"Menikah resmi?""Ya! Saya tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Namun, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika kamu tidak mengizinkan saya untuk menyentuhmu, maka sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menyentuhmu," ujar pria tampan itu sembari menatap layar ponselnya. Sofia tersenyum miring mendengarnya, "Tentu saja aku tidak akan mau menyerahkan tubuhku pada laki-laki yang tidak aku cintai," monolognya seraya mendelikan mata. Reyfaldi menoleh ke arah wanita gendut itu, "Bagimana? Bukankah sebelumnya kamu sudah setuju! Atau--, apakah kamu berubah pikiran?" "Tidak! Aku tidak berubah pikiran." jawab Sofia menggeleng cepat Wanita gendut itu tau diri, jika ia sampai membatalkan kesepakatan yang sudah ia buat, pria misterius itu pasti akan meminta kembali uang yang telah ia keluarkan untuk rentenir itu. Lagipula, jika Sofia sampai membatalkan perjanjianya. Tentu ia tidak akan bisa membalaskan dendamnya pada Alvian. Sofia tidak akan merasa puas sebelum melihat laki-la
"Hah. Mas Alvian?" Matanya menangkap sebuah pemandangan yang tak mengenakan. Sepasang pria dan wanita yang telah mengahancurkan hatinya itu melintas di hadapanya sembari bergandengan tangan dengan mesra. Melihat itu, hatinya bagai tersayat belati. Hingga saat ini, ia masih tak menyangka jika Alvian akan tega menyakitinya. Namun, inilah kehidupan. Terkadang, kita tidak dapat menebak apa yang akan terjadi di kemudian hari. Untungnya, sepasang manusia jahat itu tak melihat ke arahnya. Mereka berjalan dan berbincang seru dengan wajah yang berseri-seri. Tanpa ada rasa berdosa sedikitpun. "Dasar jahat! Lihat saja, suatu hari nanti aku akan membalas perbuatan kalian!" gumamnya."Sebaiknya, alihkan pandanganmu. Tak ada gunanya kamu terus memandanginya. Itu hanya akan membuat hatimu semakin hancur!" Tutur pria yang duduk dihadapan Sofia seraya menyantap menu sushi yang sedari tadi belum habis. "Aku benar-benar tidak menyangka, jika suamiku akan tega mengkhianatiku hanya karena perubahan be
Sesaat, setelah pintu dibuka oleh pelayan wanita yang sedari tadi berdiri di samping pintu. Terlihat sebuah ruangan dengan alat-alat canggih dan tempat tidur pasien di dalamnya. "Reyfaldi?!" sapa wanita cantik yang duduk di kursi kejayaanya memakai jas berwarna putih. "Hai, Tamara," sahut pria tampan itu melempar senyum. Pria dan wanita cantik itu bersalaman. Ada sesuatu yang lain di wajah pria itu. Tidak biasanya ia tersenyum dengan ramah. Namun, kali ini ia mengembangkan senyumnya dengan sangat manis pada wanita dihadapanya. Siapa wanita itu? "Oya. kenalkan, Teman saya," ucap Reyfaldi sembari mengarahkan tanganya pada Sofia. "Sofia!" "Hai, Sofia. Saya Tamara. Tetangga Reyfaldi, ketika kami tinggal di Amerika. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita cantik itu dengan ramah."Buatlah dia menjadi langsing dan lebih cantik lagi " pinta Reyfaldi pada Tamara. "Oh, gampang! Itu hal yang sangat mudah," jawab Dokter cantik itu tersenyum.Setelah berbincang, berkonsultasi dan melakukan
Tanpa sengaja, kaki Reyfaldi tersandung ujung ranjang bagian bawah, sehinga ia terjatuh menimpa sesuatu yang terasa kenyal. Tiba-tiba, lampu di kamar itu kembali menyala. Reyfaldi kaget, melihat Sofia yang tengah berada dibawah tubuhnya. Bibirnya pun saling bersentuhan dengan bibir Sofia. "Lepaskan!" pekik Sofia sembari mendorong tubuh kekar pria tampan itu. Reyfaldi segera menarik tubuhnya dan berdiri dengan cepat. "Ma-Maaf. Saya benar-benar tidak sengaja." ucap pria tampan itu dengan gugup. Sofia tak menjawab. Ia duduk dengan wajah marah. Reyfaldi yang gugup dan salah tingkah itu merasa sangat malu pada Sofia. Ia langsung berpamitan dan pergi keluar kamar. "Huh. Bisa-bisanya dia mengambil kesempatan dalam kesempitan." umpat Sofia.Namun, tiba-tiba ingatanya kembali ke kejadian yang baru saja terjadi. Sentuhan bibir yang terasa hangat dan hembusan nafas pria tampan itu masih terasa dengan sangat jelas. "Argh. Mengapa aku malah membayangkanya lagi? Sudah-sudah!" Monolognya semba
