Bab 16Apakah pernikahan mereka harus ditunda lagi? batin Anin sedih.Leon yang melihat perubahan itu pun meminta maaf."Aku berangkat lusa, Apakah kita bisa melangsungkan akad nikah besok?" tanya Leon serius."Aku ingin menikahimu sebelum kembali ke Dubai," jelasnya lagi."Aku mau ..., kita ... bisa melakukan akad nikah besok," ucap Anin cepat. Ia tidak mau untuk menunda pernikahannya lagi dengan Leon. Leon pun tersenyum senang, dan menatap Anin lembut. Kemudian ia menghubungi sang Mamah yang sedang ke bandung bersama keluarga bibi Maryam.Sepulang ayah dan bunda Anin dari pasar, Leon langsung mengutarakan niatnya dan menjelaskan kepada kedua orang tua Anin. "Nah gitu dong, gercep," Seru Raga seraya menepuk bahu Leon sambil tertawa.Memang semua perlengkapan untuk mereka menikah telah dipersiapkan sejak sepekan lalu sebelum Leon kecelakaan. "Untuk makanan kita catering aja, biar bunda kamu sama mamah gak usah capek-capek masak," "Tapi maaf gak papa kan kalau akad kita sederhana b
Bab 17Sehabis pulang dari masjid selepas sholat isya berjama'ah bersama para lelaki dirumah Anin. Leon menghampiri Hasan dan terlihat membicarakan sesuatu yang serius.Leon menatap Hasan lama, lalu menghela napas panjang."Besok aku balik ke Dubai," seru Hasan serius."Aku juga, kita berangkat barengan aja," sahut Leon menatapnya."Kenapa bisa Zahira yang dibawa?" ucap Hasan sambil berpikir.Leon menggedikan bahunya, ia pun tidak tahu mengapa urusannya menjadi lebih rumit, rasanya Leon hanya menitipkan urusan Pangeran Mahmood saja pada Zahir. Tapi mengapa setelah kerja sama dibatalkan, Zahir malah menerima teror. Dan semalam Zahir memberi kabar bahwa mereka menculik Zahira sepulang latihan memanah, beberapa teman Zahira yang menyaksikan itu pun memberitahukannya pada Zahir."Kamu disini aja dulu, temenin Anin,kalian kan juga baru menikah, belum honeymoon," saran Hasan.Leon tidak menjawab, tidak mungkin Leon berdiam diri disaat temannya sedang mempunyai kesulitan apalagi itu terjadi
Bab 18Mereka sudah berada di airport jam 10 pagi, Hasan beserta ibu dan ayahnya sudah sampai terlebih dahulu beberapa menit.Bunda,Ayah Anin, Mamah Leon juga Raga beserta istrinya mengantar mereka menuju bandara."Jaga diri baik-baik, Jangan lupa jaga kesehatan, istirahat yang cukup," ucap Ayah Anin kepada anak gadis satu-satunya itu. Mata Anin mulai berkaca-kaca menatap sang Ayah seraya menganggukan kepala."Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah," ucap bunda Anin seraya memeluk Anin erat." Leon, bunda nitip Anin ya," sambungnya lagi."Bunda jangan khawatir, Leon akan menjaga Anin dengan nyawa Leon sendiri," ucap pria itu serius."Jaga diri kalian baik-baik, mamah akan segera menyusul begitu urusan disini sudah selesai," ujar Mamah Leon seraya memeluk keduanya. "Kalau ada apa-apa telepon mamah ya, Nin," sambungnya lagi seraya mengusap kepala Anin sayang.Anin pun hanya menganggukan kepalanya seraya tersenyum."Hati-hati, bro." ucap Raga seraya memeluk Raga dan Anin bergantian."
