Share

Bab.4 Siapa Dia Sebenarnya ?

"Mas Alvian?"

Manik mata Sofia membola sempurna, ketika membalikan dan melihat foto yang tersimpan tertelungkup di dalam laci meja di kamar tersebut.

"Hah. Ini kan mas Alvian sewaktu SMP. Mengapa ia berfoto dengan si pria aneh itu? Siapa dia sebenarnya ?" monolognya sembari memandangi foto klasik itu.

Melihat itu, rasa penasaran Sofia semakin menjadi. Tanganya terus merogoh isi laci tersebut untuk mencari tau lebih banyak. Namun, ia tak menemukan apapun lagi disana, kecuali beberapa barang seperti jam tangan, sisir dan lain-lain.

Belum habis rasa penasaranya, tiba-tiba terdengar suara deru mesin mobil yang sudah tidak asing lagi di telinganya. Suara yang berasal dari arah halaman depan rumah itu.

"Apakah itu mobilku?" gumamnya.

Sofia menyingkap kain penutup jendela yang ada di kamar itu. Kemudian, melihat ke arah sumber suara. Benar saja. Mobilnya sudah terparkir disana.

Pria tinggi berbadan tegap terlihat keluar dari pintu mobilnya. Pria itu melangkahkan kakinya menuju pintu masuk rumah, hingga pria itu menghilang dibalik pintu.

Tok ... tok ... tok ....

pintu kamar Sofia diketuk. Ia berpikir, mungkin pria tadi sudah sampai di depan kamarnya untuk memberikan kunci mobilnya. Namun, "Permisi, Nona." suara Pelayan ramah itu kembali terdengar.

"Masuk!" sahut Sofia.

Pelayan itu membuka pelan pintu kamar yang tidak terkunci. Kemudian, meletakan nampan berisi semangkuk sop iga dan sepiring nasi putih di atas meja kamar. Lengkap beserta sepiring potongan pepaya dan air putih di dalam teko kaca.

"Silahkan, Nona." ucap pelayan itu dengan ramah.

"Tunggu!" Spontan Sofia menghentikan langkah kaki pelayan yang hendak pergi meninggalkan kamarnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya pelayan itu setelah berbalik badan.

"Siapa Reyfaldi sebenarnya ?" tanya Sofia pada pelayan yang sudah bekerja belasan tahun di rumah itu.

Mendengar pertanyaan itu, Mbok Nah memasang wajah bingung. Kemudian, balik bertanya pada Sofia,

"Loh, mengapa Nona bertanya siapa Tuan? Bukankah Nona sudah mengenalnya? Sehingga Tuan membawa Nona kerumah ini." jawab wanita itu.

"Tidak! aku tidak mengenalnya. Secara tidak sengaja, aku bertemu denganya di makam orang tua kami. Lalu, aku terpaksa harus bermalam disini." terang Sofia.

Pelayan itu pun mengernyitkan dahinya, seraya berpikir. Ia menatap Sofia, memperhatikan dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Maaf, Nona. Untuk hal itu. sebaiknya, Nona bertanya langsung pada Tuan Reyfaldi." Jawab pelayan itu membungkukan badan.

"Permisi..." ucapnya meninggalkan kamar itu.

Sofia merasa sangat lapar. Ia langsung melahap makanan yang disajikan oleh pelayan barusan. Tanpa ingin memikirkan siapa pria misterius itu untuk sementara waktu. Saat ini, ia hanya ingin berfokus menikmati makan dengan kuah hangat tersebut, setelah sedaritadi ia merasa lapar dan kedinginan.

Drrrtt... Drrrtt...

Ponselnya bergetar. ia meraih benda pipih yang tergeletak di atas meja kamar, sembari menyeka mulutnya yang telah selesai melahap habis makananya.

Sebuah notifikasi pesan singkat dari suaminya, Alvian.

[Saya ceraikan kamu sekarang juga! Secepatnya, akan saya urus semuanya!]

Mata Sofia membola membaca pesan itu. Ia masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Bisa-bisanya Alvian memilih wanita jalang itu ketimbang dirinya yang sudah banyak berkorban untuknya.

Tiba-tiba, penglihatannya menjadi buram akibat air yang kembali menggenang di pelupuk matanya, lalu jatuh menganak sungai dipipinya. Hatinya tak berdarah, namun terasa sakit yang luar biasa. Perselingkuhan itu bagai mencabik-cabik relung hatinya.

Jangankan mengetahui suami berselingkuh, baru mengetahui suami menyukai wanita lain saja rasanya sudah sakit. Terlebih lagi, jika suami lebih memilih selingkuhanya daripada sang istri.

Kebetulan, besok adalah hari sabtu. Hari dimana Alvian dan Sofia libur bekerja. Sofia berencana akan berbicara langsung dengan Alvian. Kemudian, membawa barang-barang pribadinya dari kamar apartemen terkutuk itu.

