"Hah, kamu ada disini? ucap Sofia ketika melihat sosok pria misterius itu duduk membelakangi Sofia.
"Silahkan, Nona." pelayan ramah itu mempersilahkan Sofia untuk duduk disebelah pria aneh itu.Sofia menjatuhkan bokongnya pelan diatas kursi makan. Selera makanya menjadi berkurang, setelah melihat Reyfaldi duduk disana.Kali ini, pria aneh itu tak memakai topi hitamnya. Sehingga wajahnya terlihat dengan sangat jelas. Tanpa berkata apapun, pria itu melahap sesuap demi sesuap makanan yang tersaji di atas piring dihadapanya.Sofia menelan salivanya, setelah melihat beberapa menu makanan yang tersaji diatas meja makan itu. Sepertinya semuanya sangat lezat. Aroma nya pun tercium hingga membuat perutnya meronta meminta segera diisi."Makanlah!" ucap pria aneh itu tanpa melihat ke arahnya.Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Wanita bertubuh gendut itu pun langsung mengambil beberapa sendok nasi dan lauk pauk yang tersaji. Kemudian, memindahkanya ke atas piring makannya.Tanpa berbasa basi, Sofia langsung melahap makananya sedikit tergesa-gesa. Ia tak ingin berlama-lama duduk bersebelahan dengan pria aneh itu."Setelah ini, aku akan segera pergi. Terimakasih untuk semuanya," ucap Sofia sembari mulutnya sibuk mengunyah."Jika kamu merasa tidak memiliki siapapun, kamu bisa kembali kerumah ini kapanpun kamu mau!" ucap Reyfaldi menatap piring makannya.Mendengar itu, Sofia tersenyum miris, "Tentu saja aku tidak akan kembali kesini. Lagi pula aku tidak mengenalmu! Namun, aku tetap berterimakasih padamu."Pria itu hanya mengangguk pelan. Kemudian, berdiri meninggalkan ruang makan, berjalan ke arah pintu luar. Tak lama, terdengar suara deru mesin mobil yang kian menjauh dari rumah itu."Kemana dia?" gumam Sofia.Setelah makanan di atas piringnya habis. Sofia pergi menggunakan mobilnya menuju apartemennya. Kakinya yang kemarin cidera sudah terasa membaik dan bisa berjalan tanpa perlu dibantu."Pokoknya, hari ini aku harus kuat! Cukup kemarin aku menangis. Sekarang, aku tidak boleh terlihat lemah dihadapan pria yang tak punya hati itu." Sofia terus menyemangati dirinya sendiri.Wanita itu berjalan menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah Reyfaldi. Ia duduk dibalik kemudi. Kemudian, memasang sabuk pengaman dan memutar lagu favoritenya, untuk menghibur dirinya sendiri.Setibanya di apartemen. Tepat dihadapan pintu unitnya. wanita itu mengelus dadanya dan menghela nafas panjang."Ayo, Sofia! Kamu harus kuat! Kamu pasti bisa menghadapi pria bejad dan gundik itu! Kamu tidak boleh lemah!" monolognya seraya menguatkan diri.Ceklek ....Wanita gendut itu membuka pintu apartemenya secara perlahan. Terlihat Alfian tengah duduk di ruang tv sambil menghisap rokoknya. Ruangan yang selalu bersih dan rapi itu, kini terlihat kotor dan berantakan.Alvian menatap Sofia dengan tatapan sinis. Melihat itu, rasa cinta Sofia pada laki-laki hina itu menjadi melebur seketika."Mau apa kamu datang kemari? Apa perlu aku katakan secara langsung jika aku telah menceraikanmu!" sentak Alvian."Aku hanya akan membawa barang-barangku!" ucapnya seraya melangkahkan kaki beberapa langkah, "Semoga kamu tidak akan pernah menyesal dengan keputusanmu, Mas." jawab Sofia tersenyum miring."Tentu saja aku tidak akan pernah menyesal, Clara sedang mengandung anaku!"Mendengar itu, hati Sofia bagai teriris sembilu. Bagaimana mungkin secepat itu Clara hamil. Berarti, sudah sejak lama Alvian mengkhianatinya.Sofia menghela nafas. Ia menahan