Home / Romansa / Wanita Pemuas Untuk Presdir / Sikap Aneh Sang Tuan

Share

Sikap Aneh Sang Tuan

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2023-10-10 10:15:40

"Menurutmu?" 

Suara dingin Raymond membuat Rara semakin yakin jika yang kini ada di atasnya adalah Raymond bukan halusinasi belaka.

Tak lama dari kalimat itu, tubuh Raymond mengguling ke samping Rara. Peluh di tubuh, juga napas yang memburu menjadi saksi bagaimana pria itu mendapatkan kepuasan, meski si gadis kecil tidak melakukan apa pun. 

Apa Raymond sudah gila? Atau kecanduan dengan tubuh Rara yang terus membuatnya jatuh kepayang tanpa usaha?

Saat Raymond mulai memasuki alam mimpi, Rara yang tidur di sebelah pria itu justru terjaga. Keningnya mengerut dalam. Sebersit rasa kecewa tiba-tiba muncul di hatinya. 

'Kenapa sudah pulang? Bukankah pelayan bilang jika dia meeting diluar negeri?'

Rara memandangi wajah Raymond yang terlihat lelah kemudian dia meringkuk membelakangi sang Tuan. Air matanya merembes keluar membasahi pipi. Gadis itu menangis dalam diam, hingga tertidur karena kelelahan. 

Meski sudah berkali-kali disetubuhi Raymond, hati Rara rasanya masih saja sakit. Padahal dia sudah memutuskan untuk berdamai dengan semua, menerima semua takdirnya tapi entah mengapa dia masih sulit menerima nasibnya yang 'kotor' karena jamahan pria matang itu di sekujur tubuh.

Pagi harinya, Raymond menjadi orang pertama yang lebih dulu membuka mata. Dia tersentak kaget mendapati hari sudah siang, ditambah posisi tidurnya yang tidak biasa. "Bagaimana bisa aku memeluk wanita ini?" gumamnya dengan heran. Tangannya yang semula membelit posesif pinggang Rara, kini dia tarik secara perlahan.

Merasakan pergerakan yang mengganggu, Rara pun turut membuka mata. Tubuhnya ikut tersentak ketika melihat jam. Dia pasti akan kena marah oleh Raymond, pikirnya.

"Maaf Tuan, saya bangun kesiangan."

Raymond tidak mengacuhkan permohonan maaf Rara. Dia justru melenggang tanpa suara ke arah kamar mandi. Sementara Rara langsung membersihkan tempat tidur mereka. Tak lupa dia mengganti seprei karena begitulah titah Raymond sebelumnya, mengganti seprei setiap hari.

Beberapa saat kemudian, Raymond keluar kamar mandi hanya dengan handuk kecil yang melilit di pinggangnya. Terlihat jelas bentuk perut Raymond yang seperti roti sobek, ditambah rambut basah juga air yang menetes, semakin membuat Rara melongo menatap sang Tuan.

"Siapkan pakaianku." Suara bariton Raymond membuyarkan lamunan Rara.

"Sa-saya?" Dia menunjuk dirinya memastikan ulang perintah Raymond siapa tau bukan dirinya yang dimaksud.

Raymond berdeham, sambil menatap Rara yang masih berdiri di tempat. Tatapan ringan namun penuh penekanan, membuat orang yang ditatap ketakutan setengah mati.

Segera, Rara masuk ke area wardrobe. Dia mengambil setelan jas warna hitam lalu membawanya keluar.

"Ini Tuan." Dia menyodorkan setelan jas kepada Raymond.

Raymond yang tidak protes membuat Rara berpikir pilihannya cukup sesuai dengan selera pria itu. Terpujilah matanya yang sempat memperhatikan bagaimana pria itu berpakaian jika hendak bekerja. 

Bagai personal assistant, Rara diminta mengatur semua benda yang akan dipakai Raymond hari itu. Jam, dasi, sepatu ... Bahkan yang membuat Rara tercengang adalah, pria itu tidak ragu mengganti baju di hadapannya.

"Kenapa memutar badan?" Raymond bertanya ketika melihat Rara yang langsung memutar tubuh membelakanginya, saat dia melepaskan belitan handuk di pinggul. "Bukankah kamu sudah familiar?" Pertanyaan Raymond membuat Rara memejamkan mata.

Raymond berjalan mendekati Rara dan membuat tubuh gadis itu kembali menghadapnya. "Atau ... Kamu takut tergoda?"

Senyum tipis di bibir Raymond benar-benar membuat semu di wajah Rara semakin kentara. Pria itu ... Apakah terbiasa menghadapi wanita, membuat dia tidak lagi punya rasa malu saat berkata sevulgar itu? 

