Share

BAB 3 Kasur baru

"Enak?" Tanya Logan.

Logan mengajak Layla duduk di kedai es krim dan memesankan es krim coklat yang menggiurkan. Aroma coklat menguar di udara membuat pertahanan Layla roboh dan akhirnya memakan es krim itu hingga matanya terpejam.

"Ini alasan aku tetap mempertahankan pernikahan kita. Kamu selalu berhasil membuat gundah hatiku hilang begitu saja." Puji Layla tulus.

"Jangan berlebihan, aku hanya malas melihat wajah kusutmu." Goda Logan yang sebenarnya senang melihat usahanya berhasil.

"Menyebalkan!" Umpat Layla.

"Jangan lupa bayar itu, karena aku tak membawa uang." Ucap Logan santai kemudian melenggang santai keluar dari kedai.

"Apa?" Pekik Layla kesal.

"Dasar tak modal! Lain kali aku tidak akan tertipu lagi!" Geram Layla yang terdengar lucu di telinga Logan.

"Berapa pesananku tadi?" Tanya Layla pada pramusaji.

"Maaf Nyona, pesanan anda telah dibayar oleh tuan tadi." Ucap pramusaji itu menunjuk ke arah Logan yang tengah berdiri diluar kedai.

"Sial! Dia mengerjaiku lagi. Menyebalkan!" Umpat Layla lirih.

"Baiklah terimakasih." Ucap Layla kemudian berjalan keluar kedai. Ia berjalan cepat meninggalkan Logan yang mengikutinya dengan tersenyum menyebalkan di mata Layla.

"Selamat bekerja Sayang." Ucap Logan pada Layla sesampainya didepan gedung Johnson Architect.

"Pergilah!" Balas Layla yang masih kesal dengan ulah suaminya itu.

Logan segera menaiki Bis lain menuju tempat proyek Apartemen yang terbengkalai karena proyek tersebut telah ia hentikan.

Saat Logan sampai di lahan proyek tersebut, ia cukup terkejut bahwa lahan tersebut nyaris masih kosong meski dana yang terkucur untuk proyek ini telah mengalir sekitar tiga ratus milyar rupiah. Kini Logan mulai mengerti bahwa ada pihak yang telah memanfaatkan proyek ini untuk kantongnya sendiri. Entah siapa itu namun Logan cukup merasa kesal, meski nilai dana yang terkucur tersebut tak berarti apa-apa baginya, namun hal itu telah ikut andil dalam membuat Williams Skyworks ketika masih dikelola oleh kakeknya sempat hampir bangkrut.

"Halo Marry, aku sedang meninjau lokasi proyek. Lahan yang telah mengambil tiga ratus milyarku masih kosong? Bagaimana itu bisa terjadi?" Cecar Logan geram.

"Aku juga baru saja mengetahuinya, aku rasa proyek tersebut dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab karena kita juga tak begitu fokus disana. Proyek apartemen itu memang bukan proyek besar bagi kita." Jelas Marry pada Logan melalui sambungan telepon.

"Kurasa aku harus memberi pelajaran kepada tikus kecil ini." Ucap Logan sebelum menutup sambungan teleponnya dengan Marry.

Logan kemudian menelepon seseorang untuk bertemu dengannya di sebuah ruang VIP sebuah restoran tak jauh dari Metro Local A.

"Paman John, maaf membuatmu menunggu. Aku berjalan kaki kemari dari lahan proyek apartemen yang terbengkalai di Metro Local A." Jelas logan pada John Davis.

John Davis adalah seorang pimpinan mafia diarea Metro Local A dan wilayah lain di sekitarnya. Cakupan daerah kekuasaannya cukup luas. Reputasi John Davis memang cukup terkenal sebagai bos mafia yang berbahaya, namun tidak bagi Logan. Baginya John hanyalah preman pasar yang telah ditempa oleh keluarganya. Tentu saja John akan sangat membantunya memecahkan masalah-masalah receh seperti ini. Kali ini John akan ditugaskan untuk memberi pelajaran kepada oknum yang telah mencuri uang proyek perusahaannya.

"Tak masalah Log, apa ada yang bisa kubantu?" Tanya John tanpa bertele-tele.

"Aku ingin tahu siapa yang memimpin proyek apartemen itu." Jawab Logan.