air mata yang sedaritadi sudah mendesak ingin keluar. Sofia segera masuk kedalam kamarnya untuk mengemasi barang-barangnya.Tanpa ragu, wanita itu membuka pintu kamar. Matanya membola ketika ia mendapati wanita jalang yang sangat ia benci, ada di dalamnya mengenakan pakaian yang sangat minim."Mau apa kamu kesini." tanya Clara.mendengar itu, Sofia tersenyum sinis, "Seharusnya, aku yang bertanya. Sedang apa kamu di dalam kamarku? Tapi, sudahlah. Silahkan ambil laki-laki pengkhianat itu. Lagi pula Aku tak butuh! Aku datang kemari hanya untuk mengemasi barang-barangku," ucap Sofia dengan tenang.Sofia berusaha menahan emosinya. Rasanya, ia ingin menampar keras wajah wanita jalang itu. Namun, tak ada gunanya. Kemarahan hanya akan membuatnya terlihat lemah."Aku sedang mengandung anak mas Alvian." ucap jalang itu.Sofia tersenyum, sembari mengemasi barang-barangnya ke dalam koper."Haruskah aku memberimu selamat atas kemurahan mu itu? Dengar, kau sudah merebut miliku dan kau menari diatas lukaku. Aku pastikan hidupmu tidak akan bahagia!" ucap Sofia dengan halus.Clara menatap sinis wanita gendut itu. Mendengar Sofia berkata demikian, Clara merasa sangat kesal.Sofia melangkah pergi dengan membawa koper dan travel bagnya. Ia menabrakan bahunya pada tubuh lelaki pengkhianat yang berdiri di balik pintu kamar terkutuk itu."Selamat menempuh hidup baru. Semoga kamu tidak pernah menyesali pilihanmu!" bisik Sofia di telinga lelaki itu sebelum ia melanjutkan langkahnya.Alvian menatap kepergian wanita yang sudah menemaninya selama lima tahun itu berjalan menuju pintu luar, hingga ia menghilang di balik pintu apartemennya.Betapa hancurnya hati Sofia. Air mata yang sedari tadi sudah mendesak ingin keluar, akhirnya tumpah membasahi pipi chuby nya. Dibalik kemudi mobilnya, Sofia kembali menangis tersedu-sedu. Ia benar-benar tak menyangka, biduk rumah tangga yang sudah ia bangun selama lima tahun, akhirnya hancur seketika ditangan pelakor murahan itu.Namun, ia tak ingin menangis dan bersedih berlarut-larut. Segera ia menyeka air matanya. Kemudian, menyalakan mesin mobilnya. Seperti rencana yang sudah ia susun. Ia akan mengunjungi kos-kosan yang sudah ditandai semalam.Matanya menatap layar GPS. Mobilnya melaju sesuai dengan jalur peta yang ada di layar ponselnya. Hingga, sampailah ia di titik tujuan."Sepertinya ini kosanya!" gumamnya.Sofia turun dari mobilnya. celingak-celinguk melihat ke dalam pagar. Kebetulan, ibu kost sedang berada di halaman kosan."Permisi." ucap Sofia.Ibu kosan itu menyambut Sofia dengan ramah. Ia menjelaskan fasilitas dan harga sewa perbulanya. Setelah melihat kondisi kamar, Sofia pun merasa cocok. Ia langsung membayar biaya Sewa untuk satu bulan kedepan.Malam itu, Sofia hanya merapihkan barang-barang bawaanya. Kamarnya memang tidak terlalu luas. Namun, terasa cukup nyaman.Keesokan harinya, Sofia pergi bekerja. Tiba-tiba saja terjadi keributan disana. Pria bertubuh tinggi besar terlihat marah-marah mencari dirinya."Ada apa ini?" tanya Sofia pada dua pria itu."Saya mencari wanita yang bernama, Sofia!" sentak pria itu.Mendengar itu, Sofia merasa ketakutan. Tapi, ia harus bisa menghadapinya. Ia sama sekali tidak menyangka, jika si penagih hutang itu akan datang ketempat kerjanya."Saya Sofia, ada apa kalian mencari saya?""Jangan pura-pura tidak tau kamu. Sekarang cepat bayar utang-utang Bibimu!" ucapnya dengan wajah bringas."Beri saya waktu untuk membayarnya." jawab Sofia."Kamu sudah melebihi jatuh