Bab 19Setelah Hasan dan Leon mendengarkan cerita dari Zahir, mereka bertiga akhirnya bisa menyimpulkan bahwa memang ada kemungkinan besar Pangeran Mahmood lah yang menculik Zahira. Kemana sang Pangeran membawa wanita itu? itulah yang sedang mereka cari tahu.Jika merea bertiga secara terang-terangan langsung menanyakannya kepada Pangeran Mahmood tentu saja akan mengundang kecurigaan dari pihak kerajaan. Mau tidak mau mereka akan melakukan penyelidikan secara senyap. Nyonya Anna, ibu dari Zahira terlihat sangat sedih, matanya sembab karena menangisi putri satu-satunya itu yang telah diculik. "Ibu, mengapa tidak berisitirahat saja?" ucap Zahir lembut menghampiri sang ibu yang berjalan menemuinya."Apakah kau sudah menemukan Zahira?" tanya wanita bermata biru itu. Ibu sambung Zahir itu berasal dari Jerman, ia menikah dengan ayahnya Zahir saat usia Zahir 10tahun, saat itu Nyonya Anna membawa Zahira yang masih bayi. Zahir pun menggelengkan kepala menatap sang ibu dengan pandangan send
ZAHIRAPerlahan aku mengejapkan mata, kutatap sekelilingku yang gelap hanya ada satu cahaya yang masuk dari sela jendela yang letaknya tak terlalu tinggi. Setelah orang-orang itu membawaku paksa mereka menyekap menutup hidungku dengan sesuatu yang akhirnya membuatku tak sadarkan diri. Dimana aku? Sudah berapa lama aku tertidur? Siapa sebenarnya mereka? Aku mencoba untuk menerka."Apakah Kak Zahir tahu aku telah diculik? Ya ... Pasti dia sudah tahu ... Pasti dia dan ibu sedang mengkhawatirkanku sekarang," aku berceloteh sendiri. "Aku harus segera keluar dari sini," ujarku seraya meyakinkan diri."Sial mereka mengikat kaki dan tanganku," aku memgumpat, kemudian aku teringat sesuatu.Aku mencoba mengambil pisau lipat yang selalu kubawa dan kusisipkan kedalam kaos kakiku, kemudian memegangnya dengan kedua tanganku yang terikat. Aku menggesekkan pisau itu ke arah tali yang mengikat kakiku."Yes ... Berhasil." Kemudian aku mencoba membuka ikatan tanganku dengan menjepit pisau diantara ked
Saat Hasan dan Pria dari kerajaan itu berkelahi dengan tangan kosong, keduanya mencoba saling menjatuhkan lawan dengan pukulanny. Keduanya sama-sama babak belur, mereka sama kuatnya. Salah satu askar datang menghampiri, ia terkejut melihat sang Tuan yang sedang berkelahi dengan seorang pria bertopeng. Tapi askar itu tidak memperdulikannya, ia terengah hendak menyampaikan sesuatu kepada atasannya."Tuan, para pemberontak sedang menuju kesini, sekitar 500meter lagi mereka akan sampai. Sebaiknya Tuan segera melarikan diri," ucapnya terengah. "Kirimkan pesan kepada komandan Husein untuk mengirimkan bantuan," seru sang tuan."Tidak akan cukup waktunya, mereka akan sege ..." ucapan askar itu terhenti mana kala suara tembakan terdengar bersahutan dari arah bawah."Sial ... Mengapa harus disaat sekarang mereka datang?" maki sang pangeran, kemudian ia pergi meninggalkan Hasan dan Zahira yang masih terborgol dibesi ranjang.Tapi naas rupanya para pemberontak itu sudah berhasil menuju ke lantai
Bab 22Dua bulan setelah kejadian itu, Leon disibukkan kembali dengan urusan kantor yang jadwalnya akhir-akhir ini sangat padat. Ia pulang ketika matahari sudah tergelincir, dengan rasa lelah.Laki-laki itu melangkah kedalam rumah seraya mengucapkan salam, kemudian menuju dapur melihat Anin tengah berkutat didepan kompor. Leon memeluk istrinya itu dari belakang seraya mencium pelipisnya penuh sayang."Maaf, aku baru pulang," bisiknya ditelinga Anin merasa bersalah pasalnya ia selalu pulang malam hampir sepekan ini."Kak Leon udah makan belum?" tanya Anin seraya berbalik menghadap suaminya dengan wajah tersenyum."Udah sih, tapi nyium masakan kamu jadi laper lagi nih," ucap Leon antusias."Kamu masak apa sih?" tanya Leon mengernyit"Ini namanya seblak, kamu mau nyoba?" tanya Anin dengan wajah semringah.Leon melirik ke arah makanan itu sekilas lalu menggelengkan kepalanya menatap istrinya lagi. Anin melangkah menuju meja makan dan menaruh makanan itu. Kemudian ia melepaskan Jas dan da
Bab 23Leon masuk kedalam kamar, ia melihat Anin terbaring sambil menutup wajahnya dengan bantal. Bahunya bergetar, menandakan bahwa gadis itu sedang menangis walaupun tidak bersuara. Ia menghampiri Anin, menggenggam tangan gadis itu tapi ditepis olehnya."Sayang, maafin kalau ada ucapanku yang salah," ucap pria itu pelan. "Anin, please ... Sayang, jangan begini!" ucapnya lelah. Leon melihat gerakan bahu istrinya semakin kencang, dan terdengar suara tangis samar dari balik bantal. ia memeluk Anin dari belakang mengecup kepalanya berulang kali."Maafin aku ... ," ucap Leon seraya memeluknya erat."Jangan nangis lagi, kasian baby kita, Sayang. Kamu lupa tadi dokter bilang apa, kamu gak boleh sedih karena itu bisa ngaruh ke bayinya," ucap Leon mengingatkan dengan lembut.Tangis Anin pun mereda, kemudian Leon membalikkan tubuh Anin menghadap ke arahnya. Matanya sendu dan hidungnya merah, ia menghapus air mata yang membasahi pipi istrinya."Oke, kalau kamu mau tetap nerusin kuliah, tapi