. Ia berniat segera pulang karena mengingat

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 110

    Alvian bergegas naik ke dalam mobil milik tetangganya yang menawarkan bantuan padanya. "Maaf, pak. Saya menjadi merepotkan," ucapnya pada Bapak pemilik mobil. "Tidak sama sekali, Pak." Ambar tidak mengetahui kejadian yang terjadi semalam pada anaknya itu. Ia mengira, selama Clara bekerja menjadi LC karaoke, rumah tangga Alvian baik-baik saja. Bagai tersambar petir, tiba-tiba saja wanita tua itu mendengar kabar jika menantu kesayangannya itu kecelakaan bersama pria lain secara mengenaskan. Dan yang paling membuatnya merasa tercengang adalah berita tentang perselingkuhannya bersama pria beristri. Tak banyak berkata. Di dalam perjalanan, mereka hanya terdiam. Ambar dan Alvian masih merasa sulit untuk memahami apa yang tengah terjadi. "Kamu harus menjelaskan banyak hal pada ibu, setelah ini!" cetus ambar. Setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Alvian dan Ambar melangkah dengan sedikit keraguan dan ketakutan. Mereka merasa tida

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 109

    Keributan yang terjadi di kediaman Alvian membuat para tetangga penasaran. Beberapa warga mengintip dari balik jendela menyaksikan pertengkaran yang terjadi. Ketua RT dan beberapa warga di pemukiman itu langsung menghampiri rumah Alvian untuk mencari tau dan melihat keadaan Alvian. Namun, mereka dikagetkan oleh suara teriakan Alvian yang menyatakan bahwa dirinya ingin mati. Segera, mereka menerobos masuk ke dalam rumah Alvian tanpa permisi. Melihat Alvian yang telah siap menghujamkan pisau ke dadanya. Sontak, salah satu warga berteriak. "Hentikan!! Kamu tidak boleh melakukannya!" Alvian otomatis membuka matanya. Salah satu warga yang datang langsung menyambar pisau yang berada di dalam genggaman tangan Alvian. Kemudian, meyadarkan lelaki itu dari tindakan bodohnya. Alvian menangis tak terkendali. "Tenang ... tenangkan diri anda, Pak Alvian. Beberapa orang warga mengelus pelan punggung Alvian. Sementara, satu orang lainnya mengambil segelas air minum lalu meminumkannya pada Alvian

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 108

    "Sofia?!" Ella menatap lekat Sofia. Penyesalan langsung menyeruak di hatinya. "Maafkan Bibi, Sofia ...."Tatapannya berpindah pada bagian perut Sofia yang sudah dalam keadaan hamil besar. "Kamu sudah hamil?! Akhirnya kamu hamil juga, Sofia!" tatapnya sayu. "Dimana Alvian?" Wanita berusia 47 tahun itu mengedarkan pandang. Ia melihat sosok pria tampan berperawakan atletis dan terlihat kaya berdiri di dekat Sofia. "Mengapa kamu tidak bersama Alvian?" tanya Ella. Sedari tadi Sofia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Jantungnya berdegup kian kencang karena menahan emosi.Ella memegang tangan Sofia. Namun, Sofia menghempaskannya dengan kasar. "Jangan sentuh aku!" bentaknya. Reyfaldi mendekat. "Maaf, Anda siapa?" tanyanya pada Ella. "Saya Ella, Bibinya Sofia!" jawabnya dengan nada bergetar. "Kamu, siapa?" tanya Ella balik. "Sudah! Tidak usah pedulikan dia. Dia bukan Bibiku. Aku sama sekali tidak mengenalnya!" sergah Sofia seraya mendelik.Sofia kemudian menarik lengan Reyfaldi untuk ma

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 107

    "Pagi, sayang ... hari ini jadi, kan?" tanya Sofia pada lelaki yang baru saja membuka matanya. "Iya, Sayang!" jawab Reyfaldi dengan suara khas bangun tidur. Hari ini, Sofia berniat berbelanja kebutuhan persiapan untuk kelahiran bayinya. Sebuah kamar khusus untuk bayi akan ia persiapkan. Yaitu, kamar bekas Sofia sewaktu pertama datang ke rumah tersebut. "Lihat, Sayang ... aku ingin seperti ini interiornya." Tunjuk Sofia pada layar ponselnya memperlihatkan gambar ruangan bayi yang bernuansa white soft blue.Perkiraan Dokter, bayi yang tengah di kandung oleh Sofia adalah berjenis kelamin laki-laki. Sesuai dengan harapan Reyfaldi yang sangat menginginkan anak laki-laki agar dapat melanjutkan perusahaannya. "Baiklah, Sayang. Saya akan segera menghubungi jasa interior agar bisa secepatnya selesai."Reyfaldi langsung meraih ponselnya dan menghubungi jasa interior. Ia meminta agar secepatnya dilakukan renovasi sesuai dengan permintaan Sofia. Mengingat waktunya sudah tidak banyak lagi. Se

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 106

    Wanita pelakor itu terbelalak. Ia langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, wanita yang tengah hamil besar itu langsung berbalik badan mencoba menghindar dari Clara. Tapi, wanita jalang itu malah mengejar Sofia. "Sofia ... aku mohon jangan katakan ini pada Alvian!" Jalang itu terus memohon dengan wajah memelas. "Tenang saja! Lagi pula, itu bukan urusanku!" ucap Sofia dengan raut dingin tak peduli. Clara menoleh pada Reyfaldi. Pria yang menundukan wajahnya itu hanya diam mematung. "Pak, Reyfaldi ... tolong jangan-," "Siapa ini?" pangkas pria yang bersama Clara. Mendengar suara bariton dari balik badannya, mata wanita perusak rumah tangga orang itu langsung membola dengan sempurna. Cepat, ia berbalik badan dan mengubah mimik wajahnya menjadi tersenyum manis. "O-ya, ini kenalkan temanku, namanya Sofia dan ini suaminya!" ujar wanita itu seraya mengarahkan tangannya pada Sofia dan Reyfaldi. Dengan senyum masam, keduanya mengulurkan tangan menyambut ajakan bersalaman pria tua yang be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status