Dimalam yang sunyi itu, Sofia hanya berdiam diri di dalam kamar. Ia berpikir, akan kemana besok dan akan tinggal dimana? Mengingat, rumah satu-satunya yang ia miliki, kini telah dijual oleh Bibi Ella.

"Sepertinya saya harus mencari kos-kosan." gumamnya.

Sofia berfikir, lebih baik ia mencari kos-kosan, daripada harus menumpang dirumah orang asing. Sudah asing, aneh lagi!

Ia naik ke atas ranjang berukuran king. Kemudian, duduk bersandar di dipan dan menutup bagian kaki nya menggunakan selimut hangat yang tersedia di atas kasur empuk itu. Matanya fokus pada layar ponsel yang sedaritadi ia genggam.

[Info kos-kosan jakarta selatan] ketiknya di kolom pencarian.

Jarinya terus menggeser layar posel ke arah atas secara perlahan, seraya membaca info iklan kos-kosan satu persatu. Hingga, matanya terhenti pada satu iklan kosan yang lokasinya tak jauh dari tempat ia bekerja. Sofia berniat akan mendatangi kosan itu secara langsung.

Rasa kantuk kini mulai menyapanya, Sofia mencoba untuk memejamkan mata. ia menghela nafas dalam, "Baiklah, Mas. Saya akan hadapi kamu, besok!"

Biasan sinar matahari pagi mulai menembus celah jendela kamarnya. Sofia terbangun. Kemudian, bangkit dari ranjangnya, menyingkap tirai silver yang menutupi jendela kamar.

"Ck, Waah ... ternyata halamanya bagus," gumamnya sembari berdecak kagum.

Hujan kemarin sore, ditambah hari yang berganti malam, membuat Sofia tak begitu detil memperhatikan suasana taman rumah Reyfaldi. Namun, pagi ini, ia dapat melihatnya dengan sangat jelas.

Terlihat tiga orang pelayan wanita yang salah satunya adalah Mbok Nah, sedang menyapu halaman. sementara, dua lainya terlihat mencabuti rumput liar dan memasukanya ke dalam kantong sampah.

Melihat itu, pikiranya kembali bertanya, siapa sebenarnya sosok pria misterius itu? Melihat keadaan rumahnya, Sudah pasti ia bukanlah orang yang setara dengan dirinya

"Aaargh.. bodo amatlah. Lagi pula, aku tak tertarik untuk mengenal pria aneh itu lebih jauh!" monolognya.

Sofia bersiap untuk pergi merealisasikan rencananya yang sudah ia susun semalam. ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Kemudian, mengganti pakaianya dengan pakaian yang diberikan oleh pelayan semalam.

Setelan kaos putih dan celana streetch berwarna hitam, yang entah milik siapa. Mungkin, milik pelayan itu. Namun, ukuranya sangat pas di badan Sofia.

Sofia berjalan keluar kamar. Ia menebarkan pandanganya, seraya mengingat arah menuju pintu keluar.

"Kalau tidak salah, dari sini belok ke kiri," ucapnya dalam hati.

Belum sampai langkahnya di pintu keluar. Tiba-tiba saja, suara pelayan yang sudah tidak asing lagi itu terdengar dari arah belakang.

"Nona, anda mau kemana?" tanya pelayan itu.

Sofia menoleh dan membalikan badanya pelan, "Aku akan pergi untuk menyelesaikan masalah." jawabnya dengan cepat.

"Ini kunci mobil anda, Nona. Maaf, semalam saya lupa untuk memberikanya pada, Anda." ucapnya sembari memberikan kunci itu pada Sofia.

Setelah menerima kunci mobilnya, yang sebenarnya Sofia juga hampir lupa dengan kunci itu. Ia melanjutkan langkahnya. Namun, lagi-lagi pelayan itu memanggilnya.

"Silahkan sarapan dulu, Nona. Sudah saya siapkan di atas meja makan!" pinta pelayan ramah itu.

Mendengar tawaran itu, Sofia menghentikan langkahnya. pikirnya, mungkin hari ini akan banyak menguras energinya. jadi, alangkah lebih baik jika ia mengisi perutnya sebelum melangkah pergi. Lagi pula, masakan pelayan itu rasanya sangat lezat.

"Baiklah, aku akan sarapan dulu." jawab Sofia tersenyum.

"Silahkan ikut dengan saya, Nona." Pinta pelayan itu.

Sofia mengikuti langkah kaki pelayan itu, hingga dirinya tiba di satu ruangan yang menurutnya sangat bagus. Ia memandangi lampu berbentuk minimalis yang tergantung di ruangan tersebut.

"Silahkan duduk, Nona!" persila pelayan itu sembari menggeserkan kursi ke belakang. kemudian, mempersilahkan Sofia untuk duduk.

Mendengar itu, Sofia mengalihkan pandangan kagumnya menuju meja makan. Namun, tiba-tiba saja matanya membola.

"Hah! Kamu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status