"Siapa namamu?" tanya Bi Ijah setelah Anika bisa duduk sambil bersandar pada dinding."Namaku Anika Bi. Siapa yang membawaku ke kamar ini Bi?""Yang membawamu ke sini Mang Oji sama Mang Adul dan Aku.""Apa salahku Bi, sampai Tuan Besar sangat marah dan menghukumku dengan cambukan.""Maaf, Karena waktu itu Aku lah yang pertama kali meneriakimu sebagai penculik, maka Tuan Besar sangat murka karena Dia mengira bahwa Kau benar adalah seorang penculik. Apa lagi saat itu, Tuan Besar melihatmu memegang tubuh Nona kecil. Tuan Besar sangat tidak suka jika ada orang lain yang menyentuh tubuh putrinya, kecuali Aku yang memang sudah di percaya sebagai pengasuhnya.""Tapi, seharusnya kalian mendengarkan Aku dulu untuk membela diri.""Di sini, tak ada satupun yang berani untuk menentang Tuan Besar. Kalo Dia sudah berkata, Kami tidak berani untuk menyelanya Anika.""Lalu,kenapa Nona kecil juga diam saja, waktu melihat Aku di seret ke kamar belakang, padahal saat itu Aku cuma mau menolongnya karena
Sudah seminggu sejak Anika mengalami luka karena cambukan, kini Dia sudah mulai bekerja sebagai pelayan di rumah itu. Tugasnya adalah sebagai pelayan yang bertugas untuk melayani makanan Sang Tuan Besar. Di saat Tuan Besar makan, Anika lah yang harus membawakan segala macam hidangan ke meja makan dan kemudian mengambilkan nasi dan lauk pauk yang ingin di makan oleh Sang Tuan. Dan ika Sang Tuan besar telah selesai, maka Anika harus membersihkan semua peralatan makan Tuan Besar dan menaruhnya pada rak tersendiri dan tidak boleh dengan peralatan makan lainnya. Seperti malam ini, Anika harus menyiapkan semua hidangan untuk Tuan Besar dan Putri kecilnya itu. Tapi, kali ini Anika harus melayani tiga orang yang sangat terhormat, itulah yang dikatakan oleh Bi Ijah."Bi, memangnya ada orang lain lagi yang akan diajak makan malam oleh Tuan besar?" kata Anika saat Bi Ijah memerintahkannya untuk mengambilkan piring satu lagi."Sepertinya begitu Anika. Ingat ya, jangan bersikap atau pun berkata y
"Tanganmu nakal sekali Honey,....aahhh." Lucy semakin mendesah kala merasakan tangan Dewa mulai menggerayangi bagian bawah tubuhnya. Perlahan menyingkap gaun nya ke atas, dan mengelus inti wanita cantik itu."Kau semakin membuatku bergairah Sayang, tubuhmu harum sekali Lucy..." "Aku juga menyukai tanganmu yang selalu nakal seperti ini, Honey." Mereka sudah saling terbakar gairah, Lucy pun semakin mendesah."Sayang, aaaahhhhh, nikmat sekali ooohhhh.""Aku suka kalo mendegar rintihanmu Lucy, membuatku tambah bersemangat untuk mencumbumu.....,"Tubuh Lucy lemas setelah pelepasannya yang pertama tadi. Dewa menuntun Lucy untuk duduk di kursi gazebo."Tarik nafas dulu Sayang, nanti kita lanjutkan kembali ronde kedua. ya." bisik Dewa sambil merengkuh tubuh Lucy."Kalo begitu, ayo kita ke kamarmu saja Sayang, Aku tak mau kalo sampai ada yang menonton Kita disini.""Baiklah Ayo kita ke kamarku saja. Kita nikmati malam indah ini dengan bercinta sampai puas."Lucy segera merapikan bajunya. Hat
Bi Ijah mendekati Anika yang nampak sedang duduk di tepi ranjangnya dengan wajah serius."Foto siapa yang sedang kamu pegang itu?" Bi Ijah melongokkan kepalanya karena penasaran dengan foto yang ada di tangan Anika."Bi Ijah? adduuhh Bi, Kau mengagetkan Aku saja.......Ini fotoku dan Kakakku Bi.""Oohhh Kakakmu ya. Jadi Kau masih punya saudara Anika?""Iya Bi, Aku masih punya sudara. Tapi Dia pergi meninggalkan Aku bersama Paman dan Bibiku.""Pergi, maksudmu? Dia meninggal?""Bukan meninggal Bi, tapi pergi ke suatu tempat entah di mana, Aku juga tidak tahu. Dia pergi saat umurku sepuluh tahun Bi. Pergi tanpa pesan, sampai sekarang Dia masih hidup atau tidak, Aku tidak tahu Bi.""Apa Dia tak pernah memberi kabar padamu? Atau menghubungi Paman dan Bibimu.""Tidak pernah Bi. Dia seperti hilang di telan bumi. Tak pernah memberi kabar apapun padaku.""Apa Kau yakin Dia masih hidup?""Perasaanku selalu yakin, kalo Kakak masih hidup, entah di mana. Aku bermimpi tentang Kakak. Dia datang padak