"Loh, mengapa mereka malah membubarkan diri?" Tidak seperti biasanya, para karyawan yang setiap pagi menyapa dengan ramah, kini malah membuang muka ketika berhadapan dengan Sofia. Seolah-olah, mereka sangat enggan melihatnya.Sorot mata karyawan itu pun seolah tak menyukai kehadiran Sofia disana. Bahkan ada beberapa karyawan yang berani menyindir dengan kata-kata yang tidak enak untuk di dengar."Sebelum bergaya, pastikan dulu kalau kita tidak punya utang!" Seru salah satu karyawan diiringi suara gelak tawa karyawan yang lainya. Wanita gendut itu menghela nafas lalu menunduk, tak ingin merespon kata-kata sindiran yang ditujukan padanya. Ia meneruskan langkahnya berjalan menuju ruang Office. Wanita gendut itu duduk di meja kerjanya, menekan tombol CPU untuk mengaktifkan komputernya. Hari itu, ia sibuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah beberapa hari terbengkalai. "Hai Sofia!." sapa Renata ketika ia memasuki ruang Office."Pagi, Bu!" sahut Sofia seraya tersenyum. "Gimana? Masalahnya
Reyfaldi menatap Sofia yang hanya diam mematung dan melamun sembari memegangi surat perjanjian itu."Kenapa? Apakah kamu ragu dan berubah pikiran?" tanya Reyfaldi. Mendengar itu, sofia terperanjat dari lamunannya. Ia menoleh ke arah Reyfaldi. "Apa? Tadi kamu-- bicara apa?" tanya wanita gendut itu. "Mengapa malah melamun? Apa kamu berubah pikiran?" "Oh. Tidak! Tentu saja aku tidak berubah pikiran! Disini ya, tandatanganya?" tanyanya sembari menunjuk bagian materai yang menempel di surat perjanjian itu. "Betul, Bu! sahut Irwan.Tanpa ragu, Sofia membubuhkan tandatanganya di atas materai itu. Diikuti dengan tandatangan Reyfaldi di atas materai di sampingnya. "Baik! Untuk perjanjianya sudah selesai dan untuk proses perceraianya, akan saya kabari jika sudah ada perkembangan!" "Terimakasih, Pak Irwan!" ucap Reyfaldi sembari bersalaman. Pengacara itu pun berpamitan pada Reyfaldi dan Sofia. Berjalan keluar diikuti oleh Sofia dan Reyfaldi, mengantar hingga ke ambang pintu ruang tamu. S
"Sebentar! Jangan-jangan, kamu adalah wanita yang pernah diceritakan oleh Reyfaldi, dulu?!" "Hah! Maksudnya?" tanya wanita gendut itu. Dokter cantik itu diam dan tak melanjutkan ucapanya. Ia hanya tersenyum sembari merapihkan selang infus yang menancap di lengan Sofia. "Sepertinya, kamu dan Reyfaldi mempunyai hubungan yang sangat dekat?" "Dulu kami bertetangga dan Suamiku adalah sahabatnya Reyfaldi!" jawab Dokter yang tidak ingin dipanggil dengan sebutan Dokter itu. "Oh!" "Memangnya, Reyfaldi tidak pernah menceritakan tentang saya ya?" tanya Tamara."Dia itu, bagaikan gunung es, diam dan dingin! Dari pertama aku mengenalnya, kami jarang sekali berbincang. jika bukan karena membahas hal yang penting, biasanya kami hanya saling diam!" jawabnya mengerucutkan bibir.Tamara tersenyum mendengarnya. Ia yang sudah bertahun-tahun mengenal Reyfaldi, sangat tahu betul dengan kepribadian pria misterius itu. "Yang pasti, Reyfaldi adalah orang yang sangat baik! Hanya saja, kepribadian introve
Reyfaldi, mencari-cari wanita gendut itu. Ia sangat khawatir karena ponselnya tidak dapat dihubungi. Reyfaldi datang ke kosan wanita itu. Namun, Sofia tidak ada disana. Ia menunggu kurang lebih satu jam lamanya. Namun, wanita itu tak kunjung tiba. Malam itu, ia menyusuri jalanan yang mungkin dilewati oleh wanita itu, terus mencari-cari keberadaan Sofia. Hingga di suatu jalan, retinanya tertuju pada sebuah mobil sedan berwarna silver mirip dengan mobil Sofia, mobil itu tengah terparkir di bahu jalan. Ia menoleh ke arah kiri, "Sofia?" Reyfaldi meminggirkan mobilnya lalu menginjak pedal remnya. Ia turun kemudian berlari menghampiri wanita itu. "Sofia! Ternyata kamu ada disini!" seru Reyfaldi panik. Sofia yang sudah terlihat pucat kebiruan dan berjongkok gemetar menahan dingin itu, akhirnya dipapah menuju mobil Reyfaldi. Ia berjalan masuk ke dalam mobil tanpa mengenakan alas kaki. "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kamu tak memakai alas kaki?" tanya pria itu keheranan. "Sepatuku