Home / Romansa / Wanita Pemuas Untuk Presdir / Sikap Hangat Raymond

Share

Sikap Hangat Raymond

Author: CitraAurora
last update Huling Na-update: 2023-10-20 12:45:18

Dalam pelukan Sang Tuan katakutannya berkurang hingga Rara merasakan sebuah kenyamanan, rasa nyaman yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat bersama Raymond. "Apa yang kamu rasakan kini?" pertanyaan nan lembut membuat Rara enggan melepaskan pelukan sang Tuan, dia ingin terus seperti itu.

"Hey." Raymond menggoyang tubuh Rara, dia memastikan jika gadisnya tidak kenapa-kenapa. "Apa yang kamu rasakan?" Kembali Raymond bertanya dengan nada khawatir.

"Saya baik-baik saja Tuan." Terdengar sahutan lirih dari Rara.

Perlahan Raymond mengendurkan pelukannya, dia membawa tubuh Rara bersandar di kursi tak lupa dia mengatur kursi agar Rara bisa bersandar dengan nyaman. "Tenanglah kamu akan baik-baik saja."

Beberapa saat setelah menyandarkan kepalanya, tiba-tiba perut Rara bergejolak, rasa mual kini menguasai tubuhnya membuat Rara yang belum sempat bilang ingin ke toilet harus muntah di tempat.

Huek, huek

Rara muntah tepat di tangan Raymond yang membuat pria dingin ini seketika membulatkan mata selebar-lebarnya, rasa hangatnya musnah seketika menyisakan rasa kesal dan amarah.

"Apa yang kamu lakukan!?" Tatapan mematikan Raymond membuat Rara ketakutan, dia benar-benar tidak bermaksud muntah apalagi sampai mengenahi Raymond. "Maafkan saya Tuan." Suara Rara bergetar hebat, sangat terdengar jika dia begitu ketakutan.

"Maaf! maaf!" hardik Raymond.

Dengan ekspresi marah dan ingin muntah Raymond membuka jas miliknya, dia membuangnya ke bawah dan buru-buru ke toilet, meski sudah berkali-kali disabun tapi aroma khas muntah tidak hilang sehingga membuatnya menuang semua sabun ke tangannya.

"Beraninya muntah di tanganku."

Tatapan murka Raymond membuat tubuh Rara kaku, jantungnya serasa berhenti berdetak hingga dia hanya menunduk.

"Muntah lagi keluarlah dari pesawat!"

Ancaman pria dominan itu semakin membuat tubuhnya bergetar, keringat dingin kembali keluar membanjiri tubuhnya. "Brengsek." Frustasi dengan Rara.

David yang melihat adegan Tuannya hanya tersenyum, seekor semut saja tidak ada yang berani mendekati Raymond sedangkan Rara malah muntah tepat di tangan sang Tuan.

Singkat cerita, pesawat telah tiba di Bandara, Raymond dan David melangkah dengan kaki panjangnya sedangkan Rara menyusul dengan sedikit berlari.

Nafas Rara memburu, meski dengan berlari tapi dia tetap tidak sanggup mengejar sang Tuan dan assitennya.

"Lama sekali!" Terlihat rasa kesal dari raut wajah sang Tuan, "Maafkan saya Tuan, langkah anda begitu panjang." Lagi-lagi Rara ketakutan meski apa yang dilakukan tidak salah sama sekali.

Mobil perlahan meninggalkan Bandara, sepanjang jalan Rara nampak terpukau dengan apa yang dilihatnya.

"Wah indah sekali." Puja-pujinya terhadap apa yang dilihat membuat Raymond tersenyum, baginya mungkin sudah biasa tapi bagi Rara yang baru pertama kalinya keluar negeri jelas berbeda.

"Wanita ini." Tanpa sengaja Raymond terus tersenyum, dia sangat terhibur dengan kepolosan sang gadis namun ketika kesadarannya kembali cepat-cepat dia merapikan Mimik wajahnya kembali.

"Dasar Cupu."

**

"Siapkan pakaikanku." Suara bariton Raymond membuyarkan kekaguman Rara akan indahnya kamar hotel yang dibooking Tuannya. "Baik Tuan." Segera Rara membuka koper dan mengambil jas milik Raymond.

Setelah bersiap Raymond duduk sejenak sembari memainkan ponsel, saat itulah terlihat kerutan-kerutan muncul di dahinya.

"Kita kesana sekarang." Suara dingin mencekam membuat Rara ketakutan padahal jelas suara itu bukan titah untuk dirinya.

