Share

CEO 8 Ketakutan Ibrahim

Alayya tidak pernah menyangka kalau dia akan mengalami kejadian seperti ini. Memalukan sekaligus menyedihkan itulah dirinya sekarang ini. 

Bagaimana tidak. Seusai dirinya makan siang tadi, dia sudah berencana kembali ke kamarnya, tetapi melihat suasana rumah yang sepi apalagi tidak ada Nyonya Lampir (ini panggilan Alayya pada Mustika) jiwa ingin tahu Alayya pun meronta-ronta untuk dipuaskan. 

Perempuan yang dua bulan lagi berumur 24 tahun ini beranjak dari kursinya di ruang makan, bukan lantai dua tujuannya, dia ingin melihat-lihat isi rumah Ibrahim di lantai satu sembari mencari celah kalau-kalau ada jalan untuknya keluar. 

“Non, mau ke mana?” Christy bertanya saat Alaya baru saja menginjak pintu keluar menuju kolam renang

“Hai, Chris. Aku mau jalan-jalan di luar sebentar. Boleh ya?” tanya Alayya dengan wajah berseri. Tidak ada kecurigaan sedikitpun pada diri Christy terhadap sikap Alayya, maka tanpa ragu wanita paruh baya itu mengangguk silakan non tapi ingat non tidak boleh keluar dari gerbang rumah ini itu pesan dari Tuhan Ibrahim

“Iya. iya. Aku tahu. Tidak perlu kamu ingatkan terus. Ya udah aku pergi dulu.” Sekali lagi Christy mengangguk. Dia pun memperhatikan sampai Alayya keluar dari rumah, barulah dia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Di luar rumah, Alayya seperti orang yang sudah lama sekali tidak menghirup udara luar, tingkahnya yang menari dan bernyanyi sepanjang mengitari kolam renang benar-benar menunjukkan sisi kekanak-kanakannya. Dia seakan-akan lupa dengan pakaian panjang yang dikenakan.

Gerak langkah kaki Alayya berhenti seketika saat dilhatnya sebuah tangga yang sedang disandarkan pada dinding pagar rumah besar ini. Alayya yang selalu ingin tahu itu pun berjalan mengendap-endap menuju tangga stainless yang cukup tinggi itu. setelah jaraknya hanya tinggal dua meter saja, Alayya menegok kanan dan kirinya dan dia tidak menemukan seorang pun berkeliaran di halaman samping itu. 

Nekat dan penasaran ada apa dibalik dinding tinggi ini, Alayya naiki satu per satu anak tangga itu. Naas, ketika dirinya sudah sampai di pertengahan tangga seseorang memanggilnya. Wanita itu tidak siap, mungkin karena terlalu cepat memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang datang, kaki Alayya selip dan tanpa satpam juga ajudan penjaga pintu kamarnya duga, wanita bertubuh langsing itu pun jatuh dari tangga. Beruntung lantai yang dia sapa adalah rerumputan hingga dia tidak perlu terluka parah. Namun, cukup untuk membuat tulangnya terasa remuk redam. 

Kepanikan di halaman samping rumah megah Ibrahim pun berakhir di sini, di kamar Alayya sendiri. Saat akhirnya Bembi menghubungi dokter keluarga dan dia bisa dengan cepat datang, barulah semua penghuni rumah bisa tenang, tetapi tidak dengan sang pemilik rumah. 

“Saya cuma jatuh dari tangga kok, Tuan.” Alayya mencoba membela diri dari amukan Ibrahim barusan. Pria itu terlihat sangat marah, matanya bahkan memerah seakan-akan menahan amarah yang sangat besar. 

“Cuma katamu? Iya? Itu karena ketahuan oleh satpam rumah, kalau nggak, mungkin kamu udah terjun dari atas tembok karena ingin kabur dari sini, itu pun kalau kamu bisa hidup-hidup melewatinya. Memangnya kamu nggak lihat ujung dinding itu ada kawat berduri? Dan kawat itu dialiri listrik tegangan tinggi. Kalau tadi kamu sampai menyentuhnya sedikit saja, kamu pasti mati, Ayya!” 

