Share

Sikap Hangat Raymond

Dalam pelukan Sang Tuan katakutannya berkurang hingga Rara merasakan sebuah kenyamanan, rasa nyaman yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat bersama Raymond. "Apa yang kamu rasakan kini?" pertanyaan nan lembut membuat Rara enggan melepaskan pelukan sang Tuan, dia ingin terus seperti itu.

"Hey." Raymond menggoyang tubuh Rara, dia memastikan jika gadisnya tidak kenapa-kenapa. "Apa yang kamu rasakan?" Kembali Raymond bertanya dengan nada khawatir.

"Saya baik-baik saja Tuan." Terdengar sahutan lirih dari Rara.

Perlahan Raymond mengendurkan pelukannya, dia membawa tubuh Rara bersandar di kursi tak lupa dia mengatur kursi agar Rara bisa bersandar dengan nyaman. "Tenanglah kamu akan baik-baik saja."

Beberapa saat setelah menyandarkan kepalanya, tiba-tiba perut Rara bergejolak, rasa mual kini menguasai tubuhnya membuat Rara yang belum sempat bilang ingin ke toilet harus muntah di tempat.

Huek, huek

Rara muntah tepat di tangan Raymond yang membuat pria dingin ini seketika membulatkan mata selebar-lebarnya, rasa hangatnya musnah seketika menyisakan rasa kesal dan amarah.

"Apa yang kamu lakukan!?" Tatapan mematikan Raymond membuat Rara ketakutan, dia benar-benar tidak bermaksud muntah apalagi sampai mengenahi Raymond. "Maafkan saya Tuan." Suara Rara bergetar hebat, sangat terdengar jika dia begitu ketakutan.

"Maaf! maaf!" hardik Raymond.

Dengan ekspresi marah dan ingin muntah Raymond membuka jas miliknya, dia membuangnya ke bawah dan buru-buru ke toilet, meski sudah berkali-kali disabun tapi aroma khas muntah tidak hilang sehingga membuatnya menuang semua sabun ke tangannya.

"Beraninya muntah di tanganku."

Tatapan murka Raymond membuat tubuh Rara kaku, jantungnya serasa berhenti berdetak hingga dia hanya menunduk.

"Muntah lagi keluarlah dari pesawat!"

Ancaman pria dominan itu semakin membuat tubuhnya bergetar, keringat dingin kembali keluar membanjiri tubuhnya. "Brengsek." Frustasi dengan Rara.

David yang melihat adegan Tuannya hanya tersenyum, seekor semut saja tidak ada yang berani mendekati Raymond sedangkan Rara malah muntah tepat di tangan sang Tuan.

Singkat cerita, pesawat telah tiba di Bandara, Raymond dan David melangkah dengan kaki panjangnya sedangkan Rara menyusul dengan sedikit berlari.

Nafas Rara memburu, meski dengan berlari tapi dia tetap tidak sanggup mengejar sang Tuan dan assitennya.

"Lama sekali!" Terlihat rasa kesal dari raut wajah sang Tuan, "Maafkan saya Tuan, langkah anda begitu panjang." Lagi-lagi Rara ketakutan meski apa yang dilakukan tidak salah sama sekali.

Mobil perlahan meninggalkan Bandara, sepanjang jalan Rara nampak terpukau dengan apa yang dilihatnya.

"Wah indah sekali." Puja-pujinya terhadap apa yang dilihat membuat Raymond tersenyum, baginya mungkin sudah biasa tapi bagi Rara yang baru pertama kalinya keluar negeri jelas berbeda.

"Wanita ini." Tanpa sengaja Raymond terus tersenyum, dia sangat terhibur dengan kepolosan sang gadis namun ketika kesadarannya kembali cepat-cepat dia merapikan Mimik wajahnya kembali.

"Dasar Cupu."

**

"Siapkan pakaikanku." Suara bariton Raymond membuyarkan kekaguman Rara akan indahnya kamar hotel yang dibooking Tuannya. "Baik Tuan." Segera Rara membuka koper dan mengambil jas milik Raymond.

Setelah bersiap Raymond duduk sejenak sembari memainkan ponsel, saat itulah terlihat kerutan-kerutan muncul di dahinya.

"Kita kesana sekarang." Suara dingin mencekam membuat Rara ketakutan padahal jelas suara itu bukan titah untuk dirinya.

Tatapan tajam Raymond mengarah pada Rara, dia meminta gadis kecil itu untuk duduk di sampingnya.

"Aku ada urusan, kamu tetap di kamar dan ingat jangan keluar." Begitulah pesan Raymond untuk Rara.

Hal yang mengejutkan setelah itu adalah bibir Raymond mendarat lembut di keningnya, Rara mematung mendapatkan kejutan seperti ini, selama bersama Raymond inilah kali pertama Raymond mengecup keningnya apalagi cari mengecupnya dengan sangat lembut.

Sadar akan apa yang dilakukannya, Raymond segera berdiri dan pergi sedangkan Rara masih mematung hingga suara pintu ditutup membuyarkan semua.

Tangannya tergerak memegangi kening yang dicium Raymond. "Apa Tuan Raymond memiliki kepribadian ganda? terkadang seperti iblis kadang seperti malaikat."

