Share

Hukuman Yang Pantas Untukmu, Wanita!

Tuan Saputra itu menaikkan satu alis, memamerkan senyum smirk yang beraura mematikan bagi Selena Tan yang sudah menyinggungnya. “Kamu lihat sendiri kan, bagaimana keras kepalanya dia yang tidak merasa bersalah sama sekali padahal dia di posisi bersalah. Pak manager, hukuman apa yang pantas diberikan kepada pegawai yang terlalu percaya diri merasa dirinya tak bersalah ini?” Tuan Saputra menggulirkan bola panas lagi kepada pria manager untuk menertibkan Selana Tan. Ia merasa tontonan kali ini sungguh menarik dan sayang jika melewatkan ekspresi wajah Selena Tan sekarang.

“Tuan Saputra, apakah anda ingin saya memecat dia sekarang juga? Anda adalah pelanggan VIP bar kami, tentu anda berhak mendapatkan pelayanan istimewa di sini. Saya sudah mempertimbangkannya, ini akan menjadi contoh bagi pelayan lainnya agar tidak semena-mena terhadap pelanggan. Saya akan memecat Selena Tan saat ini juga.” Tegas manager muda itu terdengar mantap.

Selena Tan merasa lututnya bergetar, ia baru sadar ternyata nyalinya tidak sebesar itu untuk mendengar pemecatan langsung di hari pertama ia bekerja. Bahkan seragai pelayan yang ia kenakan baru terhitung beberapa jam, dan ia harus menanggalkannya lagi untuk dikembalikan.

“Tidak perlu pecat dia! Aku hanya ingin dia mendapatkan sanksi tegas saja. Dia telah menyinggung perasaanku, dan aku ingin dia menyelesaikan masalah secara pribadi denganku. Apa kamu tidak keberatan jika aku yang mengambil alih penertiban pelayanmu?” Ujar tuan Saputra yang membuat dua pasang mata tercengang menatapnya. Yang satu dari manager muda itu yang merasa cukup bingung mengimbangi kemauan orang kaya sok berkuasa itu, dan sisanya adalah tatapan terkejut Selena Tan yang mendadak merinding saat mendengar dirinya akan dioper kepada tuan angkuh itu. Tiba-tiba Selena Tan berharap manager itu tidak menyetujui permintaan itu dan tetap pada pendirian untuk memecatnya saja.

“Saya tidak keberatan, tuan. Jika anda ingin menyelesaikannya dengan jalur pribadi, maka saya menyerahkan sepenuhnya dia kepada anda.”

Selena Tan ternganga lebar saking kagetnya, ia tidak tahu apa yang dimaksud manager itu sebagai penyerahan sepenuhnya, namun firasatnya masih bisa diandalkan, dan itu adalah firasat buruk. “Tidak tuan, pecat saja saya! Daripada saya harus berurusan dengan dia ....”

“Oh, jadi saking pengecutnya kamu sehingga memilih kabur begitu saja, nona keras kepala? Kamu sudah terlanjur memulainya dan aku tidak bisa melepaskan kamu begitu saja. Pertanggung jawabkan perbuatanmu sampai aku merasa ikhlas memaafkan kamu.” Tegas tuan Saputra yang sengaja memotong pembicaraan Selena Tan yang belum usai.

Selena Tan menggertakkan gigi, ia melihat managernya yang ijin pamit dari hadapan pria angkuh itu. Ia benar-benar ditinggalkan sekarang, manager itu tak mau tahu lagi apa yang akan pria angkuh itu lakukan kepadanya. ‘Apa aku pergi saja? Tidak! Ini bukan jalan keluar, pria itu pasti tidak akan membiarkan aku tenang, sekalipun aku bisa kabur dari sini.’ Ujar Selena Tan yang sedang berdebat dengan pikirannya.

“Nona Selena Tan, sekarang anda harus menjelaskan bagaimana anda ingin melakukan pembayarannya? Saya akan menyiapkan tagihan pembayaran jika anda memilih menyicilnya.” Pak Fei kembali mengambil alih situasi yang belum kondusif bagi Selena Tan itu. Terpaksa wanita itu menoleh lagi ke arahnya demi memperjelas masalah yang makin pelik itu.

