Share

CEO 6 Ibrahim Menyebalkan

Alayya kesal bukan main, sambungan teleponnya diputus begitu saja oleh Ibrahim. 

“Kurang ajar banget sih ini orang!” Alayya menggerutu sambil menatap layar ponsel yang kembali hitam. Sekali lagi dia mencoba menghubungi nomor yang tadi, tetapi hasilnya nihil. Ibrahim sama sekali tidak menggubris dering telepon darinya.

“Benar-benar menyebalkan!” Gerak tangan Alayya yang akan melempar ponsel itu menggantung di udara saat terdengar Bembi berseru, “Tunggu Nona! Itu, kan, ponsel saya!” 

Hampir saja benda pipih itu menyapa lantai kalau saja Bembi terlambat mencegah apa yang akan wanita itu lakukan barusan. Alayya mendelik, sedetik kemudian dia menyadari kesalahannya.

“Maaf …,” ucapnya ketus seraya mengulurkan kembali ponsel itu pada sang ajudan. Dia pun kembali masuk ke kamar dengan rasa kesal yang menyesakkan dadanya. 

“Nggak! Aku nggak mau terkurung di sini! Aku harus bisa keluar dari rumah ini secepatnya!” ujarnya bersungut-sungut. Namun, baru saja pintu di belakangnya tertutup, wanita yang menggerai rambutnya itu dengan cepat berbalik. “Astaga! Kenapa aku jadi bodoh begini, sih? Ponsel itu ‘kan bisa aku pakai dulu,” gumamnya merutuki diri sendiri lalu kembali membuka pintu yang mana membuat ajudan tadi tersentak.

“Berikan ponselmu, saya pinjam dulu,” ucap Alayya sambil menadahkan tangannya. 

Bembi menggeleng cepat. “Maaf, Non. Perintah Tuan, saya nggak diizinkan untuk memberikan ponsel saya pada Anda lagi,” ujarnya takut-takut.

“Apa!” Secepat itu Ibrahim memberinya peringatan, sial! Umpat alayya yang tidak bisa dia katakan pada Bembi. 

Wanita itu pun membanting pintu sampai Bembi harus menutup telinganya karena kerasnya suara dentuman itu. 

***

“Siang, Kak Nia?” Ghania Utami tersenyum saja membalas sapaan seorang wanita yang dia temui di ruang tamu kos-kosannya. Kepalanya masih terasa pusing akibat pengaruh alkohol yang dia minum semalaman bersama pria yang menyewanya. 

Dia lewati juga orang-orang yang duduk-duduk di depan kamar mereka tanpa menyapa seperti biasa yang dia lakukan. Sungguh kalau bukan karena waktu check in hotel telah usai, mana mau dia pulang dalam keadaan seperti ini. Namun, dia bukanlah Alayya yang bersedia membayar kelebihan sewa kamar demi kenyamanan sendiri karena Ghania menghargai uangnya. Dia butuh uang itu untuk adik-adiknya di kampung juga ibunya yang butuh pengobatan. Jadi beginilah dia, setiap selesai melayani tamunya, Ghania memilih cepat pulang dan beristirahat di dalam kamar kosnya sendiri. 

Langkahnya masih saja sempoyongan saat dirinya sudah sampai di depan kamarnya. Ruangan yang ada di lantai dua rumah kos tiga lantai itu dia tempati bersama Alayya. Wanita yang lebih muda dua tahun darinya itu bahkan rela membayar lebih banyak agar Ghania bisa mengumpulkan uang yang cukup untuk dia kirim kepada keluarga di kampung setiap bulannya.

Ghania meletakkan sling bag branded-nya begitu saja di atas nakas. Lalu sepatu high heels merahnya dia lepas saat dia duduk di tepian ranjang tanpa menaruhnya kembali di rak.

Wanita berambut sebahu itu melirik ranjang lainnya yang ada di dekat jendela. Kosong. Sahabat sekaligus teman kamarnya tidak ada di sana. Dia bawa mata bulatnya melihat jam di tangan kirinya. Pukul satu siang, tetapi Alayya sudah tidak ada di kamar mereka. 

