"Mas Alvian?"
Manik mata Sofia membola sempurna, ketika membalikan dan melihat foto yang tersimpan tertelungkup di dalam laci meja di kamar tersebut."Hah. Ini kan mas Alvian sewaktu SMP. Mengapa ia berfoto dengan si pria aneh itu? Siapa dia sebenarnya ?" monolognya sembari memandangi foto klasik itu.Melihat itu, rasa penasaran Sofia semakin menjadi. Tanganya terus merogoh isi laci tersebut untuk mencari tau lebih banyak. Namun, ia tak menemukan apapun lagi disana, kecuali beberapa barang seperti jam tangan, sisir dan lain-lain.Belum habis rasa penasaranya, tiba-tiba terdengar suara deru mesin mobil yang sudah tidak asing lagi di telinganya. Suara yang berasal dari arah halaman depan rumah itu."Apakah itu mobilku?" gumamnya.Sofia menyingkap kain penutup jendela yang ada di kamar itu. Kemudian, melihat ke arah sumber suara. Benar saja. Mobilnya sudah terparkir disana.Pria tinggi berbadan tegap terlihat keluar dari pintu mobilnya. Pria itu melangkahkan kakinya menuju pintu masuk rumah, hingga pria itu menghilang dibalik pintu.Tok ... tok ... tok ....pintu kamar Sofia diketuk. Ia berpikir, mungkin pria tadi sudah sampai di depan kamarnya untuk memberikan kunci mobilnya. Namun, "Permisi, Nona." suara Pelayan ramah itu kembali terdengar."Masuk!" sahut Sofia.Pelayan itu membuka pelan pintu kamar yang tidak terkunci. Kemudian, meletakan nampan berisi semangkuk sop iga dan sepiring nasi putih di atas meja kamar. Lengkap beserta sepiring potongan pepaya dan air putih di dalam teko kaca."Silahkan, Nona." ucap pelayan itu dengan ramah."Tunggu!" Spontan Sofia menghentikan langkah kaki pelayan yang hendak pergi meninggalkan kamarnya."Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya pelayan itu setelah berbalik badan."Siapa Reyfaldi sebenarnya ?" tanya Sofia pada pelayan yang sudah bekerja belasan tahun di rumah itu.Mendengar pertanyaan itu, Mbok Nah memasang wajah bingung. Kemudian, balik bertanya pada Sofia,"Loh, mengapa Nona bertanya siapa Tuan? Bukankah Nona sudah mengenalnya? Sehingga Tuan membawa Nona kerumah ini." jawab wanita itu."Tidak! aku tidak mengenalnya. Secara tidak sengaja, aku bertemu denganya di makam orang tua kami. Lalu, aku terpaksa harus bermalam disini." terang Sofia.Pelayan itu pun mengernyitkan dahinya, seraya berpikir. Ia menatap Sofia, memperhatikan dari ujung kepala hingga ujung kaki."Maaf, Nona. Untuk hal itu. sebaiknya, Nona bertanya langsung pada Tuan Reyfaldi." Jawab pelayan itu membungkukan badan."Permisi..." ucapnya meninggalkan kamar itu.Sofia merasa sangat lapar. Ia langsung melahap makanan yang disajikan oleh pelayan barusan. Tanpa ingin memikirkan siapa pria misterius itu untuk sementara waktu. Saat ini, ia hanya ingin berfokus menikmati makan dengan kuah hangat tersebut, setelah sedaritadi ia merasa lapar dan kedinginan.Drrrtt... Drrrtt...Ponselnya bergetar. ia meraih benda pipih yang tergeletak di atas meja kamar, sembari menyeka mulutnya yang telah selesai melahap habis makananya.Sebuah notifikasi pesan singkat dari suaminya, Alvian.