Share

MENYENDIRI

Author: Telang Ungu
last update Last Updated: 2023-07-07 11:44:01

Sejak kepulangannya dari tempat Leon, Anin mengurung diri di dalam kamar di kediaman sang nenek. Ya, gadis yang perasaannya sedang hancur itu pun tak berani pulang kerumah orang tuanya. Ia takut keluarganya akan mengetahui bahwa ia dan Leon sedang tidak baik-baik saja saat ini. Akhirnya sesampainya di bandara beberapa hari lalu, gadis itu langsung menuju ke kediaman neneknya di Bandung.

Setiap mengingat kejadian itu, air matanya mengalir deras, hatinya terasa begitu nyeri ... nyeri sekali. Dia tidak pernah menyangka lelaki yang sangat dicintainya akan mengkhianatinya.

Setelah bebarapa hari dirumah sang Nenek. Perasaannya terasa lebih baik, walaupun bayang-bayang Leon selalu saja hadir dibenaknya.

"Anin, tunggulah aku ... aku akan segera menikahimu," ucap sang kekasih saat itu begitu manis dan meyakinkannya. "Aku sangat mencintaimu, Anin!" sambung Leon. "Maukah kamu menjadi istriku?" Kata-kata yang diucapkan Leon masih terngiang-ngiang ditelinganya.

Anin menghela napas panjang, membuang sesak yang seakan mulai bergelayut. Gadis manis itu sudah mulai berdamai dengan hatinya, ia mulai menerima takdirnya dengan ikhlas.

Tok ... Tok ... Tok ....

"Anin ... makan dulu!" Nenek mengetuk pintu kamar mengajak Anin untuk makan. "Nenek masakin opor ayam kesukaanmu," sambungnya.

"Iya, Nek," sahut Anin dari dalam kamar.

Dengan bergegas gadis itu menuju kamar mandi, lalu setelahnya menunaikan ibadah sholat Maghrib. Di dalam sujudnya ia berdoa. "Ya Tuhan, tenangkanlah hati, jiwa, dan pikiranku. Aku percaya takdir-Mu-lah yang terbaik untukku." Anin berdoa dengan suara yang lirih.

Setelah berdoa, gadis itu merasa lebih tenang, lalu ia beranjak menuju ruang makan memenuhi panggilan sang nenek.

"Lekas dimakan, mumpung masih hangat!" seru Nenek kepada Anin.

"Iya, Nek," sahut Anin.

Anin pun menyendokkan nasi dan menambah lauk opor kesukaannya itu. "Hmm ... opor Nenek selalu enak," gumam Anin, "Rasanya masih sama seperti dulu," pujinya sembari menyunggingkan sebuah senyuman ke arah sang nenek.

"Ya sudah, makan yang banyak kalau begitu!" Nenek tersenyum melihat cucunya makan dengan lahap. "Anin ... ibu dan ayahmu mengkhawatirkan kamu. Katanya hape kamu sudah satu minggu ini tidak aktif?" Sang nenek memulai percakapan lebih serius.

"Hape Anin lobet, Nek," seru gadis itu.

"Oh, gitu." Sang nenek hanya menyahut sekenanya. Walau hatinya ragu karena ekspresi wajah sang cucu terlihat tidak seperti biasanya. "Cucu Nenek sekarang sudah besar, cantik lagi," Nenek tersenyum dan membelai rambut cucu kesayangannya itu.

Anin melihat ke arah sang nenek, kemudian mengangguk pelan sembari tersenyum malu karena ucapan itu. Wajahnya sedikit bersemu kemerahan.

"Kalau kamu lagi ada masalah, baiknya diselesaikan baik-baik." Nenek menatap Anin sambil menggenggam tangannya.

Deg!

Jantung Anin seakan berhenti sejenak. Sepertinya sang nenek bisa menebak kalau ada kegundahan di dalam hatinya saat ini.

"Nenek tidak melarang kamu untuk berlama-lama di sini. Hanya saja apa masalah bisa selesai jika kita terus menghindar?" Nenek menatap Anin dengan lekat.

Gadis itu menundukkan pandangannya dengan perasaan yang resah.

"Sebesar apa pun masalahmu, itu akan membuat dirimu menjadi lebih kuat, Nak." Nenek menasihati Anin dengan lembut. "Tuhan tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya," sambungnya.

Anin langsung memeluk tubuh renta itu, kemudian ia meluapkan tangis di dalam pelukannya.

"Anin memang ada masalah sedikit, Nek. Tapi Anin janji ... Anin akan menyelesaikan hal ini dengan baik!" seru Anin menatap wajah tua di hadapannya.

"Nenek lega kamu mau jujur, dari kemarin Nenek khawatir, soalnya Anin diam terus." Sang nenek mengusap air mata cucunya.

"Maafin Anin, udah bikin Nenek khawatir," sesal gadis muda itu, "Anin, akan pulang besok siang," lanjut Anin sambil berusaha tersenyum.

"Kalau Anin rindu opor buatan Nenek, datang kapan pun Anin mau. Nenek dengan senang hati akan memasakkan." Nenek kembali memeluk sang cucu dengan erat.

"Iya, Nek." Anin mengangguk dan melebarkan senyumnya.

"Kata Ibumu, besok Raga akan menjemputmu pulang." Nenek memberitahu.

Anin menganggukkan kepala membenarkan ucapan neneknya.

***

Di dalam kamar Anin kembali gelisah, memikirkan apa yang harus dia katakan kepada keluarganya. Terlebih pada Raga, kakaknya. Anin takut akan merusak hubungan persahabatan Raga dan Leon jika menceritakan permasalahan mereka.

"Ya Tuhan, bantulah aku menyelesaikan ini semua," ucap Anin lirih.

Keesokan paginya, Anin mulai mengemasi barang-barang. Selang beberapa lama Raga pun sampai di rumah Neneknya.

Setelah Raga menghabiskan kopi buatan nenek juga berbincang-bincang sebentar, kemudian mereka pun berpamitan pulang.

"Anin pulang dulu ya, Nek." Anin berpamitan.

"Salam untuk ibu dan ayahmu," ucap Nenek, "hati-hati di jalan," pesan orang tua itu sembari memeluk Anin dan Raga bergantian.

Akhirnya mobil mereka pun meninggalkan halaman rumah nenek. Jalanan siang itu tidak terlalu padat. Anin dan Raga saling diam. Hingga akhirnya Raga mulai bertanya pada Anin.

"Jelaskan padaku apa yang terjadi?" tanyanya membuka percakapan. Pemuda itu menatap adik kesayangannya itu penuh selidik.

Deg!

Anin terkejut, Bagaimana Raga bisa mengetahui? Apa Leon sudah memberitahunya? tanyanya dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Masa Depan CEO Muda   Akhir yang manis

    "Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak

  • Wanita Masa Depan CEO Muda   Cerita Masa Lalu 3

    "Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny

  • Wanita Masa Depan CEO Muda   Cerita Masa Lalu 2

    FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage

  • Wanita Masa Depan CEO Muda   Cerita Masa Lalu 1

    Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b

  • Wanita Masa Depan CEO Muda   Dewi dan Vladimir

    Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima

  • Wanita Masa Depan CEO Muda   Tamu dari Moskow

    Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status