Tatapan tajam Raymond mengarah pada Rara, dia meminta gadis kecil itu untuk duduk di sampingnya.

"Aku ada urusan, kamu tetap di kamar dan ingat jangan keluar." Begitulah pesan Raymond untuk Rara.

Hal yang mengejutkan setelah itu adalah bibir Raymond mendarat lembut di keningnya, Rara mematung mendapatkan kejutan seperti ini, selama bersama Raymond inilah kali pertama Raymond mengecup keningnya apalagi cari mengecupnya dengan sangat lembut.

Sadar akan apa yang dilakukannya, Raymond segera berdiri dan pergi sedangkan Rara masih mematung hingga suara pintu ditutup membuyarkan semua.

Tangannya tergerak memegangi kening yang dicium Raymond. "Apa Tuan Raymond memiliki kepribadian ganda? terkadang seperti iblis kadang seperti malaikat."

Di dalam mobilnya, Raymond mengingat kembali caranya mengecup kening Rara, dia sangat heran bagaimana bisa dia bersikap lembut seperti itu.

"Tuan, tiba-tiba mereka membatalkan kerja sama." Suara dari depan membuat lamunan Raymond buyar, pikirannya yang dipenuhi Rara tidak begitu mempermasalahkan pemutusan kerja sama sepihak dari klien.

"Biarkan saja, itu hak mereka," sahut Raymond.

Sambil mengemudi, David menggelengkan kepala, kelihatannya sang Tuan sudah tidak waras, jika kerja sama diputuskan otomatis apa yang mereka lakukan diluar negeri sia-sia karena memang tujuan mereka datang keluar negeri untuk kerja sama ini.

"Apa tidak sebaiknya kita protes Tuan, atau menuntut kompensasi atas kerugian kita, karena sebelumnya mereka telah sepakat bekerja sama."

"Tidak perlu, dalam bisnis memang ada hal seperti ini, tidak selamanya kita profit kan?"

David benar-benar tidak percaya dengan apa yang Raymond ucapkan, sejak kapan sang Tuan bisa seperti ini, karena biasanya dia tidak akan terima jika klien sudah sepakat dan tiba-tiba membatalkan.

"Kita temui klien lain untuk menawarkan kerja sama ini."

Di kamar hotel mewahnya, Rara nampak boring karena seharian dia hanya menonton tv tanpa melakukan apa-apa. "Lebih baik aku tidur saja."

Dengan cepat Rara memasuki alam mimpinya, di dalam sana dia tampak bermain dengan riang di tepi pantai hingga dia sebuah tangan menepuknya dan dia adalah Raymond.

Seketika Rara terpental dari alam mimpi, "Ganggu saja." Rara menggerutu sembari mengucek matanya, dia masih belum sadar jika Raymond yang telah membangunkannya.

"Siapa yang menyuruhmu tidur." Kedua bola mata Rara membola setelah sadar siapa pemilik suara bariton tersebut.

Perlahan Rara menoleh dan benar saja Raymond sudah duduk di samping sofanya.

"Tuan, maaf." Permohonan maaf mencuat, sebelum sang Tuan marah dan menghukumnya.

"Senang sekali meminta maaf."

Raymond menyulut rokoknya, sebatang rokok sebelum mandi bisa mengeringkan keringatnya.

"Sudah makan?"

"Sudah Tuan tapi makan malamnya belum," jawab Rara.

Kedua netra Raymond tertuju pada Rara, jelas belum makan malam karena hari saja masih sore.

"Siapkan pakaianku, lalu susul aku ke kamar mandi!"

Dia melenggang pergi begitu saja meninggalkan Rara dengan tubuh mematung.

Pikiran Rara berkecamuk, kalau menyiapkan pakaian masih oke lah tapi kalau menyusul ke kamar mandi, untuk apa? tidak mungkin juga Raymond tiba-tiba lupa tata cara mandi namun meskipun begitu Rara tetap melaksanakan titah tuannya.

Baru saja masuk ke dalam kamar mandi, Rara sudah dikejutkan suara bariton Raymond. "Lama sekali! cepat gosok punggungku!"

"I-iya Tuan."

Hanya menggunakan tangan, Rara menggosok punggung sang Tuan, dia mengira hanya punggung saja tapi siapa sangka, Raymond juga meminta Rara untuk menggosok bagian depan.

Sejenak Rara terdiam, hingga suara deheman Raymond membuyarkan segalanya. "Cepatlah!"

