Share

Bab.6 Terpaksa Menerima Tawaran

Di makam yang sunyi itu, Sofia menoleh ke arah dimana sosok bayangan itu berdiri. Ia mendekatinya sembari terisak.

"Reyfaldi, aku bersedia menikah denganmu. Masih berlakukah tawaran itu?"

Tiba-tiba saja wanita gendut itu memeluk Reyfaldi dengan erat. Ia menangis terisak di bahunya. Reyfaldi membeku, diam mematung membiarkan tubuhnya berada di dalam dekapan wanita itu beberapa saat. pria pemilik mata cokelat itu benar-benar merasa iba.

Saat ini, Sofia merasa sedang berada dititik terendah hidupnya. Selain hatinya yang telah hancur lebur, hidupnya pun menjadi berantakan. "Andai saja bunuh diri itu tidak dosa, mungkin sudah aku lakukan."

"Menangislah sepuasnya. Hingga kau tak akan pernah menangisi hal yang sama untuk yang kedua kalinya." ucap pria aneh itu.

Reyfaldi merasakan sesuatu yang dingin di area bahunya. kemeja putih yang ia kenakan telah basah oleh air yang merembes keluar dari mata cantik wanita itu.

Tanpa ingin berlama-lama di area makam, Pria itu menuntun Sofia berjalan hingga ke dalam mobil, dan membawanya kembali kerumahnya.

Tak ada yang memulai perbincangan di dalam mobil mewah itu. Sofia menatap ke arah jendela samping, meneteskan air mata yang sedari tadi memenuhi pelupuk matanya tanpa henti. Sedangkan Reyfaldi, hanya fokus mengendalikan laju mobilnya. Hingga, sampailah mereka di halaman rumah yang terdapat banyak dinding kaca itu.

Reyfaldi turun dari mobilnya, berjalan memutar membukakan pintu sebelah Sofia. Kemudian, menuntunnya masuk ke dalam ruang kerjanya.

Sesaat setelah Reyfaldi membuka pintu ruang kerja. Wanita itu mengedarkan penglihatannya ke segala arah. Terlihat buku-buku dan tumpukan dokumen yang tersusun rapih di dalam rak. Di atas meja kerjanya yang besar, terdapat sebuah laptop dan name tag yang bertuliskan "Reyfaldi Wiriawan Anggara. Siapa kamu sebenarnya?"

Agar tidak ada kesalahpahaman. Pria aneh itu menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya. Reyfaldi, merupakan seorang CEO anak perusahaan yang cukup berkembang. Bernama, PT. Delta food yang bergerak dibidang makanan ringan.

Saat ini, ia mempunyai tujuan ingin mendapatkan warisan sang kakek. Yaitu, sebuah induk perusahaan bernama, PT. Anggara indo jaya Tbk, yang sama-sama bergerak dibidang pangan. Yang tak lain adalah tempat Alvian, suami Sofia bekerja sebagai kepala produksi.

Sang Kakek akan mewariskan perusahaanya dengan syarat, cucu kesayanganya itu harus menikah. Namun, kepribadian introvert membuatnya kesulitan untuk mendekati seorang wanita. Sehingga, di usianya yang sudah menginjak 31 tahun, ia masih saja menjadi pria singgle dan belum pernah berpacaran sekalipun.

"Saya akan kenalkan kamu pada kakek saya sebagai calon istri," ucap Reyfaldi.

"Tapi aku ada satu permintaan. Kamu harus membayar utang-utang Bibiku sebesar 50 juta, sisanya. Anggap saja ini jasa. Karena, aku mau membantumu untuk mendapatkan warisan kakekmu," pinta Sofia.

"Baiklah, akan saya lunasi berapapun utangnya!"

"Tapi pernikahan ini hanya pura-pura saja, kan?"

"Terserah kamu mau mengasumsikan pernikahan pura-pura atau bukan. Jika kamu tidak siap, sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menyentuhmu. Bahkan kita akan tidur di kamar terpisah," terang pria aneh itu.

Tujuan utama Reyfaldi menikah, hanya untuk mendapatkan warisan sang kakek, agar ia dapat memegang kendali penuh atas perusahaan yang sementara ini dikelola oleh orang kepercayaan kakeknya.

Namun, tak hanya itu. Reyfaldi pun sebetulnya ingin membalaskan dendamnya pada Alvian. Yang ternyata, Alvian adalah teman satu kelas Reyfaldi, ketika ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Ia selalu teringat dengan perlakuan Alvian dan teman-temanya yang sering melakukan perundungan. Hingga Akhirnya, orang tua Reyfaldi terpaksa memindahkan sekolah putranya itu ke German.

"Namun, perlu kamu ketahui. Suamimu pernah menjadi teman satu kelas, ketika saya duduk di kelas tujuh. Dia dan teman-temanya selalu membully saya, memperlakukan saya dengan tidak baik. Bahkan ia pernah menyiram saya menggunakan air rebusan mie, ketika saya makan dikantin sendirian.

Alvian, sebagai ketua genk, dia selalu memerintahkan teman-temanya untuk menjahili saya, melempar sepatu saya ke atas genting, juga menyembunyikan tas saya. Sehingga, saya dihukum oleh Bapak guru karena dianggap tidak membawa buku pelajaran ke sekolah." tutur Reyfaldi.

Sofia melongo mendengar pria misterius berwajah tampan itu berbicara panjang lebar. Biasanya, tak banyak kata yang keluar dari mulutnya. Namun, kali ini ia berbicara cukup banyak,

"Apakah kamu ingin membalas dendam pada Alvian?" tanya Sofia.