“Saya tidak punya uang sebanyak itu, percuma anda memaksa saya untuk membayarnya. Lebih baik jebloskan saja saya ke dalam penjara karena tidak sanggup membayar anda.” Ujar Selena Tan, masih menyisakan nada angkuhnya padahal ia disudutkan dalam posisi yang tidak menguntungkan.

Tuan Saputra tersenyum seringai, keberanian Selena Tan sungguh membuat ia semakin penasaran. “Oh ... Kamu sungguh ingin dipenjara? Kamu tidak memikirkan dampaknya terhadap keluarga yang kamu hidupi? Sungguh egois!”

Selena Tan mendadak ciut, pria angkuh itu mengingatkan ia tentang seseorang yang menjadi tanggung jawab utamanya. Seorang ibu yang sakit-sakitan dan hanya bisa mengharapkan upahnya untuk memenuhi tuntutan perut setiap hari. Andai Selena Tan sungguh dipenjara gara-gara masalah sepatu itu, siapa yang akan menghidupi dan mengurus ibunya?

“Berat kan pilihan itu, nona keras kepala!? Bicara memang lebih gampang daripada mempertanggung-jawabkannya. Aku tidak sedang berbelas kasihan kepadamu nona, jangan kegeeran dulu. Aku tetap akan menuntutmu membayarku!” Ujar tuan Saputra lagi, kali ini dengan nada bicara yang lebih lembut ketimbang sebelumnya. Namun tetap saja, kata-kata yang ia lontarkan bukan kabar baik bagi Selena Tan.

Selena Tan menghela nafas kasar, kali ini mentalnya sudah mulai terguncang. Sekeras-kerasnya ia melawan, nyatanya tidak ada nilai plus sama sekali untuk memenangkan perdebatan ini. Selena Tan jelas-jelas telah berhadapan dengan orang yang salah. “Aku ... Aku akan membayarnya.” Jawab Selena Tan dengan suara yang sangat minimalis, menandakan bahwa ia saja tidak yakin dengan apa yang dikatakannya.

“Baiklah nona, saya akan mengurus perjanjian pembayaran secepatnya.” Ujar Pak Fei yang paling bertanggung jawab tentang urusan seperti itu.

“A ... Anu ... Bagaimana kalau aku mencicilnya semampuku? Aku tidak akan sanggup membayar seratus juta.” Ujar Selena agak takut-takut, akhirnya ia tetap harus menunjukkan sikap memelas agar bisa dikasihani, meskipun hati kecilnya memberontak unuk menunjukkan kelemahan, tetapi untuk kali ini ia harus menanggalkan gengsinya.

“Semampumu? Berapa, nona?” Tanya Pak Fei yang perlu mendengarkan untuk mempertimbangkan.

Selena Tan mengerucutkan bibir tipisnya, ia sungguh kebingungan sekarang, namun tetap nekat berujar. “Ng ... Aku hanya mampu satu juta saja, tuan.”

Tuan Saputra menahan senyum gelinya, nominal yang disebutkan oleh Selena Tan bisa jadi adalah angka yang sangat fantastis bagi wanita itu, namun tidak baginya. Perumpamaan uang sebesar itu hanyalah seperti sehelai bulu kakinya yang rontok, tidak ada artinya sama sekali. “Nona, aku punya win-win solusi untuk berdamai denganku. Jika kamu tidak sanggup membayarnya dengan uang tunai, maka bayarlah dengan tubuhmu malam ini.”

Selena Tan terperanjat kaget, kelancangan mulut pria itu dengan entengnya menyebutkan tawaran untuk tidur bersama. Harga dirinya sungguh terasa diinjak oleh pria yang menyepelekannya itu. Menyuruhnya menukar tubuhnya sebagai alat transaksi pembayaran, membayangkannya saja sudah sangat menjijikkan. “Jangan pernah bermimpi aku akan bersedia melakukannya!”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status