Rara tidak menjawab, tentu saja. Namun, raut wajah Raymond justru terlihat terhibur dengan kediaman dan sikap malu-malu gadisnya.

"Setelah ini, temani aku sarapan."

Rara kembali heran. Ada apa dengan sang tuan hari ini? Kelihatannya hari ini Raymond agak berbeda. Tidak ada omelan dari pria itu, dia meminta disiapkan pakaian, dan saat ini malah mengajaknya makan bersama. 

Namun, meski bingung melihat perubahan Raymond, Rara memilih menurut saja karena ya memang itu opsi yang dimiliki.

Begitu Raymond turun dari kamarnya, semua pelayan dan juga koki pribadinya berdiri di sekitar meja makan, mereka bersiap melayani Tuannya.

"Tetap di tempat, jangan ada yang melayani aku pagi ini." Suara bariton Raymond membuat semua pelayan maupun koki mengangguk pelan. Semuanya menurut, mereka tidak berpindah dari tempat sedikit pun. Tangannya menunjuk Rara yang berdiri tepat di sampingnya. "Kamu, layani aku." 

Kata layani begitu mudah Raymond katakan, apa selama hidupnya dia harus dilayani? tidak bisakah Raymond melakukan sesuatu sendiri tanpa harus dilayani? apakah semua orang berkuasa seperti itu? ataukah hanya Raymond saja?

"David, siapkan mobil." Kini tatapannya beralih ke Rara "Kamu, kembalilah ke kamar."

Sebelum Raymond bangkit dari kursi, Rara sudah melenggang pergi kembali ke kamar.

**

"Bersiaplah, kita akan keluar negeri."

Titah dingin dan mendadak membuat Rara terus menatap Raymond dengan ekspresi yang sulit diartikan. Usai sarapan tadi, tuannya itu sudah akan berangkat ke kantor. Namun, Rara tak tahu kenapa sekarang pria itu justru kembali lagi ke kamar? ada apa? 

Dan, apa katanya tadi ... 'Keluar negeri?' Rara keheranan. "Maksudnya, Tuan?"

"Aku ada business trip keluar negeri, dan aku ingin kamu ikut denganku."

Mata Rara sontak membulat. Setelah kemarin pulang lebih cepat dan tiba-tiba, sekarang, mengapa sang Tuan mengajaknya turut serta dalam perjalanan bisnis?

"Tapi, saya tidak memiliki dokumen-dokumen sebagai syarat masuk negara orang, Tuan."

Raymond berdecak, kesal. Dia sama sekali tidak kepikiran, bagaimana seseorang yang tinggal di kota besar tidak memiliki paspor? 

Seketika Raymond memijat pelipisnya. "Sebenarnya, seberapa miskin dirimu?!" Ungkapan mengejek keluar begitu saja dari mulut Raymond.

Rara memercing kesal ketika bibir Raymond mengejeknya, memang dia sangat miskin tapi bukan bearti Raymond bisa mengejeknya dengan ucapan yang menusuk hati.

Kendati kesal karena rencananya harus molor karena Rara tidak memiliki passport, Raymond tetap mengusahakan sang gadis bisa pergi bersamanya. Dia menekan angka dan menghubungi David lagi. "Urus paspor gadis itu. Aku hanya akan berangkat jika dia ikut bersamaku."

David yang menerima titah tersebut mulai curiga, apakah Rara alasan berubahnya sikap sang Tuan belakangan ini?

Entahlah tapi yang jelas lagi-lagi David dibuat kelabakan dengan titah Raymond, membuat paspor jelas memerlukan waktu, sedangkan mereka harus berangkat siang ini.

Ilmu uang dan kekuasaan lah kini yang bekerja. Sehingga kurang dari dua jam paspor Rara sudah dicetak dan siap digunakan.

"Tuan semua sudah beres, saatnya kita berangkat."

Di hadapannya, Rara mengerjap. Raymond benar-benar berkuasa. Kekuatan uang dan juga jabatan Keluarga Corner memang benar-benar tidak terbendung. Terbukti, kurang dari 2 jam, persyaratan Rara untuk mengikuti Raymond perjalanan bisnis telah rampung. 

"Bersiaplah, ayo kita berangkat."

Titah Raymond benar-benar seperti titah raja, tidak ada yang mampu menghentikannya, bahkan keadaan bisa dimanipulasi sedemikian rupa agar keinginannya terwujud.

Singkat cerita mereka telah berada di kabin pesawat jet pribadi milik pria dingin itu tapi Rara mematung di samping pintu.

"Pesawat ini tidak akan lepas landas kalau kamu masih berdiri terus disana."