"Ini kopinya Tuan," Anika berkata dengan pelan sambil meletakkan secangkir kopi di atas meja. Tapi, karena terlalu buru - buru dan tangan yang gemetar, cangkirnya oleng dan tumpahlah isinya.BYURRRR"Aaaahhhhh." Dewa menjerit karena tangannya tersiram kopi panas. Anika spontan terduduk lemas dengan wajah pucat, tak berani menatap Sang Tuan yang pasti wajahnya sudah merah padam."Dasar wanita dekil sialan, apa yang Kau lakukan padaku Hah? Kau mau membuat kulitku gosong dengan air panas itu! Dasar pelayan sialaan !"Dengan suaranya yang menggelegar, Dewa mencaci maki Anika yang kini berlutut meminta ampun."Ampun Tuan, Saya tidak sengaja, sungguh........ Ampuni Saya Tuaann.""Enak saja mengampunimu, lihat Kau sudah membuat tanganku jadi merah seperti ini. Dan ini rasanya perih sekali kalo Kau mau tahu!"Mendengar suara Tuan Dewa yang sangt keras, Bi Ijah segera mendekat dan melihat Anika yang tengah ketakutan."Ada apa Tuan?" tanya Bi Ijah dengan tergopoh - gopoh."Lihat pelayan sialan
Bahkan putrinya itu pun tak merasa jijik saat menyentuh Anika. Padahal putri kecilnya itu adalah anak yang sangat sukar bergaul dengan siapapun. Terhadap Bi Ijah pun Dia tak pernah melihat putrinya itu dekat dengan pengasuhnya.Tetapi, dengan Anika putrinya itu seperti punya perasaan lain. Bahkan dengan Lucyana yang kemarin Ia perkenalkan langsung padanya pun, Sang Putri Kecil bersikap cuek dan dingin , tak mau menghiraukan sama sekali. Kalo diperhatikan meskipun penampilan Anika dekil karena memang tak pernah pakai baju baru, kebanyakan baju bekas yang sudah pada luntur. Sebenarnya Anika cukup manis dan kulitnya bersih."Apakah Kau masih punya orang tua?" tanya Dewa yang kepada Anika yang sudah selesai mengobati tangannya."Saya sudah tidak punya orang tua Tuan. Orang tua Saya sudah meninggal sejak Saya masih kecil.""Lalu, selama ini siapa yang mengurusmu?""Sejak kecil paman dan Bibi lah yang mengasuh Saya Tuan.""Kenapa sampai bisa Kau dibawa oleh Jarwo si rentenir itu?""Paman da
"Terima kasih Sayang, Aku puas sekali. Rasanya nikmat dan tiada duanya." ucap Bram yang berbaring menyamping berhadapan dengan Lucy membelai rambut kekasihnya dengan mesra."Iya Sayang, sama- sama. Aku juga puas banget kok. Lihatlah Kau sampai membuatku lemas begini." Lucy gantian mencium kening pria yang sangat disayanginya.Kemudian Ia bangkit dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari sisa percintaan mereka.."Bram, kapan Kau pulang?" Lucy bertanya pada kekasihnya ituYang masih terbaring dengan memainkan HP nya."Iya Sayang, sebentar lagi Aku akan mandi. Oia tolong Kau buatkan Aku kopi donk.""Iya Bram, segera akan ku buatkan kopi dan juga makan siangnya. Tunggu dulu sebentar ya.""Oke Sayang, sambil menunggu kopi dan makan siang, Aku mandi saja dulu. Sana cepat cari makanan, Aku sudah sangat kelaparan Sayang.""Iya Aku tahu, memangnya cuma kamu yang lapar, Aku juga sudah lapar dari tadi. Hanya saja, lagi - lagi Kamu minta jatah." Lucy mencibirkan bibirnya pda Bram y
Tepat setelah memasuki kamarnya, Lety mendengar suara mobil Papanya memasuki halaman rumah. Dia mengintip dari gorden jendela kamarnya, dan melihat Papanya turun dari mobil. Gegas Ia keluar dari kamar dan berlari ke depan menyambut Sang Papa tercinta. Saat Dewa membuka pintu, Lety tersenyum dengan manis ke arahnya dan merentangkan tangannya seolah minta dipeluk."Sayang, tumben sekali Kau menyambut kepulangan Papa." Dewa mendekati Putrinya, dan memeluk Lety dengan hangat."Biasanya Kau selalu mengurung diri di kamar Sayang. Apa Kau sedang habagia?" Lety cuma mengangguk sebagai pertanda bahwa Ia memang sedang bahagia."Ada apa? Apa yang membuatmu bisa sebahagia ini dan tersenyum manis." Dewa mencium pipi Putrinya dan membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang."Baumu asem Sayang, apa kau belum mandi?" Lety mengangguk dan membaui tubuhnya sendiri. Memang benar bajunya agak lembab dan berbau tanah, karena memang tadi Ia habis dari Taman belakang."Kalo begitu, mandilah dulu. Panggil Bi