Share

Bab. 7 Senyumnya Ternyata Manis

Mata Sofia membola, ketika ia mendengar pria aneh itu berkata, "Bunuh saja, itu sudah membahayakan!"

"Apaaa?" Sofia memekik.

Reyfaldi langsung memutar badanya, menoleh ke arah wanita itu dengan posisi ponsel masih menempel di telinganya. Sofia menatapnya dengan wajah ketakutan.

"Nanti saya hubungi lagi!" ucap Reyfaldi mengakhiri panggilan teleponya.

Sofia mundur beberapa langkah, matanya menatap tajam. Ia mengira Reyfaldi adalah seorang psikopat atau sejenisnya. Mengingat kepribadianya yang menurut Sofia sangatlah aneh.

"Apa yang kamu dengar barusan?" tanya Reyfaldi.

"Tidak, Hentikan! Jangan mendekat!" sentaknya, ketika pria itu melangkah mendekati dirinya.

"Kamu akan membunuh siapa, hah?" tanyanya lagi, dengan wajah ketakutan.

"Barusan saya berbicara dengan perawat kakek saya. Ia bilang ada ular di halaman belakang. Jadi, saya perintahkan untuk membunuh ular itu. Apakah saya salah?" jawab pria misterius itu.

"Jangan bohong kamu!" sentak Sofia.

"Untuk apa saya berbohong? jika kamu tidak percaya, kita bisa memastikanya langsung kerumah kakek saya sekarang juga." tutur pria itu meyakinkan.

Mendengar itu, Sofia menghela nafas panjang seraya mengelus dadanya pelan.

"Jangan katakan, barusan kamu berfikir bahwa saya akan membunuh manusia?" ucap pria itu.

"Iya, aku pikir begitu," jawab Sofia.

Mendengar itu, Reyfaldi mendengus kasar, " seburuk itu kah penilaianmu tentang saya?"

"Maaf, tapi menurutku wajar saja. Bukankah aku memang belum begitu mengenalmu," jawab Sofia.

Reyfaldi tersenyum getir seraya membuang pandangan ke sembarang arah beberapa saat, sebelum kembali menatap tajam wanita itu.

"Apakah saya terlihat begitu menyeramkan? Saya baru sadar, di makam itu, ketika kita pertama kali bertemu, sepertinya kamu sangat takut pada saya?" tanya Reyfaldi.

"Maaf ..., kalau aku boleh jujur. Selain penampilanmu yang aneh, sikap mu juga sangatlah aneh. Wanita mana yang tidak takut dengan pria yang tiba-tiba saja muncul di area makam. kemudian, mengajak menikah!" tutur wanita itu.

Mendengar pengakuan polos itu, Reyfaldi langsung melemparkan senyum manisnya. Sofia yang sedari tadi memandang intens pada pria aneh itu, langsung terpana melihat bibir ranum yang mengulas segaris senyum.

Matanya mengerjap, kepalanya menggeleng cepat. ia menyadarkan dirinya dari senyuman yang baru saja menghipnotisnya.

"Oyaa, Ada apa kamu menghampiri saya?" tanya pria aneh itu.

"Ohh, itu. Aku tidak mengerti cara menggunakan alat-alat yang ada di ruang fitnes, bisakah kamu membantuku." ucap Sofia tersenyum.

Pria itu segera melangkahkan kaki nya menuju ruang fitnes, diikuti langkah kaki Sofia, "Alat yang mana yang ingin kamu gunakan? Emm.. Tapi, sebaiknya untuk permulaan kamu pakai yang ini saja." terang Reyfaldi seraya memijit tombol treadmill.

Sofia mengangguk pelan.

"Ayo, kamu bisa mencobanya sekarang." titah Reyfaldi setelah ia menyalakan alat treadmillnya.

Sofia melangkahkan kakinya diatas treadmill. Setelah salah satu kakinya menapak di alat itu, ia tak dapat menyeimbangkan badanya, hingga akhirnya wanita itu pun terseret kebelakang.

Beruntungnya, Reyfaldi yang sedaritadi masih berdiri disana, spontan langsung menangkap tubuh gempal wanita itu, menahannya agar tidak tersungkur ke lantai.

Masih dalam dekapan pria aneh itu, mereka saling beradu pandang selama beberapa saat. Kali ini Sofia benar-benar dapat melihat dengan jelas wajah pria misterius itu. Lagi-lagi Sofia terhipnotis oleh ketampananya.

Reyfaldi bergerak cepat, mendorong tubuh yang hampir jatuh itu agar tegak berdiri. Kemudian, melepaskan pelukanya.

Sofia langsung menegakkan badanya. Ia berdehem pelan. "Aku baru pertama kali mencobanya. Ternyata, alat ini malah membawaku kebelakang" ucapnya tersenyum seraya menggaruk kepala yang tidak gatal.

Pria itu mengalihkan pandangan dari Sofia. Dia diam dan tak merespon apapun. Sofia yang sempat salah tingkah mencoba mencairkan suasana dengan bertanya, "Apakah kamu sering menggunakan alat-alat yang ada disini?"

Reyfaldi tak menjawab pertanyaan wanita itu. Ia langsung mengalihkanya, "Saya akan membawamu ke klinik ternama di jakarta. Disana kamu bisa fokus untuk mengecilkan tubuh dan melakukan perawatan dari ujung rambut hingga ujung kaki." tutur pria misterius itu.

