Share

Bab. 7 Senyumnya Ternyata Manis

Penulis: Merisa storia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-30 12:42:18

Mata Sofia membelalak lebar mendengar ucapan Reyfaldi di telepon.

"Bunuh saja, itu sudah membahayakan!"

"Apaaa?" pekik Sofia terkejut.

Reyfaldi sontak berbalik, menatap Sofia dengan ponsel masih menempel di telinga. Wajah Sofia memucat, jelas ketakutan.

"Nanti saya hubungi lagi!" Reyfaldi mengakhiri panggilan.

Sofia melangkah mundur, mengira Reyfaldi adalah seorang psikopat atau semacamnya. Kepribadiannya yang aneh menguatkan dugaan itu.

"Apa yang kamu dengar barusan?" selidik Reyfaldi.

"Tidak, hentikan! Jangan mendekat!" sentak Sofia saat pria itu melangkah ke arahnya.

"Kamu akan membunuh siapa, hah?" tanya Sofia dengan suara bergetar.

"Barusan saya bicara dengan perawat kakek. Ada ular di halaman belakang, jadi saya minta mereka membunuhnya. Apakah saya salah?" Reyfaldi menjelaskan dengan tenang.

"Jangan bohong!" hardik Sofia.

"Untuk apa saya berbohong? Kalau tidak percaya, kita bisa langsung ke rumah kakek sekarang juga," tawar Reyfaldi meyakinkan.

Sofia menghela napas lega, mengusap dadanya pelan.

"Jangan bilang kamu mengira saya akan membunuh manusia?" tebak Reyfaldi.

"Iya, aku pikir begitu," aku Sofia jujur.

Reyfaldi mendengus, tersenyum getir. "Seburuk itukah pandanganmu tentang saya?"

"Maaf, tapi wajar saja. Bukankah aku belum benar-benar mengenalmu," kilah Sofia.

Reyfaldi kembali tersenyum kecut, membuang pandangan sejenak sebelum menatap Sofia lekat-lekat.

"Apakah saya terlihat begitu menakutkan? Saya baru sadar, saat kita pertama bertemu di makam itu, kamu sangat ketakutan pada saya," ujarnya.

"Maaf..., sejujurnya, selain penampilan, sikapmu juga sangat aneh. Wanita mana yang tidak takut pada pria asing yang tiba-tiba muncul di makam lalu mengajak menikah!" tutur Sofia blak-blakan.

Mendengar itu, Reyfaldi tak kuasa menahan senyum. Ia melempar senyum manisnya pada Sofia yang terpaku. Seolah tersihir, Sofia tak bisa mengalihkan pandangan dari pesona pria misterius itu.

Tersadar, Sofia buru-buru memejamkan mata dan menggelengkan kepala, berusaha menepis perasaan aneh yang menyelinap di hatinya. Ia pun membuang muka, menghindari tatapan Reyfaldi.

"Oh ya, ada apa kamu menghampiri saya?" tanya Reyfaldi kemudian.

"Oh, itu. Aku tidak mengerti cara memakai alat-alat di ruang fitnes. Bisakah kamu membantuku?" pinta Sofia dengan senyum canggung.

Reyfaldi langsung melangkah ke ruang fitnes diikuti Sofia. Ia menunjuk salah satu alat.

"Alat yang mana ingin kamu gunakan? Hmm... tapi sebaiknya untuk pemula, coba yang ini saja," sarannya sambil menyalakan treadmill.

Sofia mengangguk. Setelah treadmill menyala, Reyfaldi mempersilakan Sofia mencobanya. Dengan ragu, Sofia memijakkan kaki di atas alat itu. Namun baru selangkah, ia kehilangan keseimbangan dan jatuh terhuyung ke belakang.

Untungnya, Reyfaldi yang berdiri di belakangnya sigap menangkap tubuh Sofia sebelum membentur lantai. Mereka bertatapan intens selama beberapa detik. Sofia terpesona, bisa mengamati wajah tampan Reyfaldi dengan jelas dalam jarak sedekat itu.

Reyfaldi berdeham pelan, perlahan melepaskan dekapannya dan mendorong lembut tubuh Sofia agar berdiri tegak. Sofia salah tingkah.

