Share

Wanita Milik Tuan Penguasa
Wanita Milik Tuan Penguasa
Penulis: Nefertiti

1 Mencari pekerjaan

Derit pintu yang terbuka kasar membangunkan Logan dari mimpi indahnya. Tak lama kemudian terdengar suara wanita yang telah membersamainya selama dua tahun terakhir. Layla Johnson, seorang cucu dari keluarga Johnson yang terkenal. Keluarga besar yang cukup terkenal dengan reputasi yang cukup baik. Meski bukan keluarga terkaya di kota Metro, Namun pengaruh keluarga Johnson cukup kuat.

Layla menyibak selimut Logan dan memulai ceramah paginya.

"Log, kamu harus mencari pekerjaan kali ini. Aku benar-benar lelah dengan ejekan orang-orang di pesta semalam." Layla benar-benar dibuat kesal oleh ketidakbergunaan Logan dalam hidupnya.

Jika seseorang bisa membanggakan suami mereka di depan khalayak karena kehebatan suami-suami mereka, itu sama sekali tidak bisa dilakukan oleh Layla.

"Aku akan pergi bekerja hari ini, Sayang. Bukankah semalam aku sudah katakan padamu jika kini tak akan ada yang bisa menghina kita lagi dengan pekerjaanku yang sekarang." Ucap Logan sambil menggeliat dan bangun dari sofa keras dimana ia selalu tidur.

"Huh! Memangnya apa pekerjaan yang kamu selalu banggakan itu?" Cibir Layla.

"Kau akan tahu nanti. Jadi biarkan aku bersiap-siap dan jangan lagi mengomel. Telingaku sudah sakit mendengarmu mengomel di pagi hariku yang tenang." Logan melangkah santai ke kamar mandi dan segera membasuh tubuhnya yang lengket. Semalam setelah pulang dari pesta keluarga Johnson, Logan tak sempat mandi dan langsung tertidur karena kelelahan menjadi pesuruh gratisan keluarga itu.

"Apa yang harus kulakukan untuk memisahkan Layla dari laki-laki tak berguna itu. Rasanya lelah aku menanggung malu karena memiliki menantu seperti dia." Terdengar suara Suzy, ibu mertua Logan tengah mengobrol dengan Bob, Suaminya.

"Rupanya mereka benar-benar ingin memisahkan aku dari Layla." Gumam Logan dari balik dinding yang memisahkan ruang makan tempat mertuanya menggunjing dengan dapur tempatnya berdiri.

"Aku akan menyuruh Layla bercerai dari Logan!" Ujar Bob dengan wajah geramnya.

Logan tak lagi menghiraukan sepanjang mertua anehnya itu dan segera bersiap dengan setelan formal miliknya.

"Kamu pikir apa pekerjaan yang akan kamu lakukan dengan memakai pakaian serapi itu." Layla masih saja mencibir suaminya.

"Terimakasih sayang atas pujiannya." Jawab Logan santai sambil menautkan dasinya.

"Siapa yang sedang memuji. Apa kamu benar-benar bodoh hingga tak bisa membedakan hinaan atau pujian?" Ucap Layla kesal.

"Sungguh aku kesulitan menyimpul dasi ini." Ucap Logan tak menghiraukan pertanyaan Layla.

"Sini biar kubantu!" Layla menyimpul dasi ke leher suaminya dengan sedikit kasar.

"Kau ingin membantu atau membunuh? Hehehehe." Tanya Logan sambil terkekeh. Ia tahu sebenarnya Layla sangat perhatian namun gengsi dan pengaruh keluarga besarnya membuat Layla seakan tidak peduli padanya.

"Sudah, sebenarnya kamu tak terlalu buruk. Sayangnya selama ini kamu bersikap seperti pecundang." Lirih Layla kemudian berlalu dengan cepat menghindari pesona suaminya yang tidak main-main.

"Jangan menghindar jika memang kamu menginginkannya. Kita sudah menikah, wajar jika kita melakukannya. Kenapa kamu selalu meninggikan ego turunan dari keluargamu itu." Cibir Logan dengan seringaian nakalnya. Ia tahu meski istrinya terkesan menghindar, namun sebenarnya Layla sangat menginginkan dirinya.