"Tapi harganya pasti sangat mahal." jawab Sofia merasa tidak enak dengan kebaikan Reyfaldi.

"Tak masalah, berapapun biayanya akan saya bayar. Lagi pula ini untuk keberhasilan rencana kita, kan!" Tutur pria itu.

Sofia mengangguk pelan.

"Sebaiknya, sekarang kamu mandi dan bersiap. Kita akan ke mall untuk membeli beberapa pakaian dan kebutuhan lainya. Setelah itu, barulah kita akan ke klinik kecantikan tersebut." terang Reyfaldi.

"Bukankah kita akan kesana besok?" Tanya Sofia.

"Saya baru ingat, besok saya ada meeting bersama seluruh staff. Jadi, sebaiknya kita pergi hari ini saja!" jawab CEO tampan itu.

Mendengar itu, Sofia merasa sangat senang. Itu adalah salah satu keinginanya yang selama ini belum terwujud. Ia selalu bertanya-tanya, bagaimana rasanya jika menjadi wanita cantik, berkulit mulus dan bertubuh ideal?

Selama menikah dengan Alvian, wanita itu menghabiskan penghasilnya dari bekerja hanya untuk membantu Alvian membayar apartemen dan cicilan mobilnya. Belum lagi Ambar, mertua yang toxic itu selalu memoroti sofia.

"Hemm .... Aku baru sadar ternyata terlepas dari lelaki brengsek itu, sama seperti terlepas dari beban berat," monolognya.

"Mengapa malah melamun?" ucap Reyfaldi melambaikan tanganya, membuyarkan lamunan wanita itu.

"Ah, ya kenapa? jawab Sofia kikuk

"Ayo siap-siap, saya tunggu di ruang kerja." ucap pria aneh itu.

"Tunggu!, bisakah kamu mengantarku ke kamar kos ku? Aku meninggalkan barang-barangku disana!" ucap Sofia ketika Reyfaldi akan melangkahkan kakinya menuju ruang kerja.

"Tentu! Saya akan antar kamu kesana!" jawabnya.

Sofia mengikuti langkah pria itu berjalan menuju ruang kerjanya.

"Sepertinya aku begini saja. kalaupun aku mandi, baju gantiku kan ada di kosan." ucap Sofia.

Mendengar itu, Reyfaldi menoleh kebelakang. Kemudian menatap sekilas wanita gendut itu.

"Oke kalau begitu, kita bisa langsung pergi." jawab Reyfaldi, mengubah arah langkahnya menuju area parkir mobil.

Reyfaldi duduk dibalik kemudi lengkap dengan topi hitamnya yang selalu ia simpan di dalam dashboard mobilnya. Ia langsung menyalakan mesin mobil. Kemudian, melajukan mobilnya menerobos kemacetan ibu kota Jakarta.

"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" ucap Sofia memecah keheningan.

"Boleh." jawab pria itu sembari memutar stir mobilnya.

"Kenapa sih, kamu selalu memakai topi hitam itu?" tanya sofia.

"Supaya tidak ada yang mengenali saya." jawab Reyfaldi dengan singkat.

"Hah. Maksudnya?" Sofia keheranan.

"Saya tidak suka, jika bertemu dengan orang yang saya kenal." terangnya sembari menatap lurus kedepan.

Sofia benar-benar tak mengerti dengan perkataan pria aneh itu. Baru kali ini ia mendengar ada manusia yang tidak suka bertemu dengan manusia lainya. Apakah dia antisosial ? Sombong ? Atau-- ? Belum habis monolognya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi.

"Hallo"

"Dimana kamu ? Cepat bayar sisa utang Bibimu, atau kamu akan menyesal!" sentak suara bariton yang menghubungi ponsel Sofia.

"Baik, beri saya waktu untuk membayarnya!" tawar Sofia.

"Ah, banyak bacot kamu!" jawab pria penagih utang itu.

Sofia segera menutup panggilanya. Dengan perasaan was-was, ia mencoba memblokir kembali nomor baru yang menerornya barusan. Namun, ia teringat dengan Renata, ia takut jika pria berbadan tegap itu akan mengobrak-ngabrik tempat usaha Renata.

"Siapa? Debt collector itu lagi?" tanya Reyfaldi.

Sofia mengangguk pelan. Reyfaldi menoleh sekilas ke arah Sofia. Terlihat raut wajahnya berubah menjadi raut cemas.

"Dimana dia? Sebaiknya kita temui dia sekarang!" ucap Reyfaldi.

Sofia menggelengkan kepalanya dan tak ingin melibatkan Reyfaldi dalam hal ini. Ia merasa tidak enak dengan pria aneh itu yang menurutnya sudah sangat baik padanya.

Kini, mobil Reyfaldi telah sampai di area kos-kosan. Mereka turun dari mobil. kemudian, berjalan menaiki tangga menuju kamar Sofia yang terletak di lantai atas.

Belum sampai langkah kaki Sofia di kamarnya. Tiba-tiba saja, ponselnya berdering.

"Sofia, tolong cepat kesini!" ucap Renata dengan suara bergetar.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ida Faridah
lanjut baca dong
goodnovel comment avatar
Elfi Gonita Makahekung
lanjut dong
goodnovel comment avatar
Elfi Gonita Makahekung
menarik ntuk dibaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status