Raymond menatap kesal pada Rara yang masih mematung di dekat pintu pesawat. Binar kekaguman di mata gadis itu begitu kentara.

Namun, Raymond tidak tahu kalau di balik tatapan kekaguman akan kekayaan Raymond yang memiliki pesawat pribadi, tubuh Rara bergetar hebat. Degup jantung wanita itu terus memacu, membuat keringat dingin mulai mengucur deras dari sela pori-pori.

Dengan pelan Rara berjalan dan duduk di samping Raymond, melihat luar jendela semakin membuatnya tak karuan, matanya mulai terpejam, wajahnya yang semula masih ada semburat merah kini memucat.

Raymond yang duduk di samping Rara mengerutkan dahi, heran melihat sikap Rara yang tidak biasa. "Kamu kenapa? Apa kamu sakit? Apa yang kamu rasakan?" Dia membombardir Rara dengan banyak pertanyaan.

Tangan Rara yang mengepal kuat sembari menggenggam sabuk pengaman diraih oleh Raymond. Dingin, sangat kontras dengan kulit pria itu yang begitu hangat. "Sa-saya takut, Tuan."

Meski suara Rara terdengar nyaris seperti bisikan, Raymond bisa menangkap ketakutan gadisnya. Segera, pria itu mendekatkan diri pada Rara, dan merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya.

"Tenanglah. Kamu akan aman jika bersamaku."

Dari kursi yang tak jauh dari mereka, sepasang mata terus menatap dengan tatapan menyelidik. Kerutan demi kerutan bermunculan di dahinya, merasa bingung dan heran akan sikap sang Tuan yang menurutnya jauh berbeda.

"Sejak kapan Tuan Raymond bisa bersikap hangat pada wanita seperti ini?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Elena
always the best
goodnovel comment avatar
Libra Girl
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Oma Zian
lama" Raymond jatuh cinta ama Rara
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Menikah dan Bahagia

    Pernikahan Reyhan dan Tessa sudah ditentukan, mereka rencananya akan menggelar pernikahan mereka di salah Hotel milik Raymond. Awalnya mereka akan menggelar pernikahan di salah satu tempat ibadah tapi Rara mendesak mereka untuk menggelar pernikahan di hotel suaminya. "Semua gratis Pak Rey, aku yang akan mengatur semuanya." "Bukan masalah gratis apa nggak Ra, tapi aku tidak mau merepotkan kamu dan Tuan Raymond." Rara tetap bersikeras dengan keputusannya, semua dia lakukan itung-itung balas budi atas pengorbanan Reyhan dulu, itu pun tidak sebanding dengan pengorbanan Reyhan terhadapnya. "Baiklah Ra, tapi hanya hotelnya saja untuk biaya lainnya biar aku yang menanganinya." Rara menggeleng keras, dia hanya ingin Reyhan dan Tessa terima beres. Dokter itu hanya bisa pasrah menerima keputusan dari mantan juniornya meski dia sangat tidak enak. Rara sangat bahagia melihat Reyhan dan Tessa akan menikah, oleh karenanya dia ingin turut andil mengurus pernikahan pria itu, dia melakukan in

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Kembali ke Tanah Air

    Melihat Rara yang bisa tersenyum kembali membuatnya Nyonya Richard bahagia, dia berharap rumah tangga anaknya tidak lagi diterpa masalah, seorang ibu mana yang tega melihat anaknya menitikkan air mata."Aku titipkan anakku kepadamu bukan untuk disakiti Raymond tapi untuk dibahagiakan."Ucapan Nyonya Richard membuat Raymond mengangguk, dia paham jika kesalahannya begitu besar."Semampu dan sebisaku aku akan membahagiakan Rara, Ma," sahutnya.Tak terasa seminggu sudah berlalu, Raymond tetap tinggal di negara Jerman sedangkan David sudah harus kembali terlebih dahulu mengingat perusahaan tidak ada yang menghindle.Berbicara lah Raymond kepada Rara terkait keinginannya untuk segera kembali ke tanah air dia tidak bisa terlalu lama meninggalkan perusahaannya."Sayang bolehkah aku kembali ke tanah air? perusahaan sudah lama terlalu lama aku tinggal." Raymond sedikit takut meminta hal itu kepada sang istri, dia takut jika Rara marah.Bukannya marah Rara malah tersenyum sembari menatap suaminy