tempo. Maka, saya akan menyita barangmu!" sentak pria itu.Tiba-tiba saja, pria berwajah kasar itu merampas tas yang melingkar di bahu Sofia. Kemudian, mengambil kunci mobilnya dan uang cash yang ada di dalam dompetnya. Sofia tidak terima, ia berusaha merampasnya kembali. Namun, pria itu mendorong tubuh Sofia hingga tersungkur ke lantai.Orang-orang yang berada disana hanya fokus menyaksikan, tak ada satupun yang berani melawan si penagih tersebut. Lantaran mereka mengancam, siapa pun yang berani menghalanginya, maka ia akan berurusan dengannya."Diam kamu. Ini pun masih kurang. Kamu harus membayar sisanya besok. Kalau tidak, saya akan datang setiap hari dan membuat kekacauan disini." ancam pria itu seraya menunjuk wajah Sofia.Wanita itu menangis, bersimpuh dan memohon pada dua pria sangar itu agar tak mengambil mobil satu-satunya peninggalan orangtua Sofia. Namun, pria bertubuh kekar itu sama sekali tak menggubrisnya.Renata mencoba menenangkan Sofia yang menangis histeris melihat mobil kesayanganya dirampas paksa oleh dua pria tadi.Namun, Bagai sudah jatuh tertimpa tangga. Renata yang mendengar ancaman pria berwajah bringas itu pun berkata, "Sebaiknya, kamu tidak masuk kerja dulu hingga utang-utangmu lunas, karena khawatir mereka akan membuat kerusakan disini." pinta Renata.Tapi, sampai kapan pria kekar itu akan mengejar Sofia? Jika Sofia tidak bekerja, jangankan untuk membayar hutang, untuk kehidupan sehari-harinya pun tentu akan sulit.Hari itu Sofia memutuskan untuk tidak bekerja dan pulang. Ia benar-benar merasa hancur. Terlebih dirinya sangat malu pada karyawan yang ada disana. Ia pun menangis sejadi-jadinya disepanjang jalan. Satu-satunya tempat yang ingin ia kunjungi saat ini adalah makam ibu dan ayahnya. Siang itu juga, Sofia pergi ke makam itu lagi dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter dengan sedikit tertatih, tak peduli kini kakinya membengkak karena luka yg masih basah.Diatas makam ibunya, ia menangis tersedu-sedu. Dadanya terasa begitu sesak. Ia tak tau harus bagaimana lagi menjalani hidupnya. Semuanya terasa kacau balau dan hancur dalam sekejap.Masih dengan posisi memeluk nisan ibunya, Tiba-tiba saja muncul bayangan manusia diatas makam tersebut. Sofia menoleh ke arah belakang dimana bayangan itu berdiri. "Aku mau menikah denganmu," ucapnya menyeka air mata.Di makam yang sunyi itu, Sofia menoleh ke arah dimana sosok bayangan itu berdiri. Ia mendekatinya sembari terisak."Reyfaldi, aku bersedia menikah denganmu. Masih berlakukah tawaran itu?"Tiba-tiba saja wanita gendut itu memeluk Reyfaldi dengan erat. Ia menangis terisak di bahunya. Reyfaldi membeku, diam mematung membiarkan tubuhnya berada di dalam dekapan wanita itu beberapa saat. pria pemilik mata cokelat itu benar-benar merasa iba.Saat ini, Sofia merasa sedang berada dititik terendah hidupnya. Selain hatinya yang telah hancur lebur, hidupnya pun menjadi berantakan. "Andai saja bunuh diri itu tidak dosa, mungkin sudah aku lakukan.""Menangislah sepuasnya. Hingga kau tak akan pernah menangisi hal yang sama untuk yang kedua kalinya." ucap pria aneh itu. Reyfaldi merasakan sesuatu yang dingin di area bahunya. kemeja putih yang ia kenakan telah basah oleh air yang merembes keluar dari mata cantik wanita itu. Tanpa ingin berlama-lama di area makam, Pria itu menuntun Sofia berjalan hing
