Share

Memasak Sambal

David benar-benar tidak mengerti dengan Raymond yang semakin bersikap aneh, di rumah jelas banyak koki profesional lantas untuk apa meminta Rara yang notabenenya hanyalah gadis kecil tanpa memiliki kemampuan seperti koki, memasak?

"Tapi Tuan....Saya takut jika Nona Rara yang memasak makanannya tidak sesuai standar anda." Raymond menggeleng, dia tidak perduli masakan Rara nanti sesuai standar atau tidak yang jelas dia ingin gadis kecil itu memasak untuknya. "Baiklah Tuan."

David menurut saja, karena begitulah sang Tuan jika menginginkan sesuatu tidak ada yang bisa mencegahnya.

Sekali pencet nomor David sudah terhubung dengan kepala pelayan di rumah, dia mengutarakan kemauan sang Tuan, sama seperti David kepala pelayan juga tidak mempercayakan hal tersebut pada Rara tapi mereka tidak bisa membantah apa yang dititahkan oleh Tuannya. "Baiklah Tuan David."

"Tuan sekali lagi apa anda yakin dengan masakan Nona Rara?" Tatapan Raymond begitu tajam membuat bulu kuduk David berdiri dan seketika dia mencabut ucapannya barusan. "Maafkan saya, kalau begitu mari kita pulang."

Di sisi lain Rara yang mendapatkan mandat itu tampak bingung, selama ini dia tidak pernah masak sendiri karena ibunya lah yang selalu menyiapkan makanan, paling dia hanya bisa menggoreng lauk dan membuat sambal.

Bingung harus memasak apa, Rara tampak melamun, hingga sudah sepuluh menit dia berdiri tanpa melakukan apa-apa.

"Nona mulailah memasak, Tuan Raymond dalam perjalanan pulang." Para koki dan pelayan mengingatkan Rara agar tidak melamun karena waktu terus berjalan.

Akhirnya Rara memutuskan untuk memasak sambel dan menggoreng beberapa lauk, para koki dan pelayan tidak yakin dengan masakan yang dibuat oleh Rara tapi mereka juga tidak bisa membantu mengingat ini adalah keinginan tuannya.

Tak memmerlukan waktu lama untuk membuat sambel dan menggoreng lauk sehingga sebelum Raymond datang masakannya sudah selesai.

"Anda memasak sambel?!" Pelayan sangat shock dengan hasil kerja keras Rara, pasalnya selama ini mereka tidak pernah memasak makanan yang dibilang ekstream untuk Tuan mereka.

"Saya hanya bisa memasak ini," jawab Rara yang juga tidak yakin dengan masakannya.

Semua pelayan dan Koki nampak bingung, pasalnya sambel tidak pernah mereka rekomendasikan untuk Raymond mengingat Raymond tidak pernah memakan makanan pedas. "Kita sajikan saja makanan yang telah kita masak." Saran salah satu pelayan.

Semua yang ada di dapur mengangguk setuju, mereka tidak ingin mengambil resiko dengan memberikan Raymond makanan pedas.

"Mohon maaf Nona Rara kelihatannya masakan anda tidak bisa kami sajikan, makanan ini tidak masuk dalam daftar standart makanan yang harus dikonsumsi Tuan Raymond." Dengan berat hati mereka tidak mengijinkan Rara untuk menyajikan makanannya.

"Tidak apa-apa, justru saya malah senang jika makanan ini tidak disajikan." Sebuah senyuman terukir di bibirnya. Jika makanannya tidak disajikan otomatis dia tidak akan dimarahi oleh Raymond.

Dari awal Rara juga tidak yakin dengan masakannya, apalagi saat pelayan bilang jika Raymond tidak bisa makan makanan yang ekstrem seperti sambal.

Makan siang Raymond telah siap, mulai western, eastern dan makan Asia semua ada, tinggal nanti Raymond memilih makanan yang mana.

Cukup lama menunggu, akhirnya yang ditunggu datang juga.

Belum sempat David turun membuka pintu, Raymond sudah turun dulu dan langsung masuk ke dalam. Dia bergegas menuju ruang makan karena sudah menduga jika sang gadis pasti ada disana.

Hatinya berdebar saat melihat Rara, hampir saja dia kehilangan kendali di hadapan para pelayan dan koki.

"Ambilkan minum."

Dengan segera Rara menuangkan air di gelas dan memberikannya pada sang Tuan.

Kedua netra Raymond menatap makanan yang tersaji di meja makan, semua makanan nampak familiar bagi Raymond hingga Raymond yakin jika tidak ada masakan Rara disana.

"Kamu tidak memasak?" Suara bariton Raymond membuat Rara maupun pelayan ketakutan, mereka saling pandang dengan tatapan bingung.

Mana mereka sangka jika Raymond menyadarinya dengan hanya melihat hidangan di atas meja.

Rara yang ketakutan hanya diam menunduk, dia benar-benar dilema antara bilang atau tidak.

"Kenapa diam? kamu memasak apa tidak?" Raymond kembali bertanya dengan nada yang agak tinggi.

"Saya memasak Tuan." Suara Rara sampe bergetar saking takutnya. "Mana?" Seketika Rara tersentak kaget, jantungnya hampir saja lepas.

"Di dapur Tuan."

Pria itu mencoba menahan amarah yang kini mulai menguasai tubuhnya, dia paling tidak suka jika ada yang tidak patuh terhadap perintahnya.

Tak ingin dihukum Rara segera pergi mengambil makanannya, jantungnya berpacu dengan kencang ketika sambal dan lauk yang dia masak tidak ada di tempatnya. 'Mana ya." sambil terus mencari hingga dia menemukannya di samping wastafel, untunglah pelayan masih belum membuang sambal buatannya.

Dengan tubuh yang bergetar Rara membawa keluar masakannya, para pelayan juga ketar-ketir takut bila sang Tuan marah.

"Ini Tuan masakan saya."

Melihat masakan Rara, semua kerutan di dahi pria dominan itu bermunculan, dia tidak tahu masakan apa yang dimasak gadis kecilnya. "Masakan apa ini?" Sambil terus menatap heran.

"Ini sambal Tuan," Jawab Rara.

David mencoba mengingatkan Raymond jika sambal adalah salah satu makanan ekstrem yang tidak direkomendasikan untuk dikonsumi.

Deheman dan kode tangan sang Tuan yang diangkat membuat David paham jika Raymond tidak memerlukan sarannya.

Tatapan Raymond kembali lagi ke sambal buatan Rara, tatapan amarah dan kesal berangsur menjadi tatapan jijik.

"Makanan ini baunya menjijikkan sekali."

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Indira
setuabizzz
goodnovel comment avatar
Libra Girl
kagak usah elu makan klo menjijikkan
goodnovel comment avatar
Fira
Raymond ini jengkelin sekali pake bgt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status