"Aku baru pertama mencobanya. Ternyata alat ini malah menarikku ke belakang," ujarnya kikuk seraya menggaruk kepala.

Reyfaldi hanya diam, mengalihkan pandangan. Berusaha mencairkan suasana, Sofia tiba-tiba melontarkan pertanyaan.

"Apa kamu sering memakai alat-alat di sini?" tanyanya basa-basi, meski sadar pertanyaan itu tidak penting. Ia hanya ingin memecah keheningan yang canggung.

Alih-alih menjawab, Reyfaldi justru berkata, "Saya akan membawamu ke klinik kecantikan ternama di Jakarta. Di sana kamu bisa fokus mengecilkan tubuh dan melakukan perawatan dari ujung rambut sampai kaki."

"Tapi pasti mahal sekali," Sofia merasa sungkan dengan kemurahan hati Reyfaldi.

"Berapapun akan saya bayar, tidak masalah. Lagipula ini demi keberhasilan rencana kita, kan," Reyfaldi meyakinkan.

Sofia mengangguk pelan.

"Sebaiknya sekarang kamu mandi dan bersiap. Kita akan ke mal dulu membeli pakaian dan kebutuhan lainnya, baru ke klinik kecantikan," jelas Reyfaldi.

"Bukankah kita akan pergi besok?" tanya Sofia heran.

"Saya baru ingat besok ada rapat penting dengan seluruh staf di kantor. Jadi lebih baik kita pergi sekarang," jawab Reyfaldi.

Mendengar itu, Sofia merasa sangat senang. Salah satu impiannya akhirnya bisa terwujud. Ia sering membayangkan bagaimana rasanya menjadi wanita cantik, putih mulus, dan bertubuh ideal.

Selama menikah dengan Alvian, Sofia menghabiskan gajinya hanya untuk membantu suaminya itu membayar sewa apartemen dan cicilan mobil. Belum lagi tuntutan mertuanya yang banyak maunya.

"Hmm... ternyata berpisah dari lelaki brengsek itu sama saja seperti terbebas dari beban berat," gumam Sofia dalam hati.

"Kok malah melamun?" tegur Reyfaldi, melambaikan tangan di depan wajahnya.

"Eh, iya, kenapa?" Sofia tersentak.

"Ayo siap-siap, saya tunggu di ruang kerja," ujar Reyfaldi.

"Tunggu, bisa tolong antar aku ke kamar kosku dulu? Barang-barangku masih di sana," pinta Sofia saat Reyfaldi hendak beranjak.

"Tentu, saya akan mengantarmu."

Sofia mengekori langkah Reyfaldi menuju ruang kerjanya. Tiba-tiba ia berkata, "Sepertinya aku begini saja. Toh kalau mandi juga bajuku ada di kos."

Reyfaldi menoleh dan menatap Sofia sekilas. "Oke, kalau begitu kita langsung berangkat saja."

Ia pun mengubah arah menuju tempat parkir. Tak lama, mobil mereka sudah melaju membelah kemacetan Jakarta. Reyfaldi duduk di balik kemudi lengkap dengan topi hitam yang selalu tersimpan di dasbor.

"Boleh aku tanya sesuatu?" Sofia memecah keheningan.

"Silakan," sahut Reyfaldi sambil memutar setir.

"Kenapa sih kamu selalu memakai topi hitam itu?"

"Supaya tidak ada yang mengenali saya," jawab Reyfaldi singkat.

"Hah, maksudnya?" Sofia kebingungan.

"Saya tidak suka bertemu orang yang saya kenal," jelasnya tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.

Sofia benar-benar tak paham. Baru kali ini ia menemui orang yang tak suka bertemu sesamanya. Apakah Reyfaldi antisosial? Sombong? Atau apa?

Belum selesai Sofia berpikir, ponselnya berdering.

"Halo?"

"Di mana kamu? Cepat bayar sisa utang bibimu atau kamu akan menyesal!" gertak suara berat di seberang.

"Baik, tolong beri saya waktu," pinta Sofia.

"Ah, banyak omong kamu!" bentak sang penagih utang, lalu memutus telepon.