Mata Sofia membola, ketika ia mendengar pria aneh itu berkata, "Bunuh saja, itu sudah membahayakan!" "Apaaa?" Sofia memekik. Reyfaldi langsung memutar badanya, menoleh ke arah wanita itu dengan posisi ponsel masih menempel di telinganya. Sofia menatapnya dengan wajah ketakutan. "Nanti saya hubungi lagi!" ucap Reyfaldi mengakhiri panggilan teleponya. Sofia mundur beberapa langkah, matanya menatap tajam. Ia mengira Reyfaldi adalah seorang psikopat atau sejenisnya. Mengingat kepribadianya yang menurut Sofia sangatlah aneh. "Apa yang kamu dengar barusan?" tanya Reyfaldi. "Tidak, Hentikan! Jangan mendekat!" sentaknya, ketika pria itu melangkah mendekati dirinya. "Kamu akan membunuh siapa, hah?" tanyanya lagi, dengan wajah ketakutan. "Barusan saya berbicara dengan perawat kakek saya. Ia bilang ada ular di halaman belakang. Jadi, saya perintahkan untuk membunuh ular itu. Apakah saya salah?" jawab pria misterius itu."Jangan bohong kamu!" sentak Sofia."Untuk apa saya berbohong? jika k
Tiba-tiba, ponsel di genggaman tangan Sofia berdering. Terlihat nama Renata di layar ponselnya. Dengan cepat, wanita itu menjawab panggilanya."Sofia, cepat kamu kesini." ucap Renata dengan suara bergetar. Tanpa membuang waktu, Sofia langsung berbalik badan, berlari menuju lokasi tempat Sofia bekerja yang jaraknya tidak begitu jauh dari kosan, diikuti langkah kaki Reyfaldi."Hentikan!" teriak Sofia dengan nafas terengah-engah. Mendengar itu, dua pria berpostur tinggi besar yang tengah melempar beberapa barang di gudang distributor milik Renata langsung terdiam seketika. Masih dengan orang yang sama, yang merampas paksa mobil Sofia kemarin. Dua pria itu menoleh ke arah Sofia. Kemudian, tersenyum miring, seolah senang telah berhasil menemukan targetnya. Dua pria itu langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, dengan cepat Reyfaldi langsung menghadangnya. berdiri tegap didepan pria berwajah kasar itu seraya menatap tajam padanya. "Sebutkan, berapa total utang-utangnya?" tanya Reyfaldi d
"Menikah resmi?""Ya! Saya tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Namun, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika kamu tidak mengizinkan saya untuk menyentuhmu, maka sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menyentuhmu," ujar pria tampan itu sembari menatap layar ponselnya. Sofia tersenyum miring mendengarnya, "Tentu saja aku tidak akan mau menyerahkan tubuhku pada laki-laki yang tidak aku cintai," monolognya seraya mendelikan mata. Reyfaldi menoleh ke arah wanita gendut itu, "Bagimana? Bukankah sebelumnya kamu sudah setuju! Atau--, apakah kamu berubah pikiran?" "Tidak! Aku tidak berubah pikiran." jawab Sofia menggeleng cepat Wanita gendut itu tau diri, jika ia sampai membatalkan kesepakatan yang sudah ia buat, pria misterius itu pasti akan meminta kembali uang yang telah ia keluarkan untuk rentenir itu. Lagipula, jika Sofia sampai membatalkan perjanjianya. Tentu ia tidak akan bisa membalaskan dendamnya pada Alvian. Sofia tidak akan merasa puas sebelum melihat laki-la
"Hah. Mas Alvian?" Matanya menangkap sebuah pemandangan yang tak mengenakan. Sepasang pria dan wanita yang telah mengahancurkan hatinya itu melintas di hadapanya sembari bergandengan tangan dengan mesra. Melihat itu, hatinya bagai tersayat belati. Hingga saat ini, ia masih tak menyangka jika Alvian akan tega menyakitinya. Namun, inilah kehidupan. Terkadang, kita tidak dapat menebak apa yang akan terjadi di kemudian hari. Untungnya, sepasang manusia jahat itu tak melihat ke arahnya. Mereka berjalan dan berbincang seru dengan wajah yang berseri-seri. Tanpa ada rasa berdosa sedikitpun. "Dasar jahat! Lihat saja, suatu hari nanti aku akan membalas perbuatan kalian!" gumamnya."Sebaiknya, alihkan pandanganmu. Tak ada gunanya kamu terus memandanginya. Itu hanya akan membuat hatimu semakin hancur!" Tutur pria yang duduk dihadapan Sofia seraya menyantap menu sushi yang sedari tadi belum habis. "Aku benar-benar tidak menyangka, jika suamiku akan tega mengkhianatiku hanya karena perubahan be
