Share

Bab. 2 Tawaran Gila

"Menikahlah denganku!"

Mendengar itu, Sofia tak langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia mengira suara itu hanya halusinasinya saja. Lagi pula, mana ada pria mengajak menikah di area makam seperti ini, pikirnya.

Wanita itu terus menangis, mengusap rumput hias yang tumbuh subur berjejer diatas pusara ibunya. Namun, lagi-lagi ia mendengar suara bariton itu. Kali ini, suaranya terdengar sangat jelas.

"Menikahlah denganku!" ucap pria misterius yang berdiri dibalik tubuhnya.

Wanita itu menoleh ke arah sumber suara. Ia terkejut. Badanya terjengkang kebelakang. Jantungnya hampir saja melompat keluar dari tempatnya, setelah ia melihat sesosok yang berdiri dihadapanya.

Pria itu menundukan wajahnya. Mengenakan setelan serba hitam. Setengah wajahnya tertutupi oleh masker dan topi hitam. Sehingga, Sofia tidak dapat mengenali rupanya dengan jelas.

"Siapa kamu?" sentak Sofia seraya memegangi dadanya yang berdebar kencang.

"Kenalkan, nama saya Reyfaldi." jawabnya sembari mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

Wanita bertubuh gempal itu diam membatu, tidak membalas ajakan bersalaman pria berpenampilan aneh itu. Melihat Sofia yang tak menyambut uluran tanganya, Reyfaldi menarik kembali tanganya, memasukan ke dalam saku celananya.

"Saya tidak kenal kamu. Jangan macam-macam ya! Kalau kamu berani macam-macam, saya akan berteriak!" ancam Sofia yang benar-benar merasa ketakutan.

wanita berkemeja putih itu bangkit dari posisi duduknya. Ia berdiri, beringsut mundur beberapa langkah menjauh dari sosok misterius itu. Wajahnya terlihat sangat tegang. Rasa kecewa yang bertubi-tubi, menjadikannya tidak mudah untuk mempercayai manusia. Apalagi pada orang yang baru dilihatnya.

"Sejak kapan orang aneh ini ada disini? Perasaan tadi tidak ada siapa-siapa di area makam ini." monolognya seraya menatap tajam ke arah Reyfaldi.

Di area makam yang luas dan sangat sepi itu, Sofia benar-benar merasa ketakutan, ia takut pria yang saat ini berdiri di hadapannya akan berbuat jahat padanya. pikirnya, jika ia berteriak pun, tidak akan ada orang yang akan mendengarkan teriakannya. Namun, sosok kaku itu hanya berdiri, mematung dan menunduk.

"Kamu tidak perlu takut pada saya, kita pernah bertemu sebelumnya, ketika menjemput jenazah orang tua kita di bandara halim perdana kusuma," ujarnya.

"Hah. Apa maksudmu?" tanya Sofia kebingungan.

"Ini adalah makam orang tua saya," terang pria itu menunjuk ke sebelahnya.

Sofia menoleh ke arah telunjuk itu mengarah. Ia melihat dua makam yang tanggal wafatnya sama dengan tanggal wafat ayah dan ibunya.

Kedua orang tua Sofia meninggal dalam insiden kecelakaan pesawat. Kala itu, ia belum menikah dengan Alvian. Reyfaldi, yang berkepribadian introvert itu, pertama kali melihat Sofia ketika menunggu kedatangan jenazah orang tua mereka di bandara.

Masih teringat jelas di ingatan Reyfaldi, ketika ia melihat wanita itu meraung menangis memanngil-manggil ayah dan ibunya, kemudian ambruk terkulai lemas tak sadarkan diri di atas lantai.

Melihat makam yang ditunjuk oleh pria itu, ketakutan Sofia menjadi sedikit berkurang. Namun, tetap saja ia harus waspada pada orang yang baru pertama kali dilihatnya itu.

"Maaf. Secara tidak sengaja, saya mendengarkan percakapanmu barusan. Jika kamu sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Kamu bisa menikah dan tinggal bersama saya," ucap pria berpakaian serba hitam itu.

Mendengar itu, Sofia tercengang, matanya membola seketika. Bagaimana bisa, pria yang baru saja dilihatnya mengajaknya menikah dengan mudahnya. Benar-benar tidak masuk akal!

Sofia mendengus tersenyum getir. Tentu saja ia langsung menolaknya. Jangankan menikah dengan orang yang baru ia lihat. Menikah dengan orang yang sudah ia kenal bertahun-tahun pun bisa tega menyakitinya.

"Tidak! aku tidak kenal kamu. Tentu saja aku tidak mau menikah dengan kamu!" sentak Sofia menggelengkan kepalanya cepat.

"Baiklah kalau begitu. Tapi setelah ini, kamu akan pergi kemana? Bukankah suamimu telah mencampakanmu dan kamu sudah tidak mempunyai tempat tinggal?" tanya Reyfaldi.

Perkataan pria aneh itu cukup membuatnya kaget. Saking sedihnya, ia sampai tidak menyadari jika pria itu sedari tadi berada di belakangnya, mendengar semua percakapan dirinya dengan almarhum ibunya.

"Apa pedulimu? Toh kamu juga tidak kenal dengan aku, kan!" jawab Sofia.

"Saya tau kamu. Kamu adalah istrinya Alvian." ucap Reyfaldi.

"Hah?" Sofia terbelalak, rupanya lelaki misterius itu sudah banyak mengetahui tentang dirinya.