[Saya ceraikan kamu sekarang juga! Secepatnya, akan saya urus semuanya!]Mata Sofia membola membaca pesan itu. Ia masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Bisa-bisanya Alvian memilih wanita jalang itu ketimbang dirinya yang sudah banyak berkorban untuknya.Tiba-tiba, penglihatannya menjadi buram akibat air yang kembali menggenang di pelupuk matanya, lalu jatuh menganak sungai dipipinya. Hatinya tak berdarah, namun terasa sakit yang luar biasa. Perselingkuhan itu bagai mencabik-cabik relung hatinya.Jangankan mengetahui suami berselingkuh, baru mengetahui suami menyukai wanita lain saja rasanya sudah sakit. Terlebih lagi, jika suami lebih memilih selingkuhanya daripada sang istri.Kebetulan, besok adalah hari sabtu. Hari dimana Alvian dan Sofia libur bekerja. Sofia berencana akan berbicara langsung dengan Alvian. Kemudian, membawa barang-barang pribadinya dari kamar apartemen terkutuk itu.Dimalam yang sunyi itu, Sofia hanya berdiam diri di dalam kamar. Ia berpikir, akan kemana besok dan akan tinggal dimana? Mengingat, rumah satu-satunya yang ia miliki, kini telah dijual oleh Bibi Ella."Sepertinya saya harus mencari kos-kosan." gumamnya.Sofia berfikir, lebih baik ia mencari kos-kosan, daripada harus menumpang dirumah orang asing. Sudah asing, aneh lagi!Ia naik ke atas ranjang berukuran king. Kemudian, duduk bersandar di dipan dan menutup bagian kaki nya menggunakan selimut hangat yang tersedia di atas kasur empuk itu. Matanya fokus pada layar ponsel yang sedaritadi ia genggam.[Info kos-kosan jakarta selatan] ketiknya di kolom pencarian.Jarinya terus menggeser layar posel ke arah atas secara perlahan, seraya membaca info iklan kos-kosan satu persatu. Hingga, matanya terhenti pada satu iklan kosan yang lokasinya tak jauh dari tempat ia bekerja. Sofia berniat akan mendatangi kosan itu secara langsung.Rasa kantuk kini mulai menyapanya, Sofia mencoba untuk memejamkan mata. ia menghela nafas dalam, "Baiklah, Mas. Saya akan hadapi kamu, besok!"Biasan sinar matahari pagi mulai menembus celah jendela kamarnya. Sofia terbangun. Kemudian, bangkit dari ranjangnya, menyingkap tirai silver yang menutupi jendela kamar."Ck, Waah ... ternyata halamanya bagus," gumamnya sembari berdecak kagum.Hujan kemarin sore, ditambah hari yang berganti malam, membuat Sofia tak begitu detil memperhatikan suasana taman rumah Reyfaldi. Namun, pagi ini, ia dapat melihatnya dengan sangat jelas.Terlihat tiga orang pelayan wanita yang salah satunya adalah Mbok Nah, sedang menyapu halaman. sementara, dua lainya terlihat mencabuti rumput liar dan memasukanya ke dalam kantong sampah.Melihat itu, pikiranya kembali bertanya, siapa sebenarnya sosok pria misterius itu? Melihat keadaan rumahnya, Sudah pasti ia bukanlah orang yang setara dengan dirinya"Aaargh.. bodo amatlah. Lagi pula, aku tak tertarik untuk mengenal pria aneh itu lebih jauh!" monolognya.Sofia bersiap untuk pergi merealisasikan rencananya yang sudah ia susun semalam. ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Kemudian, mengganti pakaianya dengan pakaian yang diberikan oleh pelayan semalam.Setelan kaos putih dan celana streetch berwarna hitam, yang entah milik siapa. Mungkin, milik pelayan itu. Namun, ukuranya sangat pas di badan Sofia.Sofia berjalan keluar kamar. Ia menebarkan pandanganya, seraya mengingat arah menuju pintu keluar."Kalau tidak salah, dari sini belok ke kiri," ucapnya dalam hati.Belum sampai langkahnya di pintu keluar. Tiba-tiba saja, suara pelayan yang sudah tidak asing lagi itu terdengar dari arah belakang."Nona, anda mau kemana?" tanya pelayan itu.Sofia menoleh dan membalikan badanya pelan, "Aku akan pergi untuk menyelesaikan masalah." jawabnya dengan cepat."Ini kunci mobil anda, Nona. Maaf, semalam saya lupa untuk memberikanya pada, Anda." ucapnya sembari memberikan kunci itu pada Sofia.Setelah menerima kunci mobilnya, yang sebenarnya Sofia juga hampir lupa dengan kunci itu. Ia melanjutkan langkahnya. Namun, lagi-lagi pelayan itu memanggilnya."Silahkan sarapan dulu, Nona. Sudah saya siapkan di atas meja makan!" pinta pelayan ramah itu.Mendengar tawaran itu, Sofia menghentikan langkahnya. pikirnya, mungkin hari ini akan banyak menguras energinya. jadi, alangkah lebih baik jika ia mengisi perutnya sebelum melangkah pergi. Lagi pula, masakan pelayan itu rasanya sangat lezat."Baiklah, aku akan sarapan dulu." jawab Sofia tersenyum."Silahkan ikut dengan saya, Nona." Pinta pelayan itu.Sofia mengikuti langkah kaki pelayan itu, hingga dirinya tiba di satu ruangan yang menurutnya sangat bagus. Ia memandangi lampu berbentuk minimalis yang tergantung di ruangan tersebut."Silahkan duduk, Nona!" persila pelayan itu sembari menggeserkan kursi ke belakang. kemudian, mempersilahkan Sofia untuk duduk.Mendengar itu, Sofia mengalihkan pandangan kagumnya menuju meja makan. Namun, tiba-tiba saja matanya membola."Hah! Kamu?""Hah, kamu ada disini? ucap Sofia ketika melihat sosok pria misterius itu duduk membelakangi Sofia. "Silahkan, Nona." pelayan ramah itu mempersilahkan Sofia untuk duduk disebelah pria aneh itu. Sofia menjatuhkan bokongnya pelan diatas kursi makan. Selera makanya menjadi berkurang, setelah melihat Reyfaldi duduk disana. Kali ini, pria aneh itu tak memakai topi hitamnya. Sehingga wajahnya terlihat dengan sangat jelas. Tanpa berkata apapun, pria itu melahap sesuap demi sesuap makanan yang tersaji di atas piring dihadapanya. Sofia menelan salivanya, setelah melihat beberapa menu makanan yang tersaji diatas meja makan itu. Sepertinya semuanya sangat lezat. Aroma nya pun tercium hingga membuat perutnya meronta meminta segera diisi. "Makanlah!" ucap pria aneh itu tanpa melihat ke arahnya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Wanita bertubuh gendut itu pun langsung mengambil beberapa sendok nasi dan lauk pauk yang tersaji. Kemudian, memindahkanya ke atas piring makannya. Tanpa
Di makam yang sunyi itu, Sofia menoleh ke arah dimana sosok bayangan itu berdiri. Ia mendekatinya sembari terisak."Reyfaldi, aku bersedia menikah denganmu. Masih berlakukah tawaran itu?"Tiba-tiba saja wanita gendut itu memeluk Reyfaldi dengan erat. Ia menangis terisak di bahunya. Reyfaldi membeku, diam mematung membiarkan tubuhnya berada di dalam dekapan wanita itu beberapa saat. pria pemilik mata cokelat itu benar-benar merasa iba.Saat ini, Sofia merasa sedang berada dititik terendah hidupnya. Selain hatinya yang telah hancur lebur, hidupnya pun menjadi berantakan. "Andai saja bunuh diri itu tidak dosa, mungkin sudah aku lakukan.""Menangislah sepuasnya. Hingga kau tak akan pernah menangisi hal yang sama untuk yang kedua kalinya." ucap pria aneh itu. Reyfaldi merasakan sesuatu yang dingin di area bahunya. kemeja putih yang ia kenakan telah basah oleh air yang merembes keluar dari mata cantik wanita itu. Tanpa ingin berlama-lama di area makam, Pria itu menuntun Sofia berjalan hing