Pria itu diam tak bergeming, matanya mengarah pada layar laptop dan jari-jemarinya sibuk menggeser kursor.

"Jika kamu ingin membalas dendam, mari kita lakukan bersama-sama! Akupun sudah merasa benci padanya," ajak wanita bertubuh gempal itu.

Lagi-lagi Reyfaldi tak menjawab pertanyaanya. Namun, kali ini ia melemparkan senyum tipis pada Sofia. Yang berarti bahwa Reyfaldi setuju dengan ajakanya.

"Oke kalau begitu, aku akan menunggu Alvian selesai mengurusi perceraian kami. Lalu, aku akan menikah denganmu."

"Nanti, saya akan memberimu uang sebesar 500 juta, setelah kamu menandatangani surat perjanjian bahwa kamu bersedia menikah dengan saya. Jika batal, kamu harus mengembalikan uang itu pada saya! Bagaimana ?" terang Reyfaldi.

Mata terbelalak dan mulutnya menganga setelah mendengar nominal yang akan diberikan oleh pria misterius itu. Padahal, ia hanya membutuhkan uang 50 juta saja untuk melunasi utang bibinya.

"Setelah menikah, saya akan sediakan kamu mobil beserta sopir," tambah pria bermata cokelat itu.

"Baiklah. Kapan saya bisa menandatangani surat perjanjian itu?" ucap Sofia tak sabar.

"Akan saya urus secepatnya melalui pengacara saya."

Setelah perbincangan selesai, Sofia berjalan meninggalkan ruangan. Lalu, kembali ke dalam kamarnya.

"Hidup macam apa ini? Gila. Siapa sangka, akhirnya aku akan terjebak selamanya di dalam kamar ini!" umpat Sofia.

Wanita itu tak mempunyai pilihan lain selain menuruti keinginan Reyfaldi. Di dalam kamar ala hotel bintang lima itu, ia berdiri di hadapan cermin, memandangi pantulan tubuhnya. "Aku gendut!"

Sofia berniat menurunkan berat badanya sebelum bertemu dengan kakek Reyfaldi, supaya ia terlihat cantik. Jika dirinya cantik, tentu saja kakek Reyfaldi akan mempercayai jika ia benar-benar kekasih cucunya.

[Bisakah kamu membantuku untuk menurunkan berat badanku? Aku ingin terlihat cantik dan langsing, ketika bertemu dengan kakekmu nanti.] ketik pesan singkat Sofia kepada Reyfaldi.

[Tentu saja. saya akan membawamu ke klinik ternama di jakarta.]

[Tapi, jika hanya sekedar membakar kalori. Di belakang ada fitnes room. Saya akan perintahkan Mbok Nah untuk mengantarmu kesana.] tambahnya.

Tok ... tok ... tok ....

"Permisi, Nona. Saya diperintahkan Tuan untuk mengantar Anda ke ruangan fitnes. Mari ikut saya." ucap wanita Pelayan itu, sesaat setelah Sofia membukakan pintu kamarnya.

Langkah kakinya mengikuti pelayan yang berada di depannya. Manik matanya menyisir ke segala arah. Di rumah yang luas itu terdapat beberapa ruangan. Yang setiap ruanganya berinterior minimalis namun mewah.

Sampailah Sofia di area belakang rumah. Lagi-lagi Matanya berpencar lincah melihat ke sekeliling taman yang cukup luas. Di area taman tersebut, terdapat kolam renang, disampingnya lagi, terdapat kolam ikan koi berkonsep natural dihiasi dengan batu-batu alam dan pohon rindang yang indah.

"Ck ... waaah, ini keren banget," gumamnya berdecak kagum.

"Mbok, Apakah Reyfaldi tinggal disini sendirian?" tanyanya pada pelayan itu.

"Betul, Non. Semenjak orang tuanya meninggal, Tuan muda tinggal dirumah ini sendirian." jawabnya.

Langkah kaki pelayan itu terhenti di depan satu ruangan berdinding kaca transparan, yang didalamnya terdapat beberapa alat fitnes.

"Silahkan, Nona." ucap pelayan itu membukakan pintu ruangan mempersilahkan Sofia untuk masuk.

Wanita itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Namun, ia kebingungan, tak mengerti cara menggunakan alat-alat yang baru pertamakali dilihatnya itu.

"Jika Nona butuh sesuatu, Nona bisa panggil saya dengan menekan tombol ini," terang pelayan itu sembari mengarahkan ibu jarinya ke tombol berwarna putih yang menempel di dinding ruangan tersebut.

"Baik, Mbok. Terimakasih." sahut Sofia.

Pelayan itu meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ketempatnya. Sofia yang penasaran, mencoba alat-alat tersebut secara acak. Namun, ia benar-benar kebingungan dengan Alat-Alat tersebut.

Sofia terus menebar pandangan pada satu-persatu alat yang ada disana. Hingga, pandangannya tertuju pada sosok pria misterius yang duduk di samping kolam ikan koi, dengan posisi membelakanginya.

Sofia mencoba mendekatinya, ia ingin bertanya bagaimana cara menggunakan alat fitnesnya dengan benar. Namun, setelah dirinya berada di dekat pria yang sedang menelepon seseorang itu. Tiba-tiba saja matanya membola, ketika mendengar pria itu berkata,

"Bunuh saja! Itu sudah membahayakan!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status