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Berbaikan

    "Ma malam ini kami tidur bersama mama dan Papa ya."Permintaan bocah kecil itu membuat Rara sedikit terkejut, mengingat dirinya dan Raymond untuk sementara waktu tidur di kamar yang terpisah.Shane juga ikut-ikutan sama seperti Kania, dia merengek supaya mamanya mengijinkan mereka untuk tidur bersama."Baiklah." Rara pun pasrah.Raymond tersenyum setidaknya malam ini dia bisa tidur satu kamar dengan sang istri.Semalaman Raymond dibuat sibuk oleh kedua buah hatinya kedua anak itu terus ingin ditemenin Raymond bermain.Mereka main tebak-tebakan nama buah dan juga nama hewan, Shane yang masih belum paham tentang nama-nama binatang dan buah sedikit membuatnya selalu kalah dan sebagai hukumannya dia harus mencium Kakak dan Papanya.Melihat keseruan suami dan anaknya Rara hanya bisa menggelengkan kepala, sebenarnya dia juga ingin turut bergabung namun egonya masih tinggi.Setelah bermain kedua bocah kecil itu terkapar tak berdaya, Rara yang sudah mengantuk segera menyusul ke tempat tidur.

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Tessa Sembuh

    Beberapa episode terakhirRaymond mengirimkan laporan pembatalan kerja sama dengan Fera kepada Rara, dia ingin istrinya percaya kalau dia dan Fera benar-benar tidak ada hubungan apa-apa.Setelah foto bukti pembatalan itu dikirim Rara tak kunjung melihat pesan yang dia kirim, hal ini membuat Raymond nampak gusar dia ingin menghubungi istrinya tapi takut jika sang istri marah.Pria itu hanya bisa mengusap rambutnya dengan kasar tak tahu harus bagaimana lagi untuk merayu sang istri.Di sisi lain Rara sudah melihat foto itu, dia pun tersenyum tapi dia masih belum mau memaafkan suaminya, hal yang dilakukan Raymond kali ini masih belum cukup untuk menebus kesalahannya selama ini."Sayang kenapa tidak dibalas?" Akhirnya Raymond mengirim pesan lagi kepada sang istri.Kali ini Rara hanya membaca pesannya tanpa mau menjawab pesan yang dia kirim."Masih belum bisakah kamu memaafkanku aku sayang?" Raymond mengirim pesan kembali.Rara hanya menulis satu kata yaitu belum hal ini membuat Raymond ke

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Senjata Makan Tuan

    Nyonya Richard terus memantau Fera, dia sangat murka setelah tahu Fera merencanakan hal buruk kepada Raymond.Menantunya yang saat ini tidak tenang karena masalahnya dengan Rara jadi kurang fokus. Dia tidak menyadari jika Fera tengah merencanakan hal untuk menjebak Raymond."Kelihatannya dia cukup meresahkan." Nyonya Richard ingin anak buahnya segera bertindak."Kita jebak balik saja Nyonya," sahut asistennya.Senyuman tersungging di bibir wanita itu, wanita yang ingin menghancurkan anaknya harus mendapatkan balasan yang setimpal.Fera malam itu meminta Raymond untuk bertemu di rumahnya, dia berbohong jika dirinya kurang enak badan.Awalnya Raymond enggan tapi Fera bilang jika urusan dengan mantan kliennya harus segera diselesaikan agar dia bisa mendapatkan klien yang lain.Fera meminta pelayan untuk menyiapkan minuman, di dalam minuman itu dia memasukkan obat tidur."Malam ini kamu akan menjadi milikku Ray, dan foto-foto kamu bersamaku akan aku kirim pada istri kamu yang bodoh itu!"

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Mengawasi Fera

    "Aku pulang sayang." Raymond berpamitan pada Rara.Melihat suaminya hendak kembali ke tanah air membuat Rara sedih tapi dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Raymond.Melihat ekspresi Rara yang nampak biasa membuat Raymond sedih. "Sayang apa kamu masih marah?"Rara tidak menjawab pertanyaan sang suami, tatapan yang tajam membuat Raymond yakin jika istrinya masih belum mau memaafkannya."Sayang aku mohon." Pria itu terus memohon."Aku ingin melihat kesungguhan kamu Mas! karena jika aku dengan mudah memaafkan kamu maka kamu akan mengulanginya lagi."Pria yang biasanya berkuasa kini menunduk lemah di hadapan istrinya. "Baiklah Sayang." Dia pasrah.Ketika semua berkumpul untuk mengantar kepulangan Raymond dan David di depan, Rara berpura-pura jika tidak ada apa-apa, dia senyum semanis mungkin bahkan dia mencium tangan sang suami."Hati-hati ya Mas, cepat kesini lagi," katanya.Raymond melongo menatap sang istri, andai ini tidak sandiwara pasti dia akan senang."Tuan David titip Mas Ra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status