Dengan cemas, Sofia buru-buru memblokir nomor tak dikenal itu. Namun ia teringat Renata, khawatir para preman itu akan mengacau di tempat usahanya.

"Siapa? Debt collector lagi?" tanya Reyfaldi.

Sofia mengangguk lesu. Reyfaldi meliriknya, mendapati raut wajah Sofia yang resah.

"Di mana dia? Sebaiknya kita temui sekarang," usul Reyfaldi.

Sofia menggeleng. Ia tak ingin melibatkan Reyfaldi lebih jauh, merasa tidak enak karena pria itu sudah begitu baik padanya.

Tak lama, mobil mereka tiba di depan kos Sofia. Mereka turun dan menaiki tangga menuju kamar Sofia di lantai atas.

Namun baru setengah jalan, ponsel Sofia berdering lagi. Terdengar suara Renata yang bergetar ketakutan di ujung sana.

"Sofia, tolong cepat ke sini!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Indah Yuliani
lanjut 🥲,koin lgi
goodnovel comment avatar
Nur Aeni
lanjut ceritanya
goodnovel comment avatar
Ida Faridah
lanjut baca dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 114

    "Mbooook ...!" Teriak Ella memecah keheningan. Mbok Nah segera berlari menghampiri Ella. Ia kaget melihat cairan yang sudah tergenang di kaki Sofia. "Nona ... Anda akan melahirkan?!" "Segera hubungi Reyfaldi! Aku akan membawa Sofia kerumah sakit bersalin!" titah Ella panik. Dengan panik. Wanita itu segera memboyong Sofia masuk ke dalam mobil peninggalan orang tua Sofia yang terparkir di halaman rumah Reyfaldi. Kemudian, Ella menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit bersalin tempat Sofia memeriksakan kehamilannya. Untungnya, wanita yang sempat menjadi pengemis itu sudah ahli dalam mengemudikan mobil. Sehingga, tak membutuhkan waktu yang lama untuk Sofia bisa tiba di Rumah sakit. Ella berlari ke bagian administrasi. Untung saja saldo di rekeningnya terisi uang hasil penjualan beberapa hari kebelakang. Sekitar 10 juta Ella melakukan deposit di rumah sakit tersebut. Tim medis segera bertindak dengan cepat. Sofia ditangani dengan sangat baik di rumah sakit

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 113

    Sofia keluar dari ruangan tak layak huni tersebut. Ia menyeka air mata di pipi kemudian berbicara dengan Reyfaldi sambil berbisik."Sayang ..., bisa tolong Paman Danu? Aku sangat tidak tega melihatnya," ucap Sofia seraya menitikan air mata. Reyfaldi kemudian menyeka air di pipi Sofia dengan lembut. "Tentu, Sayang. Saya akan segera memanggil ambulace." Sofia mengangguk dan tersenyum haru. "Terima kasih, Sayang." Tak lama berselang, sebuah mobil ambulance tiba di depan jalan. Tim medis segera membawa Danu ke rumah sakit untuk diperiksa. Ella masuk dan duduk di dalam ambulance. Sedangkan Sofia bersama Reyfaldi mengikuti dari belakang. Setibanya di rumah sakit, Reyfaldi segera memesan kamar kelas VVIP, yaitu kamar termahal yang tersedia di rumah sakit tersebut. Danu segera ditangani oleh tim medis. Beberapa pengecekan dilakukan oleh dokter. Beruntung, bukan penyakit berbahaya yang diderita oleh Danu. Melainkan hanya asam urat namun cukup akut. "Sofia ... ruangan ini pasti sangat mah

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 112

    "Bibi Ella?" Wanita yang tengah hamil besar itu beringsut mundur kemudian berbalik badan dan pergi meninggalkan Ella di ruang tamu. Ia merasa sangat benci pada Bibinya itu. Namun, Reyfaldi langsung mencekalnya. "Ayolah, Sayang ... bukankah tadi kamu berniat akan memaafkannya," bujuk Reyfaldi. "Tuhan saja pemaaf, apagi kita yang hanya sebagai hamba," tambahnya lagi. Sofia termenung beberapa saat. "Baiklah ..., aku akan menemuinya!" Wanita bertubuh besar itu kemudian berbalik badan dan melangkah kembali ke ruang tamu. Ia menjatuhkan bokongnya dengan pelan di atas sofa. Sedangkan Reyfaldi memilih untuk menunggu di dalam kamar, tak ingin mencampuri urusan bibi dan keponakan itu. "Sofia ... akhirnya kamu mau menemuiku." Mata wanita itu berkaca-kaca. "Aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku dan Paman Danu. Kami melakukannya karena sangat terdesak. Pada saat itu, kami selalu diancam oleh debt collector. Sehingga kami merasa stress dan gelap mata. Tidak ada cara lain bagi kami selai