“Apa dia masih sama Tuan Hardiawan, ya? Tumben betah banget sama bandot tua itu? Iya juga sih, Tuan Hardiawan duitnya banyak, Ayya pasti dimanjain sama dia,” gumam wanita berkulit khas orang Indonesia itu. 

Ghania abaikan ketidakberadaan Alayya karena ini juga bukan pertama kalinya si sahabat menghilang, hanya saja biasanya ke mana pun Alayya pergi, Ghania pasti dibagi tahu, lalu kenapa sampai sesiang ini satu pesanpun tidak ada dari temannya itu? Pikirnya menerawang.

Baru saja dia menurunkan resleting mini dress hitamnya, pintu kamarnya ada yang mengetuk. 

“Siapa juga yang datang jam segini, sih? Bikin orang makin BT aja!” gerutunya sambil berjalan menuju pintu dan tangannya kembali menaikkan lagi resleting bajunya. 

“Kalian siapa?” Ghania memincingkan mata ketika melihat dua orang berpakaian jas hitam lengkap berada di ambang pintu kamarnya. Dari postur tubuh mereka yang tinggi besar, Ghania yakin mereka bukan orang sembarangan. 

“Anda Ghania Utami?” tanya salah satu dari mereka. 

“Benar, kalian cari saya?” 

“Iya, ikut kami ke bawah, bos kami ingin bicara dengan Anda.” Orang itu juga yang menjawab.

“Siapa bos kalian? Saya nggak mau ketemu dengan orang yang nggak saya kenal.” Ghania bersiap menutup pintu tetapi pria yang lebih tinggi dari yang tadi bertanya segera menahan pintu itu. 

“Ada yang harus Anda tahu mengenai teman Anda, Ayya Cantika, silakan ikut kami turun,” titah orang itu sekali lagi yang mana sukses membuat mata Ghania membulat sempurna. 

“Tidak mungkin mereka orang-orang Tuan Hardiawan, bukan?” Hati Ghania berbisik. Ingin menolak, tetapi rasa penasarannya lebih besar dari apa pun yang pada akhirnya menarik langkah kakinya mengikuti kedua ajudan itu. 

Mereka membawa Ghania keluar dari gerbang rumah kos-kosan. Sinar matahari mulai menyengat, menusuk kulit wanita yang hanya memakai mini dress sleeveless itu. Langkah kaki jenjangnya berhenti saat darinjarak tiga meter dia melihat seseorang berjas sama dengan dua orang di belakangnya ini membukakan pintu mobil sedan yang Ghania yakin harganya selangit. 

“Silakan masuk, Nona,” ucap pria yang wajahnya terlihat lebih ramah itu mempersilakannya. 

Agak ragu sebenarnya. Akan tetapi lagi-lagi rasa ingin tahunya mengalahkan rasa takutnya. Ghania pun mengangguk lalu masuk ke mobil. 

“Maaf kalau orang-orang saya sudah membuat Anda takut, Nona.” 

Ghania memberanikan diri melihat si peminta maaf. Dari suaranya yang berat, wanita itu yakin kalau pria ini adalah laki-laki yang galak dan sangar, tetapi saat pandangan mereka bertemu, jantung Ghania serasa berhenti berdetak saat itu juga. Pria berkulit putih dengan iris mata sehitam jelaga dan berwajah tampan itu membuatnya terpesona. 

“Siapa Anda?” 

Bersambung …

Komen (13)
goodnovel comment avatar
Itta Irawan
gercep juga ibrahim lsg datengi ghania biar dia gak cariin ayya, apa ibrahim juga suruh jauhi ayya biar ayya gak jd wanita mlm lagi
goodnovel comment avatar
Fauzi Annur
engga jadi takut deh gania sama ibrahim, malah terpesona dengan ketampanan ibrahim
goodnovel comment avatar
Ernhy Ahza II
pasti yg mau bcara dngan ghania itu ibrahim ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status