"Sudahlah, walaupun kamu menggodaku aku tidak akan pernah tertarik padamu. Buktinya kamu sukses membuatku tetap perawan di usia pernikahan kita yang nyaris dua tahun." Ejek Layla.

"Aku menghormatimu sebagai wanita, itulah yang kulakukan. Aku tidak ingin memaksa, karena aku bukan binatang." Ucap Logan datar, egonya cukup merasa tersentil.

"Cih! Katakan saja kalau kamu memang tidak mampu melakukannya. Atau jangan-jangan itu sudah tidak berfungsi dari sananya?" Layla masih teguh dengan cibirannya.

Tanpa kata-kata lagi, Logan mendekati Layla dan merapatkannya ke dinding. Sangking dekatnya hingga mereka bisa saling mendengar detak jantung satu sama lain.

"Kau ingin aku membuktikannya?" Ucap logan yang mulai dikuasai emosi dan gairah.

"Log, maaf aku tidak sengaja mengatakannya. Tolong jangan." Layla merasa kata-katanya pasti telah melukai hati Logan.

"Cih, jangan sok jual mahal. Kau ingin merasakan ini kan?" Ucap Logan yang kemudian menyesap bibir Layla dengan kasar. Ia terus melancarkan ciuman panasnya hingga Layla menepuk punggung suaminya itu. Logan pun melepaskan ciumannya dan menatap Layla dengan pandangan sayu seakan menginginkan yang lebih dari sekedar ciuman.

"Hah..hah.. hah.. Aku kehabisan napas." Ujar Layla terengah-engah.

"Sudah cukup, lain kali kita lanjutkan. Kini suamimu ini harus bekerja." Ucap Logan santai sambil merapikan kembali kemejanya yang sedikit berantakan karena ulahnya sendiri.

"Keterlaluan kamu Logan!" Pekik Layla kesal.

"Sampai jumpa nanti malam, Sayang. Aku pergi dulu." Logan menyambar jas dan kopernya kemudian berlalu dengan cepat.

"Hei Logan, mau kemana kamu berpakaian rapi seperti itu?" Tanya Suzy, yang melihat menantunya melesat dengan cepat tanpa melihat keberadaannya yang tengah duduk di teras rumah.

"Aku akan pergi bekerja, Bu." Logan kembali ke teras rumah dan mencium tangan mertuanya.

"Dengan pakaian serapi itu? Memangnya apa pekerjaanmu? Kalau hanya tukang bersih-bersih, sepertinya tidak perlu sampai harus memakai setelan serapi itu." Cibir Suzy sambil menyesap tehnya.

"Tenang saja Bu, aku pastikan aku tidak akan salah kostum." Logan menunjukkan wajah datar seakan cibiran mertuanya tak lagi membuat emosinya naik karena sudah terlampau biasa.

"Baiklah aku pergi dulu Bu." Imbuh Logan kemudian segera turun dan menaiki kuda besi miliknya untuk segera ke kantor barunya.

Williams Skyworks, sebuah perusahaan IT yang terbesar di kota Metro. Dengan langkah pasti, Logan segera masuk dan memarkir skuternya di area parkir tepat didepan pintu utama.

"Hei, kamu! Kamu tidak bisa parkir sembarangan. Itu adalah tempat parkir VIP!" Teriak sekuriti kepadanya.

"Ini tempat parkir VIP?" Tanya Logan santai.

"Iya, tempat parkir motor ada diatas. Ikuti tanda itu." Sekuriti itu menjelaskan pada Logan dengan angkuh sambil menunjuk papan tanda parkir motor.

"Kalau begitu aku tidak salah parkir disini. Karena aku VVIP." Logan santai dan mulai melangkah hendak masuk ke dalam gedung. Namun dengan cepat sekuriti itu menghalangi Logan dengan tongkat yang ia bawa.

"Parkirkan dulu skuter bututmu itu ke sana!" Perintah sekuriti itu dengan kasar sembari menunjuk ke arah parkiran motor kembali.