"Setahuku, dia adalah bagian dari keluarga istrimu. Ia adalah Nathan Johnson." Ucap John santai sembari menyeruput kopi hangatnya.

"Oh, bocah tengil itu. Pantas saja gaya hidupnya mendadak menjadi hedon beberapa tahun belakangan ini." Geram Logan pada sepupu istrinya itu.

"Apa yang bisa kulakukan?" Tanya John.

"Cari tahu siapa yang bekerja sama dengan Nathan, dan laporkan padaku. Aku ingin memberi mereka sedikit pelajaran." Logan berseringai licik.

Tanpa waktu lama, jaringan itu langsung terungkap. Anak buah John telah mengirimkan seluruh data para manusia curang itu dalam sekejap.

"Nova Johnson, dia menggelapkan puluhan miliar untuk membeli properti dan berlian bersertifikat, sangat mudah dilacak. Andrew Johnson, dia membeli beberapa mobil mewah, dan sering mengadakan private party di rumah yang baru saja dia beli, semua itu dia lakukan dengan uang penggelapan dana perusahaan. Yang terparah Nathan, dia bahkan yang mengatur penggelapan uang-uang itu. Sebanyak tiga ratus miliar, dia hanya mengalokasikan untuk lahan tersebut sebanyak seratus miliar, sedang sisanya ia berikan pada ibu dan adiknya beberapa puluh miliar dan dengan seratus miliar lebih ia telah mempersiapkan rencana melarikan diri keluar negeri, kemungkinan tujuan utamanya adalah Thailand. Karena dia memiliki seorang kekasih, entah dia tau atau tidak bahwa sebenarnya pasangannya itu adalah seorang lady boy. Sangat memalukan, dia benar-benar menghancurkan hidupnya demi nafsunya pada sesama jenis." John dengan gamblang menjelaskan semua temuannya dari seorang informan rahasianya.

"Sial! Aku tak menyangka perusahaan kakekku di kerumuni oleh orang-orang menjijikkan seperti mereka. Bahkan menipu keluarganya sendiri demi memuaskan hasrat pribadinya." Iba Logan pada keluarga Johnson.

"Tapi kenapa sampai lahan itu seakan belum tersentuh sedikitpun?" Tanya Logan lagi.

"Ya, seratus miliar untuk proyek itu sepertinya habis untuk menutup utang perusahaan mereka. Kasian sekali keluarga itu. Mereka memiliki banyak keturunan tak bermoral." Cibir John.

"Baiklah, terimakasih atas informasinya. Beri tahu aku jika ada informasi penting lainnya. Aku harus pergi ke suatu tempat." Pamit Logan pada John.

"Jangan lupa, kau harus membayar semua informasi dari pak tua ini." John menepuk dadanya sembari mengatakan candaannya.

"Tentu Paman, aku akan membuat jabatanmu naik." Janji Logan pada adik ibunya itu.

John pulang kerumah mertuanya dengan membawa sebuah kardus berisi kasur. Ia merasa harus menjaga kualitas tidurnya mulai saat ini. Selain itu, Logan juga membeli sebua laptop yang tak begitu mencolok meski harganya cukup mahal. Sekedar mengelabuhi kedua mertuanya dan juga Layla.

"Untuk apa itu Log?" Tanya Suzy.

"Aku butuh kasur tambahan di kamar, aku membeli yang murah saja, karena ini hanya untukku, bukan untuk Layla." Ujar Logan jujur. Kasur itu ia beli dengan harga puluhan juta saja dan sengaja ia ikat diatas mobil tua yang baru saja ia beli hari itu juga.

"Lalu kemana skutermu? Kenapa kamu membawa mobil tua ini?" Cecar Suzy masih belum puas memberi pertanyaan demi pertanyaan pada Logan.

"Aku menjualnya, aku butuh sebuah mobil walaupun sudah tua sekalipun tak masalah. Karena aku akan sering berpergian setelah ini." Jawab Logan santai.

"Huh! Memangnya apa yang kamu bisa kerjakan. Selama ini kamu hanya pandai mengolah makanan." Ejek Suzy sekaligus memuji olahan tangan menantunya itu. Logan memang sangat lihai mengolah bahan makan biasa menjadi hidangan mewah. Hingga Suzy merasa seakan selalu memakan makanan dari restoran bintang lima.