Rara duduk di tepi bathup yang tidak begitu lebar, tak ingin melihat bagian vital sang Tuan Rara mencoba sedikit memalingkan wajahnya.

"Kita sudah sering menyatu tapi kenapa kamu memalingkan wajah?" Tak tau harus menjawab apa Rara hanya diam, raut wajah merah merona sudah menjawab semuanya.

Seusai mandi, Raymond dan Rara bersantai sejenak di atas ranjang, berdua dalam satu ranjang tanpa melaksanakan tugasnya membuat Rara serba canggung.

"Ceritakan tentang dirimu." Permintaan aneh Raymond membuat Rara menoleh, ada apa dengan sang Tuan? kenapa tiba-tiba ingin tahu tentang dirinya?

"Diri saya?"

Raymond hanya berdehem, meskipun begitu Rara mulai menceritakan semua tentang dirinya begitu pula dengan cita-citanya dari kecil yang ingin menjadi seorang Dokter. Saking antisiasnya Rara sampai tidak sadar jika Raymond terus menatapnya, sang Tuan mendengarkan setiap apa yang diucapkan gadis kecilnya, meski ekspresi wajahnya seakan tak acuh.

Belum selesai bercerita tiba-tiba tubuh Raymond terangkat lalu dia mengungkung Rara di bawahnya.

"Sudah cukup ceritanya, sekarang lakukan tugasmu seperti biasa."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Libra Girl
sumpah seru banget nih novel
goodnovel comment avatar
Three EL
aseeek semakin seru
goodnovel comment avatar
Mega
bisa nggak thor update 10 bab
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Menikah dan Bahagia

    Pernikahan Reyhan dan Tessa sudah ditentukan, mereka rencananya akan menggelar pernikahan mereka di salah Hotel milik Raymond. Awalnya mereka akan menggelar pernikahan di salah satu tempat ibadah tapi Rara mendesak mereka untuk menggelar pernikahan di hotel suaminya. "Semua gratis Pak Rey, aku yang akan mengatur semuanya." "Bukan masalah gratis apa nggak Ra, tapi aku tidak mau merepotkan kamu dan Tuan Raymond." Rara tetap bersikeras dengan keputusannya, semua dia lakukan itung-itung balas budi atas pengorbanan Reyhan dulu, itu pun tidak sebanding dengan pengorbanan Reyhan terhadapnya. "Baiklah Ra, tapi hanya hotelnya saja untuk biaya lainnya biar aku yang menanganinya." Rara menggeleng keras, dia hanya ingin Reyhan dan Tessa terima beres. Dokter itu hanya bisa pasrah menerima keputusan dari mantan juniornya meski dia sangat tidak enak. Rara sangat bahagia melihat Reyhan dan Tessa akan menikah, oleh karenanya dia ingin turut andil mengurus pernikahan pria itu, dia melakukan in

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Kembali ke Tanah Air

    Melihat Rara yang bisa tersenyum kembali membuatnya Nyonya Richard bahagia, dia berharap rumah tangga anaknya tidak lagi diterpa masalah, seorang ibu mana yang tega melihat anaknya menitikkan air mata."Aku titipkan anakku kepadamu bukan untuk disakiti Raymond tapi untuk dibahagiakan."Ucapan Nyonya Richard membuat Raymond mengangguk, dia paham jika kesalahannya begitu besar."Semampu dan sebisaku aku akan membahagiakan Rara, Ma," sahutnya.Tak terasa seminggu sudah berlalu, Raymond tetap tinggal di negara Jerman sedangkan David sudah harus kembali terlebih dahulu mengingat perusahaan tidak ada yang menghindle.Berbicara lah Raymond kepada Rara terkait keinginannya untuk segera kembali ke tanah air dia tidak bisa terlalu lama meninggalkan perusahaannya."Sayang bolehkah aku kembali ke tanah air? perusahaan sudah lama terlalu lama aku tinggal." Raymond sedikit takut meminta hal itu kepada sang istri, dia takut jika Rara marah.Bukannya marah Rara malah tersenyum sembari menatap suaminy