"Turunkan tongkatmu dasar sekuriti tak beradab!" Teriak seorang wanita berpakaian rapi yang baru saja memarkir mobilnya disebelah skuter milik Logan.

"Oh, Nyonya Brown Maaf ini ada orang parkir motor sembarangan." Ucap sekuriti itu membela diri.

"Kurang ajar! Beliau ada VVIP kita. CEO baru Williams Skyworks!" Berang Marry Brown.

"A..a..pa? Maaf pak saya benar-benar tidak tahu." Ucap sekuriti itu menyesal. Ia bersimpuh dilantai takut akan kehilangan pekerjaannya.

"Sudahlah, jangan permasalahkan ini lagi. Kita harus segera bersiap untuk meeting pukul sembilan nanti. Ini sudah pukul delapan, tidak ada waktu lagi untuk mengurus hal-hal tidak penting seperti ini." Logan menyudahi perdebatan itu dan segera mengajak Marry masuk untuk menunjukkan ruangannya.

"Baiklah Tuan Williams, mari kita masuk." Ucap marry sambil membungkuk sedikit.

"Tolong panggil aku Logan saja, dan yang kedua jangan membungkuk saat berbicara denganku." Ucap Logan santai kemudian melenggang masuk ke dalam gedung Williams Skyworks.

"Baik." Ucap Marry singkat kemudian segera mensejajarkan langkah dengan Logan.

Marry mengantar Logan ke ruangan CEO yang berada di lantai lima belas. Lantai tersebut khusus hanya untuk ruang CEO saja sehingga harus memakai lift khusus untuk mencapainya.

Setelah pintu lift terbuka Logan dan Marry segera masuk ke dalam ruangan yang baru saja di rombak total sesuai selera Logan.

"Serahkan semua dokumennya." Ucap Logan setelah mendudukkan bokongnya ke singgah sananya.

"Ini yang harus anda pelajari, dan satu lagi Logan. Proyek ini harus benar-benar anda teliti, Kakek anda telah mengucurkan dana yang tidak main-main untuk membuat mega proyek ini. Sehingga jika sampai kita salah memilih keputusan maka akan sangat merugikan perusahaan kita." Jelas Marry yang memang mendapat mandat untuk menjadi sekretaris sekaligus penasihat bagi Logan.

"Baik, aku akan baca semuanya dengan teliti. Panggil aku jika semua vendor sudah datang dan siap menjalani rapat." Ucap Logan kemudian segera membaca seluruh dokumen itu dengan serius.

Sebenarnya investasi yang dilakukan kakeknya untuk proyek ini tidak bernilai apa-apa untuk Logan. Uang yang ia miliki jauh lebih besar dan mampu membiayai perusahaan ini tanpa perlu berspekulasi dengan proyek yang belum tentu bisa menghasilkan uang ini. Namun ia belum ingin menunjukkan taringnya pada dunia. Apalagi dihadapan keluarga istrinya yang sebenarnya tidak ada apa-apanya dibanding keluarga Williams.

Demi baktinya, Logan akhirnya mau menerima permintaan terakhir sang kakek untuk merawat perusahaan yang hampir bangkrut ini. Ya, Williams Skyworks nyaris saja pailit jika tanpa dukungan dari Logan. Demi tetap berdirinya perusahaan milik kakeknya itu, Logan rela berinvestasi dan memimpin perusahaan tersebut. Meski harus kecewa karena uang yang ia berikan pada perusahaan ini ternyata digunakan penuh untuk investasi tidak jelas pada proyek yang tengah ia pelajari di hadapannya kini.

"Ini tidak bisa dilanjutkan! Sepertinya aku harus mengambil tindakan." Logan berbicara sendiri ketika selesai mempelajari beberapa hal tentang proyek itu.

"Marry, masuklah." Perintah logan melalui intercom.

Tak lama, Marry pun muncul setelah mengetuk pintu ruangan Logan.

"Anda memanggil saya?" Tanya Marry.

"Kurasa kita tidak bisa membiayai proyek bodong ini terus-menerus atau perusahaan ini akan benar-benar hancur."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status