Mata Sofia membola, ketika ia mendengar pria aneh itu berkata, "Bunuh saja, itu sudah membahayakan!" "Apaaa?" Sofia memekik. Reyfaldi langsung memutar badanya, menoleh ke arah wanita itu dengan posisi ponsel masih menempel di telinganya. Sofia menatapnya dengan wajah ketakutan. "Nanti saya hubungi lagi!" ucap Reyfaldi mengakhiri panggilan teleponya. Sofia mundur beberapa langkah, matanya menatap tajam. Ia mengira Reyfaldi adalah seorang psikopat atau sejenisnya. Mengingat kepribadianya yang menurut Sofia sangatlah aneh. "Apa yang kamu dengar barusan?" tanya Reyfaldi. "Tidak, Hentikan! Jangan mendekat!" sentaknya, ketika pria itu melangkah mendekati dirinya. "Kamu akan membunuh siapa, hah?" tanyanya lagi, dengan wajah ketakutan. "Barusan saya berbicara dengan perawat kakek saya. Ia bilang ada ular di halaman belakang. Jadi, saya perintahkan untuk membunuh ular itu. Apakah saya salah?" jawab pria misterius itu."Jangan bohong kamu!" sentak Sofia."Untuk apa saya berbohong? jika k
Tiba-tiba, ponsel di genggaman tangan Sofia berdering. Terlihat nama Renata di layar ponselnya. Dengan cepat, wanita itu menjawab panggilanya."Sofia, cepat kamu kesini." ucap Renata dengan suara bergetar. Tanpa membuang waktu, Sofia langsung berbalik badan, berlari menuju lokasi tempat Sofia bekerja yang jaraknya tidak begitu jauh dari kosan, diikuti langkah kaki Reyfaldi."Hentikan!" teriak Sofia dengan nafas terengah-engah. Mendengar itu, dua pria berpostur tinggi besar yang tengah melempar beberapa barang di gudang distributor milik Renata langsung terdiam seketika. Masih dengan orang yang sama, yang merampas paksa mobil Sofia kemarin. Dua pria itu menoleh ke arah Sofia. Kemudian, tersenyum miring, seolah senang telah berhasil menemukan targetnya. Dua pria itu langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, dengan cepat Reyfaldi langsung menghadangnya. berdiri tegap didepan pria berwajah kasar itu seraya menatap tajam padanya. "Sebutkan, berapa total utang-utangnya?" tanya Reyfaldi d
"Menikah resmi?""Ya! Saya tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Namun, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika kamu tidak mengizinkan saya untuk menyentuhmu, maka sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menyentuhmu," ujar pria tampan itu sembari menatap layar ponselnya. Sofia tersenyum miring mendengarnya, "Tentu saja aku tidak akan mau menyerahkan tubuhku pada laki-laki yang tidak aku cintai," monolognya seraya mendelikan mata. Reyfaldi menoleh ke arah wanita gendut itu, "Bagimana? Bukankah sebelumnya kamu sudah setuju! Atau--, apakah kamu berubah pikiran?" "Tidak! Aku tidak berubah pikiran." jawab Sofia menggeleng cepat Wanita gendut itu tau diri, jika ia sampai membatalkan kesepakatan yang sudah ia buat, pria misterius itu pasti akan meminta kembali uang yang telah ia keluarkan untuk rentenir itu. Lagipula, jika Sofia sampai membatalkan perjanjianya. Tentu ia tidak akan bisa membalaskan dendamnya pada Alvian. Sofia tidak akan merasa puas sebelum melihat laki-la
