Bab 14Anin berjalan cepat menyusuri koridor Rumah sakit dengan air mata berlinang, Raga mengikuti langkah adiknya itu dibelakang, sang bunda memberikan kabar yang membuatnya sangat terkejut sehabis ia melaksanakan sholat subuh. Perasaan bersalah seketika menyeruak kedalam hatinya. Kak Leon ... maafin aku, batinnya sedarai tadi menyesali. Andai kemarin ia mampu meredam rasa cemburunya, dan mau mendengarkan penjelasan Leon, mungkin semua ini tidak akan terjadi.Anin melihat Mamah Leon dan dan Hasan sedang menunggu di depan Ruang Operasi. Anin pun langsung memeluk Mamah Leon, menangis dalam pelukan wanita itu tersedu-sedu."Maafin Anin Mah, maafin ..." sesal gadis itu. Mamah Leon mengusap punggung Anin seraya menenangkannya."Ssshhh ... Ini bukan salahmu, Sayang. Ini sudah takdir Allah, jangan menyalahkan diri sendiri," ucap Mamah Leon perlahan sambil terisak. "Yang Leon butuhkan sekarang adalah do'a," ucapnya lirih.Seorang pemuda datang menghampiri mereka, lalu berpamitan kepada mama
"Kucing siapa yang kawin?" ucap Anin dengan polosnya, ia belum menyadari kalau Leon sudah sadar.Raga dan Leon pun saling berpandangan menahan tawa."Kucingnya mamah ... " ucap Leon asal. Mata Anin membulat, melihat Leon sudah sadar."Kak Leon udah sadar? Aku panggilin dokter ya?" seru Anin seraya menjauhi Leon."Panggilin Pak Penghulu aja bisa ga? Aku mau cepet-cepet nikahin kamu," seru Leon menatap Anin serius.Raga yang memperhatikan interaksi keduanya pun akhirnya menawarkan diri untuk memanggilkan dokter."Biar gue aja yang panggilin dokter," sahut Raga seraya keluar, membiarkan Anin dan Leon berbicara berdua."Maaf," ucap Anin pelan seraya menunduk.Leon pun menghela napasnya panjang. Kalau saja dia tidak mencintai gadis ini, mungkin Leon benar-benar akan menyerah saja."Bisakah kita saling mempercayai?" tanya Leon yang menatap Anin serius sejak ia sadar tadi. "Aku mencintai mu sejak dulu ,dan sampai saat ini perasaanku tidak berubah sedikitpun padamu, tidak ada yang lain, tid
Bab 16Apakah pernikahan mereka harus ditunda lagi? batin Anin sedih.Leon yang melihat perubahan itu pun meminta maaf."Aku berangkat lusa, Apakah kita bisa melangsungkan akad nikah besok?" tanya Leon serius."Aku ingin menikahimu sebelum kembali ke Dubai," jelasnya lagi."Aku mau ..., kita ... bisa melakukan akad nikah besok," ucap Anin cepat. Ia tidak mau untuk menunda pernikahannya lagi dengan Leon. Leon pun tersenyum senang, dan menatap Anin lembut. Kemudian ia menghubungi sang Mamah yang sedang ke bandung bersama keluarga bibi Maryam.Sepulang ayah dan bunda Anin dari pasar, Leon langsung mengutarakan niatnya dan menjelaskan kepada kedua orang tua Anin. "Nah gitu dong, gercep," Seru Raga seraya menepuk bahu Leon sambil tertawa.Memang semua perlengkapan untuk mereka menikah telah dipersiapkan sejak sepekan lalu sebelum Leon kecelakaan. "Untuk makanan kita catering aja, biar bunda kamu sama mamah gak usah capek-capek masak," "Tapi maaf gak papa kan kalau akad kita sederhana b
Bab 17Sehabis pulang dari masjid selepas sholat isya berjama'ah bersama para lelaki dirumah Anin. Leon menghampiri Hasan dan terlihat membicarakan sesuatu yang serius.Leon menatap Hasan lama, lalu menghela napas panjang."Besok aku balik ke Dubai," seru Hasan serius."Aku juga, kita berangkat barengan aja," sahut Leon menatapnya."Kenapa bisa Zahira yang dibawa?" ucap Hasan sambil berpikir.Leon menggedikan bahunya, ia pun tidak tahu mengapa urusannya menjadi lebih rumit, rasanya Leon hanya menitipkan urusan Pangeran Mahmood saja pada Zahir. Tapi mengapa setelah kerja sama dibatalkan, Zahir malah menerima teror. Dan semalam Zahir memberi kabar bahwa mereka menculik Zahira sepulang latihan memanah, beberapa teman Zahira yang menyaksikan itu pun memberitahukannya pada Zahir."Kamu disini aja dulu, temenin Anin,kalian kan juga baru menikah, belum honeymoon," saran Hasan.Leon tidak menjawab, tidak mungkin Leon berdiam diri disaat temannya sedang mempunyai kesulitan apalagi itu terjadi
Bab 18Mereka sudah berada di airport jam 10 pagi, Hasan beserta ibu dan ayahnya sudah sampai terlebih dahulu beberapa menit.Bunda,Ayah Anin, Mamah Leon juga Raga beserta istrinya mengantar mereka menuju bandara."Jaga diri baik-baik, Jangan lupa jaga kesehatan, istirahat yang cukup," ucap Ayah Anin kepada anak gadis satu-satunya itu. Mata Anin mulai berkaca-kaca menatap sang Ayah seraya menganggukan kepala."Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah," ucap bunda Anin seraya memeluk Anin erat." Leon, bunda nitip Anin ya," sambungnya lagi."Bunda jangan khawatir, Leon akan menjaga Anin dengan nyawa Leon sendiri," ucap pria itu serius."Jaga diri kalian baik-baik, mamah akan segera menyusul begitu urusan disini sudah selesai," ujar Mamah Leon seraya memeluk keduanya. "Kalau ada apa-apa telepon mamah ya, Nin," sambungnya lagi seraya mengusap kepala Anin sayang.Anin pun hanya menganggukan kepalanya seraya tersenyum."Hati-hati, bro." ucap Raga seraya memeluk Raga dan Anin bergantian."