Di dalam mobilnya, Raymond mengingat kembali caranya mengecup kening Rara, dia sangat heran bagaimana bisa dia bersikap lembut seperti itu.

"Tuan, tiba-tiba mereka membatalkan kerja sama." Suara dari depan membuat lamunan Raymond buyar, pikirannya yang dipenuhi Rara tidak begitu mempermasalahkan pemutusan kerja sama sepihak dari klien.

"Biarkan saja, itu hak mereka," sahut Raymond.

Sambil mengemudi, David menggelengkan kepala, kelihatannya sang Tuan sudah tidak waras, jika kerja sama diputuskan otomatis apa yang mereka lakukan diluar negeri sia-sia karena memang tujuan mereka datang keluar negeri untuk kerja sama ini.

"Apa tidak sebaiknya kita protes Tuan, atau menuntut kompensasi atas kerugian kita, karena sebelumnya mereka telah sepakat bekerja sama."

"Tidak perlu, dalam bisnis memang ada hal seperti ini, tidak selamanya kita profit kan?"

David benar-benar tidak percaya dengan apa yang Raymond ucapkan, sejak kapan sang Tuan bisa seperti ini, karena biasanya dia tidak akan terima jika klien sudah sepakat dan tiba-tiba membatalkan.

"Kita temui klien lain untuk menawarkan kerja sama ini."

Di kamar hotel mewahnya, Rara nampak boring karena seharian dia hanya menonton tv tanpa melakukan apa-apa. "Lebih baik aku tidur saja."

Dengan cepat Rara memasuki alam mimpinya, di dalam sana dia tampak bermain dengan riang di tepi pantai hingga dia sebuah tangan menepuknya dan dia adalah Raymond.

Seketika Rara terpental dari alam mimpi, "Ganggu saja." Rara menggerutu sembari mengucek matanya, dia masih belum sadar jika Raymond yang telah membangunkannya.

"Siapa yang menyuruhmu tidur." Kedua bola mata Rara membola setelah sadar siapa pemilik suara bariton tersebut.

Perlahan Rara menoleh dan benar saja Raymond sudah duduk di samping sofanya.

"Tuan, maaf." Permohonan maaf mencuat, sebelum sang Tuan marah dan menghukumnya.

"Senang sekali meminta maaf."

Raymond menyulut rokoknya, sebatang rokok sebelum mandi bisa mengeringkan keringatnya.

"Sudah makan?"

"Sudah Tuan tapi makan malamnya belum," jawab Rara.

Kedua netra Raymond tertuju pada Rara, jelas belum makan malam karena hari saja masih sore.

"Siapkan pakaianku, lalu susul aku ke kamar mandi!"

Dia melenggang pergi begitu saja meninggalkan Rara dengan tubuh mematung.

Pikiran Rara berkecamuk, kalau menyiapkan pakaian masih oke lah tapi kalau menyusul ke kamar mandi, untuk apa? tidak mungkin juga Raymond tiba-tiba lupa tata cara mandi namun meskipun begitu Rara tetap melaksanakan titah tuannya.

Baru saja masuk ke dalam kamar mandi, Rara sudah dikejutkan suara bariton Raymond. "Lama sekali! cepat gosok punggungku!"

"I-iya Tuan."

Hanya menggunakan tangan, Rara menggosok punggung sang Tuan, dia mengira hanya punggung saja tapi siapa sangka, Raymond juga meminta Rara untuk menggosok bagian depan.

Sejenak Rara terdiam, hingga suara deheman Raymond membuyarkan segalanya. "Cepatlah!"

Rara duduk di tepi bathup yang tidak begitu lebar, tak ingin melihat bagian vital sang Tuan Rara mencoba sedikit memalingkan wajahnya.

"Kita sudah sering menyatu tapi kenapa kamu memalingkan wajah?" Tak tau harus menjawab apa Rara hanya diam, raut wajah merah merona sudah menjawab semuanya.

Seusai mandi, Raymond dan Rara bersantai sejenak di atas ranjang, berdua dalam satu ranjang tanpa melaksanakan tugasnya membuat Rara serba canggung.

"Ceritakan tentang dirimu." Permintaan aneh Raymond membuat Rara menoleh, ada apa dengan sang Tuan? kenapa tiba-tiba ingin tahu tentang dirinya?

"Diri saya?"

Raymond hanya berdehem, meskipun begitu Rara mulai menceritakan semua tentang dirinya begitu pula dengan cita-citanya dari kecil yang ingin menjadi seorang Dokter. Saking antisiasnya Rara sampai tidak sadar jika Raymond terus menatapnya, sang Tuan mendengarkan setiap apa yang diucapkan gadis kecilnya, meski ekspresi wajahnya seakan tak acuh.

Belum selesai bercerita tiba-tiba tubuh Raymond terangkat lalu dia mengungkung Rara di bawahnya.

"Sudah cukup ceritanya, sekarang lakukan tugasmu seperti biasa."

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Libra Girl
sumpah seru banget nih novel
goodnovel comment avatar
Three EL
aseeek semakin seru
goodnovel comment avatar
Mega
bisa nggak thor update 10 bab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status