"Hah. Mas Alvian?" Matanya menangkap sebuah pemandangan yang tak mengenakan. Sepasang pria dan wanita yang telah mengahancurkan hatinya itu melintas di hadapanya sembari bergandengan tangan dengan mesra. Melihat itu, hatinya bagai tersayat belati. Hingga saat ini, ia masih tak menyangka jika Alvian akan tega menyakitinya. Namun, inilah kehidupan. Terkadang, kita tidak dapat menebak apa yang akan terjadi di kemudian hari. Untungnya, sepasang manusia jahat itu tak melihat ke arahnya. Mereka berjalan dan berbincang seru dengan wajah yang berseri-seri. Tanpa ada rasa berdosa sedikitpun. "Dasar jahat! Lihat saja, suatu hari nanti aku akan membalas perbuatan kalian!" gumamnya."Sebaiknya, alihkan pandanganmu. Tak ada gunanya kamu terus memandanginya. Itu hanya akan membuat hatimu semakin hancur!" Tutur pria yang duduk dihadapan Sofia seraya menyantap menu sushi yang sedari tadi belum habis. "Aku benar-benar tidak menyangka, jika suamiku akan tega mengkhianatiku hanya karena perubahan be
Sesaat, setelah pintu dibuka oleh pelayan wanita yang sedari tadi berdiri di samping pintu. Terlihat sebuah ruangan dengan alat-alat canggih dan tempat tidur pasien di dalamnya. "Reyfaldi?!" sapa wanita cantik yang duduk di kursi kejayaanya memakai jas berwarna putih. "Hai, Tamara," sahut pria tampan itu melempar senyum. Pria dan wanita cantik itu bersalaman. Ada sesuatu yang lain di wajah pria itu. Tidak biasanya ia tersenyum dengan ramah. Namun, kali ini ia mengembangkan senyumnya dengan sangat manis pada wanita dihadapanya. Siapa wanita itu? "Oya. kenalkan, Teman saya," ucap Reyfaldi sembari mengarahkan tanganya pada Sofia. "Sofia!" "Hai, Sofia. Saya Tamara. Tetangga Reyfaldi, ketika kami tinggal di Amerika. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita cantik itu dengan ramah."Buatlah dia menjadi langsing dan lebih cantik lagi " pinta Reyfaldi pada Tamara. "Oh, gampang! Itu hal yang sangat mudah," jawab Dokter cantik itu tersenyum.Setelah berbincang, berkonsultasi dan melakukan
Tanpa sengaja, kaki Reyfaldi tersandung ujung ranjang bagian bawah, sehinga ia terjatuh menimpa sesuatu yang terasa kenyal. Tiba-tiba, lampu di kamar itu kembali menyala. Reyfaldi kaget, melihat Sofia yang tengah berada dibawah tubuhnya. Bibirnya pun saling bersentuhan dengan bibir Sofia. "Lepaskan!" pekik Sofia sembari mendorong tubuh kekar pria tampan itu. Reyfaldi segera menarik tubuhnya dan berdiri dengan cepat. "Ma-Maaf. Saya benar-benar tidak sengaja." ucap pria tampan itu dengan gugup. Sofia tak menjawab. Ia duduk dengan wajah marah. Reyfaldi yang gugup dan salah tingkah itu merasa sangat malu pada Sofia. Ia langsung berpamitan dan pergi keluar kamar. "Huh. Bisa-bisanya dia mengambil kesempatan dalam kesempitan." umpat Sofia.Namun, tiba-tiba ingatanya kembali ke kejadian yang baru saja terjadi. Sentuhan bibir yang terasa hangat dan hembusan nafas pria tampan itu masih terasa dengan sangat jelas. "Argh. Mengapa aku malah membayangkanya lagi? Sudah-sudah!" Monolognya semba