"Meski begitu, tetap saja aku tidak mau menikah denganmu!" sentak Sofia padanya.

Mendengar itu, Reyfaldi yang sedaritadi menundukkan kepalanya, kini sedikit mengangkat wajahnya. Ia menatap tajam ke arah Sofia.

Melihat sorot mata pria aneh itu. Sofia menjadi ketakutan. Perlahan ia melangkah mundur. Kemudian, berbalik badan dan berjalan cepat meninggalkan area makam itu.

Namun, pria itu berusaha mengejar langkahnya. Sesekali Sofia menoleh kebelakang. Ternyata, pria itu mengikutinya. Sofia terus mempercepat langkah kakinya. Lalu, berlari kencang dengan panik. Tiba-tiba saja,

"Awww...!" Sofia memekik.

Kakinya tergelincir. Tubuh gempal itu ambruk diatas batu nisan. Darah segar merembes keluar dari kakinya, setelah terkena ujung tembok nisan yang tajam. Tanganya pun ikut tergores.

Sofia terduduk seraya merintih kesakitan. Ia berusaha bangkit. Namun, ia kesulitan mengangkat tubunya sendiri. Kaki kirinya seperti terkilir, ia tidak bisa berdiri dan berjalan.

Awan hitam terlihat sudah semakin pekat. Suara guntur yang mulanya terdengar samar saling bersahutan, kini terdengar sangat jelas. Kilatan cahaya nya pun terasa dekat berkilau menembus tanah. Tetesan air hujan mulai turun membasahi area makam itu.

Melihat itu, Reyfaldi mencoba membantu Sofia berdiri. Namun, Sofia menolak dan mengehempaskan pegangan tangan pria itu dengan kasar.

"Tidak! Jangan sentuh saya." sentaknya.

"Izinkan saya membantumu, Sofia. kamu tidak akan bisa berjalan jika kondisimu seperti ini." jawab Reyfaldi seraya melingkarkan lengan Sofia ke belakang lehernya. Kemudian, berusaha mengangkat tubuh gempalnya.

Namun, lagi-lagi Sofia meronta dan tak ingin Reyfaldi menyentuhnya.

"Darimana kamu tau namaku?" tanya Sofia keheranan.

"Sekarang, Itu tidak penting. Yang terpenting adalah saya harus segera menolongmu. Sebelum hujan turun dengan deras." ucap pria misterius itu.

Melihat darah yang merembes keluar dari kaki cukup banyak. Reyfaldi tiba-tiba saja membuka bajunya. Sofia berteriak ketakutan. Ia mengira pria itu akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Namun, dengan cepat Reyfaldi mengikatkan bajunya ke kaki Sofia, agar darahnya terhenti.

Reyfaldi membantu mengangkat dan menopang tubuh Sofia. Kini, wanita itu pun merasa tak punya pilihan lain, selain membiarkan pria misterius itu menolongnya. Tetesan air hujan sudah semakin membasahi tubuh mereka berdua. Reyfaldi memapah wanita bertubuh gempal itu hingga masuk ke dalam mobilnya.

"Mengapa kamu malah membawa saya masuk ke dalam mobilmu? Mobilku berada disana." tunjuk wanita itu ke lawan arah.

Mendengar itu, Reyfaldi tak menjawabnya. Ia menoleh kebelakang meraih jaket yang tergeletak di kursi belakang mobilnya. Lalu, mengenakanya. Ia segera menyalakan mesin mobilnya. Melaju membelah jalanan ibu kota yang tidak terlalu padat.

Sofia merasa ketakutan dengan sikap Reyfaldi yang menurutnya aneh itu. Ia mengira, Reyfaldi adalah seorang psikopat atau penculik yang jahat.

"kamu akan membawaku kemana?" tanya Sofia dengan suara sedikit bergetar.

Masih dibalik kemudi mobilnya. Sembari menatap lurus kedepan. Lagi-lagi pria itu tak menjawab pertanyaannya. Ia malah menoleh ke arah Sofia. tergurat raut ketakutan dari wajah chubynya. Tingkahnya pun memperlihatkan jika ia merasa sangat tidak nyaman.

"Tenang saja Sofia. Saya tidak akan menyakitimu!" terang lelaki bertopi hitam itu.

Sofia yang sudah tidak mampu berjalan sendiri itu akhirnya pasrah. Ia membiarkan pria misterius itu membawanya pergi entah kemana.

Kini mobilnya terhenti di area parkir klinik rumah sakit. Reyfaldi turun dari mobil mewahnya, berjalan memutar membukakan pintu sebelah Sofia. Kemudian, membantu memapahnya masuk kedalam klinik tersebut.

Setelah Sofia selesai diobati dan mendapatkan dua jahitan di betisnya. Reyfaldi kembali memapah wanita itu masuk kedalam mobilnya.

Sofia duduk dan tak bicara sepatah katapun. Ia hanya melamun memandangi rintikan air hujan yang mengalir dibalik kaca mobil Reyfaldi.

"Maafkan saya Sofia. Karena saya, kamu menjadi terluka seperti ini," ucap pria yang duduk dibalik kemudi mobilnya.

Sofia menoleh pelan ke arah pria aneh itu. Ia sangat penasaran dengan wajah yang sedari tadi tertutupi oleh masker dan topi hitam. Secepat kilat, tangan wanita itu menarik masker dan topi yang menutupi setengah wajahnya.

Namun, mata wanita itu sedikit membola, Ia merasa terhipnotis oleh raut wajah misterius itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status