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Berbaikan

    "Ma malam ini kami tidur bersama mama dan Papa ya."Permintaan bocah kecil itu membuat Rara sedikit terkejut, mengingat dirinya dan Raymond untuk sementara waktu tidur di kamar yang terpisah.Shane juga ikut-ikutan sama seperti Kania, dia merengek supaya mamanya mengijinkan mereka untuk tidur bersama."Baiklah." Rara pun pasrah.Raymond tersenyum setidaknya malam ini dia bisa tidur satu kamar dengan sang istri.Semalaman Raymond dibuat sibuk oleh kedua buah hatinya kedua anak itu terus ingin ditemenin Raymond bermain.Mereka main tebak-tebakan nama buah dan juga nama hewan, Shane yang masih belum paham tentang nama-nama binatang dan buah sedikit membuatnya selalu kalah dan sebagai hukumannya dia harus mencium Kakak dan Papanya.Melihat keseruan suami dan anaknya Rara hanya bisa menggelengkan kepala, sebenarnya dia juga ingin turut bergabung namun egonya masih tinggi.Setelah bermain kedua bocah kecil itu terkapar tak berdaya, Rara yang sudah mengantuk segera menyusul ke tempat tidur.

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Tessa Sembuh

    Beberapa episode terakhirRaymond mengirimkan laporan pembatalan kerja sama dengan Fera kepada Rara, dia ingin istrinya percaya kalau dia dan Fera benar-benar tidak ada hubungan apa-apa.Setelah foto bukti pembatalan itu dikirim Rara tak kunjung melihat pesan yang dia kirim, hal ini membuat Raymond nampak gusar dia ingin menghubungi istrinya tapi takut jika sang istri marah.Pria itu hanya bisa mengusap rambutnya dengan kasar tak tahu harus bagaimana lagi untuk merayu sang istri.Di sisi lain Rara sudah melihat foto itu, dia pun tersenyum tapi dia masih belum mau memaafkan suaminya, hal yang dilakukan Raymond kali ini masih belum cukup untuk menebus kesalahannya selama ini."Sayang kenapa tidak dibalas?" Akhirnya Raymond mengirim pesan lagi kepada sang istri.Kali ini Rara hanya membaca pesannya tanpa mau menjawab pesan yang dia kirim."Masih belum bisakah kamu memaafkanku aku sayang?" Raymond mengirim pesan kembali.Rara hanya menulis satu kata yaitu belum hal ini membuat Raymond ke

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Senjata Makan Tuan

    Nyonya Richard terus memantau Fera, dia sangat murka setelah tahu Fera merencanakan hal buruk kepada Raymond.Menantunya yang saat ini tidak tenang karena masalahnya dengan Rara jadi kurang fokus. Dia tidak menyadari jika Fera tengah merencanakan hal untuk menjebak Raymond."Kelihatannya dia cukup meresahkan." Nyonya Richard ingin anak buahnya segera bertindak."Kita jebak balik saja Nyonya," sahut asistennya.Senyuman tersungging di bibir wanita itu, wanita yang ingin menghancurkan anaknya harus mendapatkan balasan yang setimpal.Fera malam itu meminta Raymond untuk bertemu di rumahnya, dia berbohong jika dirinya kurang enak badan.Awalnya Raymond enggan tapi Fera bilang jika urusan dengan mantan kliennya harus segera diselesaikan agar dia bisa mendapatkan klien yang lain.Fera meminta pelayan untuk menyiapkan minuman, di dalam minuman itu dia memasukkan obat tidur."Malam ini kamu akan menjadi milikku Ray, dan foto-foto kamu bersamaku akan aku kirim pada istri kamu yang bodoh itu!"

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Mengawasi Fera

    "Aku pulang sayang." Raymond berpamitan pada Rara.Melihat suaminya hendak kembali ke tanah air membuat Rara sedih tapi dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Raymond.Melihat ekspresi Rara yang nampak biasa membuat Raymond sedih. "Sayang apa kamu masih marah?"Rara tidak menjawab pertanyaan sang suami, tatapan yang tajam membuat Raymond yakin jika istrinya masih belum mau memaafkannya."Sayang aku mohon." Pria itu terus memohon."Aku ingin melihat kesungguhan kamu Mas! karena jika aku dengan mudah memaafkan kamu maka kamu akan mengulanginya lagi."Pria yang biasanya berkuasa kini menunduk lemah di hadapan istrinya. "Baiklah Sayang." Dia pasrah.Ketika semua berkumpul untuk mengantar kepulangan Raymond dan David di depan, Rara berpura-pura jika tidak ada apa-apa, dia senyum semanis mungkin bahkan dia mencium tangan sang suami."Hati-hati ya Mas, cepat kesini lagi," katanya.Raymond melongo menatap sang istri, andai ini tidak sandiwara pasti dia akan senang."Tuan David titip Mas Ra

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status