Bab 19Setelah Hasan dan Leon mendengarkan cerita dari Zahir, mereka bertiga akhirnya bisa menyimpulkan bahwa memang ada kemungkinan besar Pangeran Mahmood lah yang menculik Zahira. Kemana sang Pangeran membawa wanita itu? itulah yang sedang mereka cari tahu.Jika merea bertiga secara terang-terangan langsung menanyakannya kepada Pangeran Mahmood tentu saja akan mengundang kecurigaan dari pihak kerajaan. Mau tidak mau mereka akan melakukan penyelidikan secara senyap. Nyonya Anna, ibu dari Zahira terlihat sangat sedih, matanya sembab karena menangisi putri satu-satunya itu yang telah diculik. "Ibu, mengapa tidak berisitirahat saja?" ucap Zahir lembut menghampiri sang ibu yang berjalan menemuinya."Apakah kau sudah menemukan Zahira?" tanya wanita bermata biru itu. Ibu sambung Zahir itu berasal dari Jerman, ia menikah dengan ayahnya Zahir saat usia Zahir 10tahun, saat itu Nyonya Anna membawa Zahira yang masih bayi. Zahir pun menggelengkan kepala menatap sang ibu dengan pandangan send
ZAHIRAPerlahan aku mengejapkan mata, kutatap sekelilingku yang gelap hanya ada satu cahaya yang masuk dari sela jendela yang letaknya tak terlalu tinggi. Setelah orang-orang itu membawaku paksa mereka menyekap menutup hidungku dengan sesuatu yang akhirnya membuatku tak sadarkan diri. Dimana aku? Sudah berapa lama aku tertidur? Siapa sebenarnya mereka? Aku mencoba untuk menerka."Apakah Kak Zahir tahu aku telah diculik? Ya ... Pasti dia sudah tahu ... Pasti dia dan ibu sedang mengkhawatirkanku sekarang," aku berceloteh sendiri. "Aku harus segera keluar dari sini," ujarku seraya meyakinkan diri."Sial mereka mengikat kaki dan tanganku," aku memgumpat, kemudian aku teringat sesuatu.Aku mencoba mengambil pisau lipat yang selalu kubawa dan kusisipkan kedalam kaos kakiku, kemudian memegangnya dengan kedua tanganku yang terikat. Aku menggesekkan pisau itu ke arah tali yang mengikat kakiku."Yes ... Berhasil." Kemudian aku mencoba membuka ikatan tanganku dengan menjepit pisau diantara ked
Saat Hasan dan Pria dari kerajaan itu berkelahi dengan tangan kosong, keduanya mencoba saling menjatuhkan lawan dengan pukulanny. Keduanya sama-sama babak belur, mereka sama kuatnya. Salah satu askar datang menghampiri, ia terkejut melihat sang Tuan yang sedang berkelahi dengan seorang pria bertopeng. Tapi askar itu tidak memperdulikannya, ia terengah hendak menyampaikan sesuatu kepada atasannya."Tuan, para pemberontak sedang menuju kesini, sekitar 500meter lagi mereka akan sampai. Sebaiknya Tuan segera melarikan diri," ucapnya terengah. "Kirimkan pesan kepada komandan Husein untuk mengirimkan bantuan," seru sang tuan."Tidak akan cukup waktunya, mereka akan sege ..." ucapan askar itu terhenti mana kala suara tembakan terdengar bersahutan dari arah bawah."Sial ... Mengapa harus disaat sekarang mereka datang?" maki sang pangeran, kemudian ia pergi meninggalkan Hasan dan Zahira yang masih terborgol dibesi ranjang.Tapi naas rupanya para pemberontak itu sudah berhasil menuju ke lantai