"Ya mungkin saja aku menjadi pengamat makanan bu. Ibu tenang saja, pekerjaanku tidak akan merugikan Ibu." Ucap Logan datar, kemudian melangkah ke dalam rumah meninggalkan mertuanya yang kebingungan dengan sikap Logan yang semakin tidak menghormatinya.

Logan melangkah ke kamar sambil menyeret kasur yang ia beli. Ia mendapati Layla telah berada di dalam kamar dan sedang mewarnai kuku-kukunya.

"Kau sudah pulang, Sayang?" Tanya Logan ramah sembari membongkar packing kasur itu.

"Kau membeli kasur?" Tanya Layla kembali tanpa menghiraukan pertanyaan dari Logan.

"Iya, aku butuh istirahat yang nyaman juga. Sama sepertimu, aku juga akan merasa pegal-pegal jika tidur di sofa keras itu." Jawab Logan sembari menunjuk sofa tempat ia biasa tidur.

"Kau pegal-pegal setelah dua tahun berlalu? Huh! Omong kosong!" Cibir Layla kemudian memeriksa kasur baru milik Logan.

"Iya, selain itu aku juga sudah lelah dengan sikap kalian." Ucap Logan acuh.

Setelah kasurnya mengembang sempurna, ia pun lantas berbaring di atasnya dengan mata terpejam menikmati kenyamanan luar biasa meski hanya tidur di kasur murahan miliknya. Setidaknya, ini amat sangat jauh lebih baik dari sofa kerasnya itu.

"Tunggu, jangan kira aku tidak tahu. Ini kasur seharga puluhan juta. Dari mana kamu dapat uang sebanyak itu apalagi kamu menghamburkannya hanya untuk membeli sebuah alas tidur." Selidik Layla.

"Kenapa kamu selalu mempermasalahkan semua hal. Bukankah kamu tidak suka melihat aku yang pecundang dan miskin? Kini aku punya uang kamu juga masih mempermasalahkannya?" Logan masih saja menjawab dengan nada santai dan masih terpejam.

"Aku tidak peduli! Terserah saja. Kamu benar-benar tidak peduli padaku! Dan aku juga tidak akan peduli padamu!" Geram Layla.

"Kau mengatakan tiga kali kata 'peduli'." Balas Logan santai dan beberapa saat kemudian ia pun terlelap setelah menikmati ocehan istrinya sebagai pengantar tidur. 

Layla sungguh geram pada tingkah dingin Logan. Suami yang selama ini diam dan penurut kini menjadi sangat dingin dan terkesan acuh.

Suara dengkuran halus dari mulut Logan membuat Layla sehingga ia terus saja memandangi Logan dengan kekesalan yang memuncak, namun entah mengapa wajah lelah Suaminya itu menghipnotisnya hingga ia tak sengaja ia tersenyum tipis. Sebenarnya di mata Layla, suaminya itu cukup manis bahkan sikapnya pada Layla juga begitu lembut dan menghormati. Namun apalah daya, ia tetap harus menjaga dirinya agar tak jatuh ke pelukan Logan, sebab ia tak tahu sampai kapan ia akan bertahan dalam pernikahan ini.

Keluarga besarnya sangat menentang pernikahan ini meski pernikahan ini adalah keinginan nenek Almira Johnson, wanita dengan peran terkuat dalam keluarga Johnson. Ketika Almira masih hidup, perlakuan keluarga Johnson pada Logan tak seburuk saat ini. Namun setelah Almira meninggal dunia, seluruh keluarga Johnson mengucilkan Logan karena Logan seorang tak berharta dan tak punya peran dalam masyarakat. Bahkan keluarga inti Layla pun terkena imbasnya. Bob dipecat dari perusahaan, dan tak lagi tinggal di mansion bersama Robin Johnson, Kakek Layla yang memegang tahta tertinggi keluarga Johnson dan anggota keluarga lainnya. Namun semakin ke sini, seakan Layla merasa ada yang sengaja ditutupi oleh suaminya itu. Bagi Layla, Suaminya itu begitu misterius dan karismatik

"Dasar suami menyebalkan! Aku rasa kau adalah penyesalan terbesar di dalam hidupku! Aaaaarghh!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status