Alayya yang tadinya duduk santai pun terkejut. Dia sampai meluruskan punggungnya. 

“Anda nggak lagi bohongin saya, kan, Tuan? Biar saya nggak berani coba kabur lagi?”

Ibrahim tersenyum menyeringai. Dia pun maju satu langkah lalu mencondongkan tubuhnya agar wajahnya bisa sejajar dengan muka Alayya.

“Aku nggak pernah bercanda kalau soal hidup dan mati Ayya. Ingatlah, jantung kamu ini milik almarhum istriku. Aku belum ingin kehilangan dia lagi, jadi kamu harus tetap hidup agar jantung ini juga terus berdetak.” 

Selesai bicara seperti itu, Ibrahim segera saja berbalik dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar Alayya tanpa peduli bagaimana wajah Alayya yang sudah dibuat terperangah kesekian kalinya. 

Tangan kanan Alayya bawa menyentuh dadanya sendiri. Suara pintu tertutup bahkan tidak dia sadari karena dirinya terlalu hanyut dengan perasaan yang tiba-tiba mengusik jiwanya. 

“Kenapa jantung ini selalu berdetak tidak menentu setiap berdekatan dengan Ibrahim. Perasaan apa ini? Aku ingin secepatnya pergi dari rumah ini, nggak mau ketemu dan berurusan dengan pria dingin menyebalkan itu, tapi di lain sisi kenapa ada rasa enggan meninggalkan pria itu. Apa ini perasaan Nisa terhadap suaminya, ya?” gumam Alayya sambil meremas gamisnya di dada. 

***

“Tante ke mana aja?” Ibrahim menanyakan itu pada Mustika yang sedang berbicara dengan Christy saat dirinya baru saja turun dari lantai dua.

“Kamu udah bicara padanya?” 

Ibrahim berdecak. “Aku paling nggak suka ada orang bertanya balik sementara dia belum jawab pertanyaanku, kan, Tante?” ujar Ibrahim dengan nada datar dan tatapan dingin. Rasa takut dan khawatirnya pada Alayya sudah membuatnya hampir gila. 

“Maaf, Ibrahim,” sahut Mustika. “Hari ini Tante ada janji arisan sama teman-teman. Tante juga udah dengar dari Christy barusan apa yang terjadi. Kamu harus lebih tegas padanya agar dia nggak berbuat seperti ini lagi Ibrahim.” 

“Akutahu apa yang harus aku perbuat pada Ayya, Tan. Aku cuma mau bilang,  Tante jangan keluar rumah untuk sementara waktu. Ayya butuh teman biar nggak bosan. Tolong ya, Tante,” pinta Ibrahim yang mana membuat Mustika tidak senang. Dia pun mengangguk meski hatinya ingin membantah perintah keponakannya itu. 

“Baiklah, Tante. Aku harus kembali ke kantor, tolong awasi Ayya soal minum obatnya, ya, Tan. Terima kasih.” 

Kesopanan dalam perintah itu ditanggapi berbeda oleh Mustika. Dia merasa Ibrahim sudah merendahkan dirinya yang juga Nyonya rumah ini. 

“Dasar perempuan nggak tahu diuntung, kamu, Ya! Lihat aja, jangan panggil aku Mustika kalau aku nggak bisa membuatmu pergi dari rumah ini,” geram Mustika sembari mengepalkan kedua tangannya pun tatapannya yang setajam mata pisau. 

Bersambung …

Comments (15)
goodnovel comment avatar
Itta Irawan
itu malah yg diharapkan mustika kepergian ayya
goodnovel comment avatar
Fauzi Annur
ibrahim minta tante mustika untuk mengawasi ayya minum obat, yang ada ayya dikasi obat tidur sama tantemu
goodnovel comment avatar
Viiie
karna jantung alm istri Ibrahim ada di Ayya..Ayya bisa punya perasaan yg istri Ibrahim rasakan gak ya ... makanya Ayya bisa berdebar kalau dekat sama Ibrahim
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status