Sesaat, setelah pintu dibuka oleh pelayan wanita yang sedari tadi berdiri di samping pintu. Terlihat sebuah ruangan dengan alat-alat canggih dan tempat tidur pasien di dalamnya. "Reyfaldi?!" sapa wanita cantik yang duduk di kursi kejayaanya memakai jas berwarna putih. "Hai, Tamara," sahut pria tampan itu melempar senyum. Pria dan wanita cantik itu bersalaman. Ada sesuatu yang lain di wajah pria itu. Tidak biasanya ia tersenyum dengan ramah. Namun, kali ini ia mengembangkan senyumnya dengan sangat manis pada wanita dihadapanya. Siapa wanita itu? "Oya. kenalkan, Teman saya," ucap Reyfaldi sembari mengarahkan tanganya pada Sofia. "Sofia!" "Hai, Sofia. Saya Tamara. Tetangga Reyfaldi, ketika kami tinggal di Amerika. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita cantik itu dengan ramah."Buatlah dia menjadi langsing dan lebih cantik lagi " pinta Reyfaldi pada Tamara. "Oh, gampang! Itu hal yang sangat mudah," jawab Dokter cantik itu tersenyum.Setelah berbincang, berkonsultasi dan melakukan
Tanpa sengaja, kaki Reyfaldi tersandung ujung ranjang bagian bawah, sehinga ia terjatuh menimpa sesuatu yang terasa kenyal. Tiba-tiba, lampu di kamar itu kembali menyala. Reyfaldi kaget, melihat Sofia yang tengah berada dibawah tubuhnya. Bibirnya pun saling bersentuhan dengan bibir Sofia. "Lepaskan!" pekik Sofia sembari mendorong tubuh kekar pria tampan itu. Reyfaldi segera menarik tubuhnya dan berdiri dengan cepat. "Ma-Maaf. Saya benar-benar tidak sengaja." ucap pria tampan itu dengan gugup. Sofia tak menjawab. Ia duduk dengan wajah marah. Reyfaldi yang gugup dan salah tingkah itu merasa sangat malu pada Sofia. Ia langsung berpamitan dan pergi keluar kamar. "Huh. Bisa-bisanya dia mengambil kesempatan dalam kesempitan." umpat Sofia.Namun, tiba-tiba ingatanya kembali ke kejadian yang baru saja terjadi. Sentuhan bibir yang terasa hangat dan hembusan nafas pria tampan itu masih terasa dengan sangat jelas. "Argh. Mengapa aku malah membayangkanya lagi? Sudah-sudah!" Monolognya semba
"Loh, mengapa mereka malah membubarkan diri?" Tidak seperti biasanya, para karyawan yang setiap pagi menyapa dengan ramah, kini malah membuang muka ketika berhadapan dengan Sofia. Seolah-olah, mereka sangat enggan melihatnya.Sorot mata karyawan itu pun seolah tak menyukai kehadiran Sofia disana. Bahkan ada beberapa karyawan yang berani menyindir dengan kata-kata yang tidak enak untuk di dengar."Sebelum bergaya, pastikan dulu kalau kita tidak punya utang!" Seru salah satu karyawan diiringi suara gelak tawa karyawan yang lainya. Wanita gendut itu menghela nafas lalu menunduk, tak ingin merespon kata-kata sindiran yang ditujukan padanya. Ia meneruskan langkahnya berjalan menuju ruang Office. Wanita gendut itu duduk di meja kerjanya, menekan tombol CPU untuk mengaktifkan komputernya. Hari itu, ia sibuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah beberapa hari terbengkalai. "Hai Sofia!." sapa Renata ketika ia memasuki ruang Office."Pagi, Bu!" sahut Sofia seraya tersenyum. "Gimana? Masalahnya