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 111

    Pria yang menjabat sebagai CEO itu membungkuk lalu mendaratkan kedua tangannya di lengan bagian atas Alvian. Kemudian, mengangkat tubuh itu ke atas. "Jangan lakukan itu. Kamu tidak perlu bersimpuh di hadapanku!" Lagi-lagi, Alvian berucap terima kasih pada Reyfaldi. Pun juga dengan wanita tua yang sedari tadi berdiri di sana. Ia meminta maaf dan mengucapkan banyak terima kasih pada Reyfaldi. "Mulai minggu depan. Kembalilah ke perusahaan. Jadilah kepala produksi yang tidak akan mengecewakan saya lagi!" tutur pria tampan itu. Kepala yang semula menunduk, langsung terangkat wajahnya. "Apa?! Apa aku tidak salah dengar, Rey?" Reyfaldi tersenyum sekilas. "Bekerjalah lebih giat, agar kehidupan anakmu terjamin!" Alvian menyatukan kedua telapak tangannya seolah berterima kasih pada Reyfaldi. "Aku akan berusaha jadi karyawan terbaik. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kamu berikan, Rey!" Pria yang mengenakan kemeja hitam itu berpamitan. Ia berniat segera pulang karena mengingat

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 110

    Alvian bergegas naik ke dalam mobil milik tetangganya yang menawarkan bantuan padanya. "Maaf, pak. Saya menjadi merepotkan," ucapnya pada Bapak pemilik mobil. "Tidak sama sekali, Pak." Ambar tidak mengetahui kejadian yang terjadi semalam pada anaknya itu. Ia mengira, selama Clara bekerja menjadi LC karaoke, rumah tangga Alvian baik-baik saja. Bagai tersambar petir, tiba-tiba saja wanita tua itu mendengar kabar jika menantu kesayangannya itu kecelakaan bersama pria lain secara mengenaskan. Dan yang paling membuatnya merasa tercengang adalah berita tentang perselingkuhannya bersama pria beristri. Tak banyak berkata. Di dalam perjalanan, mereka hanya terdiam. Ambar dan Alvian masih merasa sulit untuk memahami apa yang tengah terjadi. "Kamu harus menjelaskan banyak hal pada ibu, setelah ini!" cetus ambar. Setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Alvian dan Ambar melangkah dengan sedikit keraguan dan ketakutan. Mereka merasa tida

  • Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan   Bab. 109

    Keributan yang terjadi di kediaman Alvian membuat para tetangga penasaran. Beberapa warga mengintip dari balik jendela menyaksikan pertengkaran yang terjadi. Ketua RT dan beberapa warga di pemukiman itu langsung menghampiri rumah Alvian untuk mencari tau dan melihat keadaan Alvian. Namun, mereka dikagetkan oleh suara teriakan Alvian yang menyatakan bahwa dirinya ingin mati. Segera, mereka menerobos masuk ke dalam rumah Alvian tanpa permisi. Melihat Alvian yang telah siap menghujamkan pisau ke dadanya. Sontak, salah satu warga berteriak. "Hentikan!! Kamu tidak boleh melakukannya!" Alvian otomatis membuka matanya. Salah satu warga yang datang langsung menyambar pisau yang berada di dalam genggaman tangan Alvian. Kemudian, meyadarkan lelaki itu dari tindakan bodohnya. Alvian menangis tak terkendali. "Tenang ... tenangkan diri anda, Pak Alvian. Beberapa orang warga mengelus pelan punggung Alvian. Sementara, satu orang lainnya mengambil segelas air minum lalu meminumkannya pada Alvian

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status